HE ISN'T MYBROTHER

Malaikat Untuk Penjual Sate



Malaikat Untuk Penjual Sate

0"Pak Delon? Kenapa Anda di sini?" Pertanyaan itu membuat sudut bibir Delon terangkat. Bukankah pertanyaan itu untuk dia sendiri?     
0

"Dia siapa? Bukankah dia istriku?"     

Aster melepas paksa cekalan tangan Delon pada lengan tangannya dengan kasar. Ia lupa, jika Alisha menikahi mantan dosennya itu.     

"Lalu?" Aster meminta penjelasan lagi kepada lelaki di depan matanya itu. Nyatanya dia tidak becus menjadi seorang suami. Jika, Delon bisa membahagiakan Rachel. Perempuan itu tidak akan pernah mencari orang lain untuk mengantarkan perempuan itu untuk menuruti ngidamnya.     

"Oh, jadi sedaritadi Bapak ngikutin saya? Huh, lucu!" tambah Aster tertawa geli melihat kelakuhan Delon yang sama sekali di luar pikirannya.     

"Aku peringatkan jangan pernah mendekati istriku. Aku tidak akan mengulangi dua kali untuk memberimu peringatan."     

"Pergi ...!" Lanjut Delon yang langsung mendoronga tubuh Aster menjauh dari langkahnya.     

Ia memang begitu kesal dengan Rachel. Tapi, ia tidak bisa menyalahkan istrinya melakukan ini. Karena ini juga salah Delon. Ia sudah terbawa kekesalan hatinya. Dan menjadikan perempuan itu meminta lelaki muda itu mengantar Rachel.     

"Terima kasih." Satu kata mampu membuat Aster kembali menghentikan langkahnya. Ia benar-benar tidak butuh rasa terima kasih dari mulut Delon.     

"Saya tidak butuh rasa terima kasih Pak Delon. Asal Anda tahu, saya melakukan ini demi Rachel. Saya siap menikahi Rachel jika Anda sudah tidak sanggup menjadi suami untuk Rachel ...." Aster menepuk bahu kekar Delon dengan mendekatkan wajahnya seraya menoleh ke arah Rachel yang sedang tertawa bahagia saat menyantap makanannya.     

"Anak itu akan menjadi anak saya, jika memang Anda ingin melepaskannya. Saya akan senang hati membuka lebar tangan saya, Pak Delon!" tambah Aster panjang lebar.     

Dan apa yang dilakukan Aster sukses membuat lelaki tampan itu terdiam di tempat.     

Sejenak tatapan bersalah itu ia luruskan pada perempuan cantik yang sudah menemani dirinya hingga di detik ini. Dan Rachel tidak pernah mengeluh sejauh ini.     

Tapi, saat Delon merasa tidak puas karena mood kehamilan istrinya, lelaki itu sampai tega membiarkan Racjhel keluar tanpa kehadiran dirinya.     

Benar apa yang dikatakan Aster. Jika dia masih seperti ini. Akan banyak lelaki yang akan menjaga istrinya, meski perempuan itu sedang hamil. Para lelaki di luaran sana tidak akan buta melihat perempuan secantik Rachel.     

Dasar kau bodoh, Delon! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Tidak akan pernah!     

Lelaki yang memakai jaket abu-abu yang sama dengan Rachel itu mulai mengayun langkahnya dengan pelan tanpa menimbulkan kecurigaan pada Rachel maupun penjual sate itu yang sudah Delon perintahkan untuk diam.     

Terdengar istrinya yang sedang berbincang dengan penjual sate tersebut dengan begitu terfokus. Delon hanya ikut mendengarkan, hingga membuat dirinya begitu gemas ingin memeluk tubuh itu.     

Rachel menoleh ke arah pusat pelukan itu dengan mengarahkan pandangan ke bawah, lalu mengikut aroma parfume yang begitu perempuan itu kenal.     

"Ha? Kenapa di sini?"     

"Di mana ...." Pandangan Rachel menyebar pandangan ke segala arah. Perempuan seakan tidak peduli dengan kehadiran Delon saat ini yang memeluknya erat.     

"Dia sudah kuusir, Sayang. Kamu bersama lelaki lain saat suamimu masih hidup," ucap Delon yang langsung berdiri saaat Rachel tiba-tiba berdiri terlebih dulu.     

Rachel melepaskan pelukan Delon dengan kasar. Bahkan makanan itu belum selesai di makan oleh Rachel. Tubuh perempuanitu Delon biarkan saja berjalan ke arah gerobak kecil yang sepertinya memang sedang menunggu kedatangan Rachel.     

"Bapak, ini uangnya ... apa segini cukup?" tanya Rachel yang seakan ragu menyerahkan gulungan uang kertas berwarna merah di tangan tua lelaki di depan Rachel.     

Perempuan terlihat ragu menyerahkan uangnya. Karena ia takut jika harga sate itu kurang dari beberapa lembar uang yang sengaja dibawanya dari rumah.     

Lelaki paruh baya itu membuka gulungan uang pemberian pembelinya. Ia memang sengaja mengecek terlebih dulu. Bukan bermaksud tidak percaya, tapi lelaki paruh baya itu sudah terlalu banyak orang yang menipunya dengan sebuah uang palsu atau sebagainya.     

Maka dari itu, ia sekarang lebih berhati-hati karena anaknya yang perlu uang dari jualannya untuk berobat.     

Kedua mata tua yang nampak lelah itu melebar sempurna seketika. Ia tidak menyangka bisa memegang uang sebanyak ini.     

Rachel semakin bingung dengan ekspresi penjual sate itu. Ia berniat ingin merampas dompet suaminya untuk menambah sate enak itu. Tapi, sebuah gerakkan membuat Rachel berhenti di tempat.     

"Bapak? Apa yang bapak lakukan? Ayolah berdiri, bagaimana bisa seperti ini. Saya hanya membayar saja, tidak perlu seperti." Rachel mencoba membangunkan tubuh tua yang kin bersimpuh di bawah kaki perempuan cantik itu sontak membuat sang empu terkejut.     

"Itu satu juta, Pak. Apa uang saya kurang? Sate bapak terlalu enak untuk dibayar murah. Sebentar saya panggilkan suami saya dul—"     

"Tidak perlu, Nona. Uang ini sudah terlalu banyak untuk bapak. Nona sangat baik hati, maaf bapak harus menjual sate itu untuk tambahan anak bapak berobat, Non ..."     

"Sebenarnya, bapak ingin memberi gratis, tapi keadaan yang membuat bapak seperti ini. Bapak, juga pernah merasakan betapa bingungnya saat istri sedang hamil, dan bapak sama sekali tidak mempunyai apapun," sambungnya dengan berlinangan air mata.     

Delon mulai mengikis jarak di antara mereka berdua. Tangannya kembali melingkar di pinggang istri dengan possesif.     

"Terima kasih, Pak. Ini saya berikan tambahan, bonus atas kebaikan Bapak sudah memberi istri saya sate yang seharusnya untuk anak bapak," sahut Delon yang langsung memasukkan uangnya pada buku tangan tua yang bergetar itu.     

Lelaki paruh baya itu semakin menggelengkan kepala tak percaya. Ini seperti mimpi bertemu dengan dua malaikat yang begitu baik hati menolongnya.     

"Terima kasih, Tuan. Nona dan Tuan sangat baik hati. Semoga proses lahirannya lancar," balasnya dengan tersenyum haru.     

Rachel mulai kembali menyebar pandangannya lagi. Situasi pagi ini begitu sepi hanya ada lampu temaram yang menemani jalanan lengang itu.     

"Bapak sering meninggalkan gerobak di sini?" tanya Rachel yang langsung diangguki lelaki paruh baya itu.     

Dia akan berjalan kaki untuk pulang, daripada harus membawa gerobaknya pulang pergi ke rumah.     

"Saya antar ya? Sebagai tanda terima kasih anak saya yang sudah begitu kenyang," tambah Alisha dengan tertawa ringan seraya mengulas lembut perutnya yang Benar-benar sudah kekenyangan.     

Meskipun Rachel tidak menghabiskannya karena kedatangan lelaki yang kini berada di sampingnya itu.     

Lelaki paruh baya itu mengangguk sekali lagi. Ia memang harus ikut ke dalam mobil. Ia juga takut ada preman yang sudah mengincar kedatangannya di si suatu tempat sepi.     

Rachel semakin mengulas senyum lebarnya. Ia begitu senang penjual sate baik hati mempercayai dirinya, jika Rachel bukanlah orang jahat.     

"Apa rumah bapak jauh? Jauhkah dari sini? Apa aku boleh main di sana, Pak?"     

Delon menggelengkan kepala mendengar pertanyaan istrinya.     

"Sayaang, ini sudah pagi! Kamu butuh istirahat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.