HE ISN'T MYBROTHER

Ketika Regan Berhadapan Dengan Bule Belanda



Ketika Regan Berhadapan Dengan Bule Belanda

0Sudah lewat jam tiga sore, tapi Rachel dan Delon masih saja tertidur. Terlihat raut kelelahan yang begitu membuat tidur mereka berdua begitu damai.     
0

Delon sedikit terganggu dengan bunyi ponsel yang selalu membuatnya mengindari terus. Dan kali ini, bunyi itu memekikkan telinga. Kelopak mata itu masih terasa berat dengan tangan yang masih memeluk tubuh istrinya Delon mencoba untuk meraih kasar benda pipih itu di atas nakas.     

"Lon, Lo di mana?" tanya seseorang yang ada di ujung panggilan itu.     

Delon meyakini itu adalah suara dari asisten pribadinya. Dan panggilan sedaritadi itu juga pasti darinya.     

"Kenapa? Bukannya gue udah bilang tadi?" Delon menjawab sesuai dengan apa yang bibirnya minta.     

"Lo bilang cuma nggak masuk kerja. Gue udah nemuin Anin," ucap Regan kembali dengan berbisik.     

Suara itu begitu kecil ditambaj dengan kebisingan yang Delon dengar membuat suara Regan tidak terdengar jelas.     

"Apa?!" Ulang Delon dengan keras hingga membuat Rachel terbangun lalu mendongak ke arah suaminya yang nampak tidak menampilkan ekspresi apapun.     

Delon yang melihat pergerakkan sang istri yang terkejut, ia pun langsung kembali memasukkan tubuh Rachel ke dalam pelukannya lagi.     

Suara panggilan penerbangan benar-benar mengganggu pendengaran Delon. Ia bahkan tidak mendengar apa yang dikatakan Regan. Hanya beberapa kata saja yang dapat ditangkap lelaki yang sedang bertelanjang dada itu. Dan semua kata itu tidaklah penting.     

Tidak mungkin jika Regan menghubunginya hanya mengatakan hal seperti itu.     

"Hallo? Lo masih di sana?" tanya Delon yang lagi-lagi dibalas dengan suara pesawat 'landing' dan lainnya adalah pemberitahuan.     

"Kak, mau dipeluk lagi," rengek Rachel yang semakin mendusel di dada bidang lelaki tampan itu.     

Delon membalas dengan mencium kening sang istri, lalu mengusap lembut kepala belakang istrinya.     

"Tidur lagi ya, Sayang ..." ucap Delon berbisik yang sudah mengembalikkan benda pipihnya di atas nakas.     

Rachel mulai tertidur kembali karena merasa begitu nyaman dan hangat di balik selimut tebal itu meski tubuhnya tanpa sebenang kain pun. Karena Delon yang menginginkan bersentuhan kulit dengan anak mereka meski mereka masih berada di dalam kandungan Rachel.     

"Sebenarnya apa yang dikatakan Regan?" gumam Delon yang masih begitu bingung denga kalimat yang ia dengar tadi.     

Sedangkan di sisi lain. Regan ditangkap oleh seseorang lelaki berbaju hitam yang diam-diam yang juga mengikuti lelaki berkaca mata bening itu hingga ke sampai ke Bandar Udara Schiphol Amsterdam.     

Regan mendapatakan tugas dari Delon untuk mengawasi Anin dan Anita. Tapi, ia hanya bertemu dengan Anita yang akan pergi ke sebuah negara.     

Regan langsung dibius oleh lelaki bertubuh besar itu dan mendadaninya seperti orang tertidur di atas kursi roda. Dan hal itu benar-benar tidak menimbulkan kecurigaan pada petugas bandara di sana.     

"Rijd de auto (Jalankan mobilnya)." Suara wanita itu begitu dominan dalam bahasa Belanda dan sang supir itu pun mengangguk mengiyakan dengan hormat.     

Wanita dengan setelah formal kantor putih gading ditambah celana panjang yang menutupi kaki jenjang itu semakin menambah menawan dan elehannya wanita yang kini terduduk bersam dengan Regan yang masih tak sadarkan diri.     

"Mevrouw waar gaan we heen? (Nyonya, kita mau ke mana?)" tanya sang supir yang memang asli penduduk Belanda. Dia bingung harus memutarkan stir mobil itu ke mana. Sedangkan Nyonya tadi harusnya berangkat ke Inggris. Tapi, karena mendapatkan lelaki itu niatannya pun batal.     

"Huis," balasnya singkat yang artinya rumah. Lagi dan lagi sipir itu tersenyum sumringah. Karena akhirnya mendapat kejelasan dari majikannya.     

Wanita itu terlihat sedang mengarahkan kamera ponselnya pada wajah Regan. Ia ingin menunjukkan kepada seseorang tentang lelaki asing ini yang mengikutinya. Tapi, sayangnya, ia terlalu lupa mematikan flash.     

Dan, yang terjadi ....     

Cekrek ...!     

"Aaawwhh! Apa-apaan ini?!" Regan menggeram kuat saat cahaya itu menembus celah matanya dan membuat lelaki berkaca mata itu tersadar dari obat bius.     

"Kayu?!" tambahnya lagi dengan terkesiap dan tanpa sadar tubuhnya menjauh dari wanita itu. Wanita yang yang sudah Regan laporkan kepada Delon.     

"Tidak perlu berbasa-basi kau siapa? Aku bisa berbahasa Indonesia," ucap wanita itu seraya mencondongkan tubuhnya ke arah Regan yang menjauh.     

"Untuk apa kita saling berkenalan? Aku juga tidak bertanya kau di mana," jawab Regan sesuai dengan apa yang dikatakan otaknya.     

Wanita itu kembali menegakkan punggungnya setelah mendengar perkataan Regan. Sudah tidak ada lagi kalimat yang keluar dari wanita menyeramkan itu. Sekarang hanya suara hening dan suara kendaraan yang lewat berlawanan arah.     

"Kau mau membawaku ke mana? Aku harus pulang ada pekerjaan di sana," kata Regan lagi dan wanita itu memilih diam dengan memasukkan ponselnya.     

Melihat ponsel?     

Regan memerikSa seluruh tubuhnya dan benda pipih itu benar-benar hilang saat ada seseorang yang datang dari belakang. Sekarang ponselnya di mana? Apa terjatuh di bandara?     

Regan bergerak ke arah supir ia ingin mengatakan kepada supir tersebut bahawa ada barangnya yang ketinggalan di sana.     

"Pak, tolong putar balik ke bandara! Ada barangku yang ketinggalan di sana," ucap gusar Regan, tapi supir itu hanya bisa mengerutkan keningnya membalas perkataan Regan.     

"Dia tidak bisa berbahasa Indonesia," kata wanita itu dengan dingin.     

Regan yang mendengar perkataan kemungkinan wanita itu adalah saudara kembar 'Anita' pun menepukkan keningnya keras. Padahal Regan sudah bisa melihat wajah asing dari lelaki itu yang tidak semanis wajah lelaki Indonesia.     

"Ngomong daritadi kek!"     

"Sir, please turn back to the airport! There's something I left behind there!" Regan beralih bahasa Inggris berharap telinga supir itu mendengar. Tapi, lagi dan lagi kening supir itu berkerut.     

Regan semakin bingung dengan apa yang terjadi. Sebenarnya supir itu bisu atau bagaimana. Kenapa tidak bisa memahami apa yang dikatakan Regan justru masuk ke dalam sebuah rumah besar.     

Lelaki berkaca mata itu mengedarkan pandangan ke area kaca mobil depan melihat pemandangan rumah itu seperti rumah besar milik Delon yang dotinggalkan di Amerika.     

"Rumah siapa ini?" Pertanyaan Regan menggantung karena wanita itu sudah bergerak ingin keluar sebelum sang supir menghentikan.     

"Mevrouw, ik tank eerst benzine (Nyonya, saya izin mengisi bensin)," ucapnya. Dan wanita itu mengangguk mengiyakan.     

Sedangkan Regan kembali frustasi saat mendengar suara sang supir yang ternyata bisa berbahasa Belanda saja. Kenapa wanita itu tidak mengatakan kepada Regan sejak tadi? Atau menerjemahkan untuk dirinya.     

"Apakah Anita juga begitu menyebalkan sepertu saudara kembarnya? Cih, pantas saja Delon tidak menyukai wanita sejenis itu," gerutu Regan saat kesal yang masih berada di atas mobil.     

Sedangkan di sisi lain sang supir menatap bingung pada lelaki yang begitu asing di matanya yang tak kunjung turun dari mobil. Apalagi seluruh kata yang keluar dari mulut lelaki berkaca mata itu membuat dirinya semakin pusing.     

"Vreemd meneer, waarom stapt u niet uit de auto? (Tuan Aneh, kenapa anda tidak kunjung turun dari mobil?)"     

"Haaa? Ngomong apa Lo?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.