HE ISN'T MYBROTHER

Rasa Sakit Hati Rachel



Rasa Sakit Hati Rachel

0"Kita sekarang ke mana, Kak?"     
0

"Seperti anakku sudah kenyang pagi ini. Aku mau pulang aja," sambung Rachel tanpa rasa berdosanya telah membuat Jashon menghabiskan soto super pedasnya.     

Tapi, bagaimanapun Rachel pagi ini sangat puas karena sudah memberi pelajaran kepada suaminya durhakanya itu. Jangan pikir Rachel tidak tahu kenapa lelaki itu mulai kesal dengan dirinya.     

'Cih, dasar suami baperaan! Kalau udah lihat gue sama cowok lain baru ngerasa kehilangan. Coba aja sekali lagi bikin gue marah, gue bakal tinggalin Lo ke gunung. Mending belajar silat di sana daripada nungguim suami durhaka,' batin Rachel yang dengan mengangkat garis senyum bibirnya begitu kentara saat wajah itu ke arah jendela mobil.     

Bibir Delon masih tidak bisa digerakkan karena rasa pedas itu masih begitu terasa. Sepertinya istrinya memang sedang balas dendam dendam kepadanya.     

"Sayang, kamu sengaja ya? Kamu kan nggak suka sambel. Kenapa tadi kamu tambah sampai tiga sendok?" todongan pertanyaan itu membuat bola mata coklat Rachel membulat sempurna.     

Ia memang tidak menyukai sambal. Maka dari itu Rachel menyerahkan makanan itu kepada Delon. Rachel juga sudah tak berselera lagi memakan soto di waktu subuh. Itu hanya triknya saja balas dendam dengan caranya.     

"Kan nggak tahu. Ini anakku yang minta, kamu tinggal makan saja biar anakku nggak ngileran nantinya. Apa susahnya sih? Aku juga tidak menyuruhmu datang ..."     

"Harusnya tadi yang makan itu kak Aster. Salah siapa main usir aja," sambung Rachel yang menjadi kesal mengingat Delon yang mengusir Aster tanpa memberitahunya. Padahal Rachellah yang meminta Aster menemaninya, sekarang bagaimana Rachel menjelaskan ketidak sopanan suaminya itu?     

Dasar suami gilaaa!     

"Sayang, kan ini semua juga karena kamu. Aku kesal denganmu. Aku pikir aku bisa membawamu besok tidak harus sepagi ini. Lihat, semua toko pada tutup hanya kita yang berkeliaran di jalan," ucap lelaki itu dengan menunjuk ke arah sekitar perjalanan mereka yang memang terlihat begitu sepi. Bahakan hanya ada dua satu mobil yang menemani mobil mereka melaju.     

Rachel mengendikkan bahunya. Ia juga tidak melihat jam saat lidah dan perutnya bersabda dengan mutlak.     

Tidak berapa lama mobil mereka sudah sampai di halaman rumah mami Sarah. Keadaan sudah begitu terang walau jarum jam berada di angkat enam pagi.     

Rachel keluar dengan rasa kantuk yang berat. Ia ingin melanjutkan tidurnya di kamar, ditemani Delon yang akan memeluknya. Sepertinya ini akan menjadi tidur pagi yang menyenangkan selagi tidak ada waktu kuliah untuk seminggu ke depan. Karena lelaki bersikekeh dengan kehamilan Rachel yang harus banyak istirahat.     

Saat langkah kaki Rachel tak beraturan karena mengantuk berat. Kakinya tiba-tiba tersandung oleh tangga kecil di sana. Mata perempuan itu tiba-tiba melebar sempurna dibarengi teriakan Rachel.     

"Aaaaggghh... Kaaak!"     

"Astaga, Racheeel!" Delon bersungut melihat kelakuhan istrinya yang semakin tidak hati-hati ddalam melakukan apapun. Jika, Delon tidak segera berlari saat teriakan Rachel menekan gendang telinganya. Mungkin kandungan Rachel akan benar-benar bermasalah.     

Napas Rachel naik turun di dalam gendongan suaminya. Ia tidak melihat jika ada tangga kecil di sana. Kenapa bisa ada tangga saat dirinya sedang berjalan, sedang kemarin tidak ada, pikir Rachel yang justru menyalahkan taangga tersebut.     

"Kamu yang salah. Aku bilang tunggu aku. Nanti siang kita pulang ke apartemen, tapi kamu malah nyelonong jalan sendiri. Lain kali dengerin aku, Rachel," kata Delon dengan menekankan kalimatnya kesal.     

Rachel hanya membalas dengan mengangguk saja seraya mencebikkan bibirnya. Delon hari ini selalu saja memarahinya. Padahal ini semua juga bukan salah Rachel.     

"Udah bawa masuk aja, Lon. Istrimu ngantuk itu pasti!" teriak suara wanita paruh baya yang berasal dari taman bunga.     

Delon mengangguk sebagai jawabannya. Ia sudah kehilangan kata-kata untuk membuat Rachel duduk manis di tempat. Hal itu terasa semakin sulit saja Delon membuat Rachel dalam kendalinya.     

"Kamu harus tidur. Aku seperti sedang menangani anak lima tahun tahu nggak?" tambah Delon yang sudah membawa tubuh istrinya ke dalam rumah.     

Rachel begitu terkejut dengan apa yang dikatakan Delon tadi. Kenapa bisa dia disamakan dengan seorang balita. Sepertinya suaminya itu memang sudah tidak mau mengurusnya lagi.     

"Turunkan aku di sini." Suara Rachel tertahan ada rasa sesak dalam hatinya, tapi sekuat mungkin Rachel akan menahannya.     

Delon terkejut dengan permintaan Rachel setelah mereka berada dipertengahan anak tangga. Permintaan itu tentu tidak dituruti Delon yang masih terkejut.     

"Turunkan aku di sini. Aku tidak mau turun sendiri, karena ini adalah anak tangga. Aku tidak akan ceroboh lagi," ulang perempuan itu sekali lagi dengan menekan kalimat yang yang didengarnya begitu dingin dari mulut Delon.     

Delon perlahan menurunkan tubuh ramping istrinya dengan hati-hati memastikan jika anak tangga yang yang pijakinya rata.     

"Kenapa, kamarnya kan masih jaa—" Delon terkejut saat tubuh Rachel justru berjalan berbalik dari arah kamar mereka. Kali jenjang perempuan itu begitu hati-hati menuruni anak tangga lagi.     

"Chel, kamu mau ke mana lagi? Aku sudah bilang kamu harus tidur di kamar. Kamu selalu tidak bisa hati-hati saat berjalan! Racheeel!" teriak Delon kencang yang sama sekali tidak diperdulikan perempuan cantik itu.     

Rachel sudah terlanjur sakit hati. Mata berat kantuknya sudah tidak berarti, kini telinganya semakin panas saat Delon menambah dengan teriakannya.     

"Ini jam enam. Pasti pak Yono sudah ada di parkiran," gumam Rachel sebisa mungkin tidak mengeluarkan air matanya saat ini juga. Langkah kaki itu mulai berjalan ke arah parkiran mobil. Biasanya pak Yono akan memanaskan mesin serta membersihkan mobil di sana.     

Sedangkan Delon juga berlari kecil mengejar istrinya yang kembali berjalan keluar. Helaan napas panjang terdengar seraya mengusap rambutnya dengan kasar. Delon semakin pusing dengan berbagai tingkah Rachel. Padahal dirinya hanya ingin membuat istri dan calon anaknya tetap dalam keadaan baik-baik saja.     

Delon membulatkan matanya saat melihat istrinya sedang berbicara dengan supirnya, bahkan mereka berdua seperti berjalan ke arah mobil yang masih terdengar deru mesin yang menjadi rutinitas sepanjang pagi.     

"Mau ke mana lagi mereka? Apa Rachel ngidam lagi?" monolog Delon yang begitu penasaran dengan apa yang sedang dilakukan Rachel dan supirnya. Kenapa wajah Rachel begitu serius ingin di antarkan ke suatu tempat.     

Rachel mulai memeriksa dirinya agar tidak terlihat kotor meskipun sudah melakukan perjalanan pagi yang begitu melelahkan mencari penjual sate. Tapi, menurut Rachel tampilannya sudah bersih. Ia makan dengan teratur tidak ada noda setitik pun.     

Saat kakinya sudah mulai masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba ia terkejut dengan cekalan tangan yang sudah menahan tangannya untuk tidak masuk ke dalam mobil.     

"Mau ke mana lagi, Chel? Kamu ngidam lagi? Kenapa tidak memberitahuku?" Suara itu terdengar meninggi, Rachel pun tak terima dengan Delon yang kini selalu saja tidak sabaran menghadapi dirinya.     

"Apa urusanmu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.