HE ISN'T MYBROTHER

To Be Honest Honey



To Be Honest Honey

0"Apa yang kamu katakan, Sayang? Aku tidak apa-apa jika kamu ingin ke rumah papa. Tapi, aku hanya ragu papa mau menerima aku ...."     
0

"Aku bilang aku nggak mau ke sana, Kak. Hiks, jangan bawa aku ke sana. Aku ingin melahirkan anak kita ... " ulang Rachel dengan Isak tangisnya. Kedua tangan itu sudah terangkat di leher Delon, menenggelamkan wajah basah perempuan itu di sana.     

Delon mengangkat tubuh istrinya ke atas pangkuannya. Dengan tangan kanan menekan tombol penghalang antara bangku depan dan bangku belakang.     

"Sayang, berhenti menangis. Lihat aku ..." kata Delon yang langsung dituruti Rachel. Dengan wajah yang memerah dan basah penuh dengan air mata, perempuan itu mendongak menatap bola mata hitam legam yang menatapnya.     

"Aku tadi marah padaku?" Rachel menangguk dengan sesekali menyeka kasar wajah basahnya. "Kenapa? Aku melakukan apa? Katakan padaku, agar aku tidak melakukannya lagi," tambah Delon seraya membenarkan anak rambut istrinya yang menghalangi wajah cantik Rachel.     

"Kamu ...." Rachel mulai menceritakan sejak tadi malam sifat Delon sudah berubah sehingga ia harus menghubungi Ater dan perkataan lelaki tadi pagi sangat membuat perempuan itu sakit hati.     

Hingga Rachel berpikiran untuk kembali ke rumah utama dan meninggalkan Delon sejauh-jauhnya. Tapi, sifat lelaki itu yang kembali lembut dan penyabar dengan sifat kenak-kanakan Rachel membuatnya kembali luluh. Serta mengingat kembali jika papanya tak pernah menyukai calon anaknya.     

Apa jadinya jika Rachel benar tinggal di rumah itu bersama kedua orang tuanya? Pasti papanya akan mencari berbagai cara untuk bisa menggugurkan anaknya.     

"Maaf ... aku hanya ingin menjagamu dan anak kita, Sayang. Bagaimanapun sifatku tadi, aku sungguh tidak ingin menyakitimu. Tapi, aku masih sangat kesal saat kamu ...." Delon menundukkan kembali dan bercerita.     

Ia tidak mau sampai hasratnya yang tertahan karena tidak bisa terlampiaskan akan dimanfatkan oleh wanita lain di luaran sana.     

Rachel memperhatikan dengan seksama apa yang diceritakan oleh bibir suaminya sedangkan Pak Yono masih bingung ingin dibawa ke mana mobi itu. Karena kedua majikannya itu tidak mengatakan apapun kecuali di rumah utama.     

Apa benar mereka ingin di rumah utama? Apa kedua majikannya sudah berbaikan dengan tuan Jeno? Jika, mobil ini ia arahkan ke arah rumah utama, ia takut Delon akan marah.     

Pak Yono ingin bertanya, namun Delon membatasi antara bangku mereka. Jadi, lelaki paruh baya itu memilih memutari kota Jakarta hingga bensin mobil tersebut habis.     

Itu bukanlah kesalahannya bukan? Tentu, bukan! Itu salah mereka karena tidak mengatakan apapun kepadanya.     

"Aku mengatakan semuanya dari awal agar kamu tahu, Sayang. Seorang lelaki tidak bisa menahan hasratnya. Jika, itu tidak sampai tidak terpenuhi ... aku takut—" Rachel menutup bibir lelaki tampan itu dengan bibirnya.     

Rachel melumat dengan lembut bibir tebal Delon, ia juga merasa bersalah dengan apa yang dirasakan Delon. Itu juga adalah kesalahannya. Jika, karena dirinya memilih ngidam siang hari mungkin suaminya tidak akan tersiksa.     

Rachel semakin memperdalam ciumannya dengan mendorong tengkuk Delon. Begitu pun dengan Delon yang sudah terbakar dengan ciuman istrinya. Ia sangat merindukan ciuman Rachel yang seperti ini. Bahkan napas yang tersengal masih bisa mereka gunakan untuk saling menukar ludah.     

Delon melepaskan tautan mereka berdua dengan lembut. Wajah Rachel nampak berseri sudah tidak lagi menunjukkan kesedihan di sana.     

"Sayang ..." panggil Delon dengan suara seraknya. Sedangkan Rachel menata rambut hitam Delon karena perbuatan tangannya tadi.     

Tangan Delon mulai masuk ke dalam jaket yang digunakan Rachel tadi. Mengelus perut istrinya dengan lembut, lalu berjalan-jalan hingga menemukan gundukkan besar istrinya yang selalu menjadi candu seorang Delon.     

Delon meremas dengan gemas meskipun masih terhalang bra di sana. Rachel menggigit bibirnya merasakan tangan Delon yang tidak mau berhenti.     

"Kita pulang ke apartemen langsung ya, Kak? Jangan di mobil ... Aku juga sudah sangat merindukanmu." Rachel mengecup seluruh inci wajah Delon tanpa terkecuali. Dengan tangan Delon yang masih berada di balik jaket Rachel.     

Delon mengangguk, mengiyakan permintaan Rachel. Lelaki itu pun memindahkan tubuh Rachel untuk duduk di sampingnya dengan tubuh yang kembali dimasukkan ke dalam pelukannya.     

Delon membuka penghalang antara bangkunya dan bangku Pak Yono. Tiba-tiba lelaki itu menyebar pandangan ke arah luar. Delon begitu asing dengan jalanan yang mobilnya lalui. Ini di mana?     

"Pak Yono kau membawa mobil ke arah mana? Kenapa jalanan ini begitu asing?" Suara Delon tiba-tiba membuat lelaki paruh baya itu terkesiap.     

Pak Yono dengan cepat mengalihkan pandangan ke arah GPS mobil yang sedang ia kendarai. Mata hitam tua itu seketika tersentak saat melihat arah mobil sudah berjalan ke arah luar Jakarta.     

Mobil hitam itu perlahan semakin berjalan pelan di pinggaran jalan hingga bemar-benar berhenti di tempat.     

"Tuan Delon kita berada di luar Jakarta. Tadi, saya bingung mau dibawa ke mana mobilnya. Lalu, saya pikir akan akan berkeliling kota Jakarta. Tapi, saya malah keluar jalur ..."     

"Saya minta maaf, Tuan Delon," tambah lelaki paruh baya itu dengan merasa bersalah seraya menangkupkan kedua buku tangannya di depan wajah tuanya.     

Rachel terbahak dengan apa yang dikatakan supir pribadinya itu. Ini akan semakin lama sampai di Jakarta. Sedangkan ia sudah merasakan senjata suaminya sudah begitu menegang ingin segera terlampiaskan.     

"Putar balik sekarang!" perintah Delon ketus. Ia benar-benar sangat kesal dengan hari ini yang lagi-lagi tidak mau berpihak padanya. Padahal, ia bisa membujuk Rachel untuk kembali berdamai dengannya.     

"Ba–baik, Tuan Delon," jawab Pak Yono dengan terbata. Keringat dingin sudah mengucur deras, Pak Yono benar-benar begitu ceroboh. Beruntung Delon tidak memotong gajinya yang akan dia terima di akhir bulan nanti.     

Mobil hitam itu pun memutar arah ke kembali ke Jakarta. Delon langsung menidurkan kepalanya di depan dada Rachel, menyembunyikan wajah di sana dengan satu tangan yang mengarahkan tangan perempuan itu untuk mengelus rambutnya.     

Rachel menuruti permintaan suaminya. Ia mengelus rambut belakang Delon serayaandamg wajah tampan itu yang memejam tanpa celah.     

"Jangan tidur, Kak ... nanti aku susah banguninnya. Kamu kalau tidur kayak kebo! Bangun, ah! Nggak boleh tidur." Rachel mengguncang tubuh kekar Delon, tapi lelaki itu masih kekeh menutup kelopak mata itu tanpa terganggu dengan suara sang istri.     

"Kaak!" panggil Rachel lagi dengan suara yang sedikit meninggi. Dan hal itu akhirnya berhasil membuat lelaki tampan itu membuka sedikit kelopak mata yang ditumbuhi bulu mata lentik di sana.     

Delon mengangkat tangannya di udara untuk membuat istrinya menunduk ke arahnya. Rachel dengan patuh ikut apa yang diminta Delon. Bibir itu membisikkan sesuatu di telinga Ravhel yang buat kening perempuan cantik berkerut.     

"Kita nggak bawa apapun. Aku nggak setuju, Kak."     

"Ayolah, Sayang. Aku sudah mengantuk sekali," rengek Delon yang membuat telinga perempuan itu gatal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.