HE ISN'T MYBROTHER

Bertemu Dengan Anin Bukan Anita



Bertemu Dengan Anin Bukan Anita

0"Kenapa aku diikat? Heeyy! Kau wanita!" teriak Regan saat tubuhnya tadi tiba-tiba ditangkap oleh lelaki bertubuh besar yang tadi membius dirinya di bandara.     
0

Hari ini Regan memang begitu sial. Ponselnya sudah hilang, kini tubuhnya terikat oleh tali dari seorang wanita asing itu.     

Tiba-tiba kepala dari wanita yang masih memakai kaca mata hitam itu menatap dirinya dengan dekat, bahkan Regan bisa merasakan napasnya yang tersentuh kulit wajahnya. Refleek lelaki itu kembali memundurkan kepalanya. Ia tidak mau terlalu dekat dengan wanita itu karena Regan masih mengingat istrinya di rumah.     

"Kau tak akan semudah itu keluar dari sini. Kau sendiri yang membuang umpan. Maka, nikmatilah harimu di sini sampai membusuk!"     

Benar dugaan lelaki berkaca mata bening itu. Wajah cantik tak akan semua selaras dengan hatinya. Beruntung imannya sebagai seorang suami masih terjaga dengan suci.     

"Membusuk bagaimana? Banyak pelayanmu di sini. Apa kau berniat tidak memberiku makan?" tanya berani Regan yang seketika. Membuat wanita itu melepas kaca matanya.     

Wanita itu memberikan kaca mata hitamnya pada salah satu body guard-nya yang tadi berada di sampingnya.     

"Kau sepertinya seseorang yang telah dikirim untuk mengamatiku. Apakah dia rekan bisnisku atau siapa? Jika kau benar kiriman dari musuhku. Maka, kau harus mati bukan?" katanya yang membuat Regan ketakutan.     

Namun saat melihat wajah wanita itu yang sesuai dengan data yang diperoleh anak buah Regan. Sebisa mungkin lelaki berkaca mata itu tidak menunjukkan keterkejutannya. Bisa berbahaya jika wanita tersebut curiga.     

"Aku ingin pulang, Nona. Aku punya anak dan istri ... setidaknya berikan anakku yang bayi itu cukup waktu untuk mengenal ayahnya ..."     

"Aku bukan keduanya. Aku bisa pastik. Itu. Coba perhatikan kembali wajahmu. Apa wajahku pernah Nyonya lihat di antara para klien?" sambung Delon yang kembali menampakkan wajah memelas dan tak bersalah.     

Wanita itu kembali menamati wajah Regan yang sepertinya memang sudah terpengaruh pada perkataan Regan.     

"Aku hanya tak sengaja melihatmu. Akukira aku bertemu lagi dengan kemasih pertamaku yang sudah meninggal. Kau bahkan bisa berbahasa Indonesia ... dan hal itu semakin membuatku penasaran pada saat di bandara," ucap bohong Regan. Ia saja baru jika wanita itu bisa berbahasa Indonesia saaat di mobil.     

Suasana menjadi hening. Regan di letakkan pada ruangan kosong di dalam rumah besar itu. Tidak ada apapun di sana. Hanya kursi yang ditempati lelaki berkaca mata tersebut.     

Regan semakin penasaran dengan kehidupan dari saudara Anita tersebut. Kenapa mereka berdua memilih hidup berpisah sejak setahun dulu. Apa kepergian Anin ke bandara ingin menemui Anita?     

"Kau memang tidak ada di daftar orang yang harus kuhindari. Tapi, aku tidak mau ambil resiko dengan melepaskanmu begitu saja. Aku tidak peduli kau sebangsa denganku atau tidak ... kau harus mati di sini," katanya yang langsung membalikkan tubuh diikuti oleh kedua body guard wanita tersebut.     

Regan semakin menyeringai senyumnya. Ia bukanlah anak kemarin sore yang baru ikut dengan Delon. Ia dan Delon sudah berkelana ke mana saja. Menghadapi musuh seperti Anin pun Regan tidak begitu cemas.     

Seluruh rekaman wajah dari Anin sudah masuk ke dalam jam tangan Regan yang sudah didesign khusus untuk orang-orang yang dekat dengan Delon. Dan menghadapi situasi yang seperti ini.     

Maka jam tangan itu akan berfungsi dengan sendirinya mengirim apa yang sedang dia rekam kepada data utama, yaitu Delon. Saat Tuannya sedang berada dalam kondisi yang berbahaya.     

Di sisi lain Anin sudah berada di dalam kamarnya. Ia tadi ingin pergi bertemu dengan seseorang. Tapi, saat langkahnya ingin menaiki eskalator bandara. Wanita itu melihat seorang lelaki yang terus saja mengikuti dirinya ke mana pun ia pergi.     

Anin tidak mungkin naik pesawat hari ini juga karena akan menimbulkan kecurigaan pada lelaki asing itu yang sedang mengikutinya dan akan tahu negara mana yanga akan ia kunjungi. Dan hal itu tidak ada yang boleh melihatnya.     

Dengan gerakkan langkah yang cepat. Wanita itu bergerak lincah untuk mengecoh Regan, tentunya juga untuk membuat lelaki itu kebingungan. Setelah melihat keadaan yang benar-benar sudah amaan karena ia melihat dari belakang sebuah tembok Regan sedang kebingunagna mencari dirinya.     

Setelah itu dia kembali memanggil anak buahnya untuk membiaus Regan dari belakang dan membuang begitu saja ponselnya. Seharusnya ponsel itu ia bawa untuk melihat infomasi lengkap dari lelaki asing tersebut. Karena isi dompetnya saat ada beberapa uang dollar dan foto seorang perempuan cantik saja di sana.     

"Ah, sial! Siapa sebenarnya dia? Anita pun tidak tahu siapa lelaki itu ... apa benar yang dia katakan? Aku hanya mirip dengan mantan kekasihnya?" gumam wanita itu yang seketika berpikir dengan alasan Regan mengelilingi otaknya.     

Tiba-tiba lamunannya terpecahkan saat mendengar ponselnya berdering. Dan pada saat ia melihat layar ponselnya, tertera nama yang membuat senyumnya tergores dengan begitu indah.     

"Anita. Akhirnya dia menghubungiku." Anin menggeser icon hijau pada layar ponselnya dan menerima panggiab video call tersebut yang menampilkan dua wajah yang begitu mirip bagai pinang dibelah dua. Namun, hanya warna mata saja yang mereka miliki berbeda.     

Anin memiliki bola mata abu-abu sedangkan Anita memiliki bola mata hitam karena mereka terlahir dari seorang ibu yang berasal dari Indonesia yang menikah pada seorang bule Belanda.     

"Kenapa kau menghubungiku? Apa kau merasa bosan di sana?" Suara Anin mendominasi terlebih dulu sebelum Anita menunjukkan sebuah foto lelaki yang beradah Asia yang dulu pernah Anin ketahui.     

"Kenapa dengan foto itu? Bukankah kita sudah sepakat tidak membahas lagi? Mama sudah meninggal. Kita tidak perlu melakukan apapun lagi." Lanjutnya dengan lemah. Anita selalu saja menampilkan sisi kejam seprti ibu mereka.     

Hanya karena seorang lelaki di masa lalu Anita selalu diajarkan untuk membalas dendam. Dan ajaran itu hanya berfungsi pada Anita. Anin sama sekali tidak tertarik untuk mengulang sejarah itu kembali.     

"Dia anak dari lelaki yang merebut harta keluarga kita dulu, Nin. Aku sampai mati pun tidak akan melupakan hal itu!" balas Anita dengan napas memburu.     

"Kau lihat mereka berdua ... mereka berdua bersahabat. Dan hanya gara-gara aku mereka saling menyakiti satu sama lain. Kupikir itu adalah hadiah yang setimpal. Tapi, sampai saat ini aku sudah tidak lagi mendengar kabar mereka. Apa mereka sudah mati atau masih dalam dendam satu sam lain."     

"Aku ingin membalaskan dendam paman kita yang menjadi gila karena papa dari Anton dan berakhir bunuh diri ... bukankah dia paman kesayangan kita, Nin? Apa kau akan benar-benar melupakannya?" Lanjutnya semakin membuat Anin memijat keningnya yang berdenyut.     

Anin hanya memandang kembarannya dengan tatapan jengah. Maka dari itu ia tidak memilih tinggal bersama Anita kembali.     

Tiba-tiba suara dari pembantu Anin membuat wanita cantik itu terkesiap dan langsung mematikan pemanggilannya dengan Anita.     

"Mevrouw, de gevangene is ontsnapt! (Nyonya, tawanan kabur!)"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.