HE ISN'T MYBROTHER

Kebenaran Perlahan Kehidupan Anita



Kebenaran Perlahan Kehidupan Anita

0"Kau ini lelaki. Papimu selalu mengajarkanmu jujur bukan? Lihat kakakmu, Nino. Dia sama sepertimu ... tapi, dia diam-diam memperjuangkan kakak iparmu. Apa kau di sini akan jadi pecundang?"     
0

"Mami begitu malu memiliki anak sepertimu. Seharusnya, aku tidak melahirkanmu." Wanita paruh baya itu beranjak untuk kembali ke kamarnya sendiri untuk menangkan kepala yang begitu berdenyut karena kelakuhan Nino yang tak bisa ia pikirkan lebih lama.     

Sebelum langkah itu benar-benar meninggalkan sofa yang tadi diduduki dirinya dan Delon. Wanita paruh baya itu menoleh ke arah sahabat kedua putranya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.     

"Delon, mama mertuamu akan ke sini. Dia begitu senang saat aku memberitahunya, jika kalian di sini ..." ucapnya yang membuat punggung Delon tak lagi bersandar. Kini tatapan itu meminta penjelasan sekali lagi.     

"Iya, Martha akan ke sini. Dia sudah begitu merindukan kalian dan cucunya. Aku tahu situasi kalian sedang tidak bagus," ulangnya lagi seraya kembali membalik tubuh untuk berjalan ke arah anak tangga yang sudah menunggu untuk di tanjaki oleh sang pemilik.     

"Mammi, jangan pergi dulu. Bukannya aku sudah meminta mami untuk menemaniku untuk datang ke keluarga Monica? Aku akan bertanggung jawab semuanya, Mi ..."     

"Nino, mohon, Mi ...." Lelaki itu berteriak sepenuh tenaga untuk membuat maminya berhenti untuk mengayun langkah meninggalkan dirinya di sana dengan rasa bersalah.     

Nino juga tidak tahu jika Monica masih perawan. Ia pikir, dengan kehidupan perempuan itu yang keluar masuk club, Monica sama saja dengan perempuan di luaran sana yang pernah menghangatkan ranjangnya juga.     

Meskipun begitu, Nino tidak memperdulikan bagaimana status dari hal itu. Karena pada nyatanya, Nino mencintai Monica melebihi nyawanya sendiri.     

"Kamu berani mengakui kesalahanmu?"     

Pertanyaan itu dijawab Nino dengan mengangguk yakin. Ia akan melewati semuanya sebagai pejuang cinta. Biasanya dirinyalah yang diperjuangkan. Sekarang, Nino akan membuktikan dirinya bisa untuk meyakinkan kedua orang tua Monica.     

"Bangun," kata mami Sarah yang juga memundurkan tubuhnya, nada perintah itu sudah tidak terasa memburu dan terdengar lebih lembut di telinga Nino.     

Nino menuruti perintah sang mami, kedua manik mata itu terlihat berkaca-kaca melihat kedatangan wanita paruh baya itu yang sudah merentangkan kedua tangannya.     

"Sini peluk. Mami senang melihatmu tumbuh dewasa, Nino. Ketahuilah, mami melakukan ini semua karena mami begitu peduli denganmu dan masa depan Monica," ujarnya yang sudah menderatkan kecupan sayangnya di belakang kepala sang putra berkali-kali.     

Nino membalas pelukan hangat itu tak kalah erat. Air mata Nino tak kuasa terjatuh begitu saja.     

Inilah yang membuat Nino begitu bangga memiliki seorang wanita yang mampu merangkap segalanya, menjadikan dua peran dalam tubuhnya sebagai kekuatan untuk melawan kerasnya dunia.     

"Mami ma–afkan, Nino ...." Perkataan lelaki itu terbata. Tapi, wanita paruh baya itu membalas dengan senyum simpulnya yang begitu tenang seraya menepuk-nepuk punggung putranya pelan.     

"Cih, nangis!" Delon berdecih saat tangannya sudah menyentuh bahu kekar Nino yang masih di dalam pelukan wanita paruh itu.     

Sebenarnya Delon tidak mengejek kelembutan seorang Nino yang mampu menangis di hadapan wanita yang melahirkan lelaki itu. Ia hanya memberi kekuatan dan selamat atas tes yang sudah dilewati hari ini.     

Sedangkan Delon sudah bergerak ke arah luar rumah untuk menemui sang istri. Tapi, dengan cepat Regan menarik dirinya untuk kembali masuk ke dalam rumah.     

"Ikut guee, ada berita penting. Gue tadi pagi-pagi harus ninggalin adegan seru hanya karena tugas Lo! Jadi, Lo harus ikut gue. Gue ngga mau dapat omelan dari boss gue," kata Regan yang hanya mendapat balasan Delon dengan berdecak.     

Regan hanya manggil sang mami untuk mengabari dirinya sudah berada di rumah. Ia tidak sempat memberi wanita paruh baya itu kecupan sayang. Karena berita ini begitu penting untuk sang Boss.     

Setelah menaikki anak tangga yang hanya memerlukan waktu sepuluh menit saja. Delon dan Regan sudah berada di ruang kerja papinya dulu. Ruangan yang hanya satu dua kali ia masuki selebihnya, lelaki berkaca mata itu hanya akan melakukan pekerjaan di apartemen Delon.     

Karena maminya selalu berkata 'tidak boleh ada yang gila bekerja di rumah. Mami tidak mau kehilangan kalian berdua seperti mami kehilangan papi kalian karena harus gila bekerja' seperti itu.     

Maka dari itu Regan sama sekali tidak pernah membawa berkas besar ke dalam rumah ini.     

"Udah lepas. Lo bikin gue jijik. Junior gue masih bisa ngasilin hasil, Lo kalo mau nyimpang. Ngga usah ajak-ajak gue," kata Delon dengan menghempas tangannya yang baru sadar, sedaritadi asisten pribadinya itu menganggademg dirinya.     

Regan mencebikkan bibirnya mendengar perkataan Delon. Dengan gayanya yang dibuat seimut mungkin, lelaki berkaca mata itu memukul-mukul gemas dada bisang Delon.     

"Jahara ... jahara, eboss! Kenapa ngasilin di perut perempuan, kenapa ngga ngasilin di perut aku aja?" Regan mengelus perut berlaris garis keras di sana dengan gaya menggoda. Dan sontak membuat Delon mengangkat satu alis seraya beranjak pergi.     

Sebelum benar-benar pergi, Regan dengan cepatenahan tangan Delon. Ia sudah hidup dalam taman tanpa bunga. Jadi, apapun yang dia lakukan sekarang dia akan berakhir mengenaskan juga.     

"Lo, ambekan, Boss! Duduk dulu. Gue mau lapor hasil pencarian gue tentang Anita ... dan mungkin gue juga bakal terbang ke Belanda untuk mastikan lagi," cicit lelaki berkaca mata itu seraya mengeluarkan isi amplop coklat tersebut.     

Delon masih memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh sekretaris pribadinya tersebut. Dua foto terlihat sama di sana. Lelaki tampan itu begitu tahu siapa yang berada di sana.     

"Ada apa? Apa pencariannya sudah benar dan akurat?" tanya Delon yang diangguki Regan tanpa menatap dirinya. Karena lelaki itu sedang mempersiapkan data laporan yang harus ia jelaskan dengan begitu jelas.     

"Lihat ini ...." Regan menyodorkan dua foto dengan wajah yang sama begitu pula dengan baju yang mereka pakai. Tapi, Delon tidak secepat itu ditipu dengan hanya menampilkan dua foto tersebut sebagai sesuatu 'dublicate' saja.     

Regan menggerakkan kepalanya ke arah tatapan Bossnya yang sepertinya mengetahui perbedaan dari foto tersebut meskipun semua orang akan menganggap dua foto itu adalah satu orang.     

Tap ...!     

"Tepat, Boss! Anda memang hebat. Pantas saja si Nia mengagumi, Boss!" sahut Regan dengan menepuk kedua buku tangannya di depan Delon begitu berantusias.     

Merasa mendapat tatapan tajam menusuk hingga ke uluh hati, lelaki berkaca maat itu langsung tersenyum 'cengengesan' di depan Delon seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"Kissing, Boss. Aku hanya terlalu senang saja Anda bisa menemukan perbedaan di antara kedua foto tersebut ... Mereka berdua adalah kembar. Dan sudah sejak awal mengincarmu. Aku juga punya rekaman video salah satu di antara mereka menggali kuburan Anita," jelas Regan panjang lebar.     

"Apa nama mereka Anin dan Anita?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.