HE ISN'T MYBROTHER

Persidangan Nino



Persidangan Nino

0"Nino! Kamu ini terlalu kurang ajar! Kenapa kamu bisa tidur meluk Monica? Kalian belum menikah! Kenapa kamu tidak sabaran, ha?"     
0

"Apa kamu pikir Monica itu lahir sendiri tanpa orang tuannya?" sambungnya denga. Napas memburu. Dan beberapa kali wanita paruh baya itu terlihat sedang memijat kening berkerutnya.     

Nino hanya bisa tertunduk lemah dengan sesekali melirik ke arah Monica yang terlihat menatapnya dengan tatapan kasihan. Perempuan itu pasti ingin menolongnya, tapi dia juga takut dengan kemarahan maminya jauh berbeda dengan sifat ramah yang selama ini ditunjukkannya.     

"Mami, aku hanya memeluknya saja. Aku tidak melakukan apapun. Aku juga tahu bagaimana aku harus menjaga Monica, Mam. Jangan marah-marah dong, Nino masih mangantuk nih," bujuk Nino dengan mengeluarkan jurus rayuannya pada sang ibu. Tapi, nampaknya wanita paruh baya itu tak merespon.     

Mami Sarah memilih pergi duduk di sofa. Tak begitu lama Delon dan Rachel datang dengan wajah yang sudah segar. Mereka memutuskan untuk mandi bersama untuk mempersingkat waktu. Hanya sekedar mandi bukan hal lain.     

"Ada, apa, Mam?" tanya Delon beranjak mendekat dan duduk di samping wanita paruh baya itu dengan melepas pelukannya pada pinggang ramping Rachel.     

Sedang istrinya memilih duduk di samping Monica dengan mengulas lembut punggung kecil sahabatnya.     

"Lihat kelakuhan anak itu semakin menjadi-jadi. Monica tidur dipeluk Nino tanpa sepengetahuan Monica. Apa kau ini tidak keterlaluan, Delon? Mami rasa ingin menukar tambah anak itu pada orang lain," sahutnya dengan nada yang masih kesal sembari melirik ke arah putra keduanya itu dengan tajam.     

Delon mengikuti arah pandang mamai Sarah ke arah sang tersangka. Tanpa sadar senyum seringainya muncul. Nino memang bodoh jika sudah begitu mencintai seorang perempuan. Mengunci kamar pun sampai dia lupakan.     

"Aku pikir jika aku jadi mami, aku akan kesal juga ..." sanggah Delon yang mendapat tatapan melebar dari Nino. "Apa kita harus memulangkan Monica agar Nino tidak bisa mancam-macam dengannya?" Delon semakin menyeringai tajam saat kedua pasangan itu seakan tak setuju dengan usul yang diberikan lelaki itu.     

Wanita paruh baya itu mengangguk dan beberapa detik membawa kepalanya ke arah Monica yang tadi terkejut sekarang semakin menambah keterkejutannya.     

"Mami setuju denganmu. Ini demi masa depan Monica. Mami sangat tidak percaya dengan kelakuhan Nino ... bisa saja, Monica akan dipermainkan. Dan mami, tidak akan membiarkan hal itu terjadi."     

Monica dan Nino begitu mendengar apa yang sedang dibicarakan kedua orang itu. Nino menatap tidak rela pada keputusan sang mami.     

"Mami, janga—"     

"Diam, Nino! Kau harus bisa membuat Monica menjadi milikmu dulu. Sebelum kamu menyentuhnya. Kamu jangan bodoh, apa kamu menganggap Monica seperti kekasihmu yang lainnya?"     

"Hanya untuk ditiduri lalu kamu tinggalkan begitu saja?"     

Nino terbungkam dengan perkataan wanita paruh baya itu. Kembali kepala itu tertunduk lemas, ia benar-benar tidak pernah menganggap Monica seperti itu.     

Nino ingin menikahi Monica.     

Tapi, jika mengingat umur mereka berdua yang begitu muda, apa orang tua Monica akan mempercayakan putri mereka untuk Nino pinang dan mampu mengarungi segala gelombang yang mungkin tidak akan begitu mudah mengingat masa lalu lelaki itu seperti apa.     

"Sayang, bawa sahabatmu untuk menghirup udara segar di luar dulu. Suasana di sini tidak baik untuk sahabatmu. Apalagi, Nino, sepertinya masih ragu memilihnya," ucap Delon yang tadinya membuat senyum Rachel mengembang dengan cerah.     

Tapi, sedetik setelahnya. Lelaki itu membuat bola matanya hampir keluar dengan kalimat yang membuat Monica mencengkram ujung baju tidurnya erat.     

"Kak, kamu jangan seperti itu. Kalau, Nino sampai tidak mau bertanggung jawab. Aku sendiri yang akan memutus lehernya. Mami Sarah pasti tidak akan menangis kehilangan satu anak seperti ini." Rachel melesatkan tatapan tajamnya ke arah Nino yang masih tertunduk seperti sedang dihakimi.     

Wanita paruh baya itu mengibaskan tangannya yang membuat Rachel semakin tertawa terbahak.     

"Tuh, Nin. Lo udah ngga dianggap," tambah Rachel yang mulai mengayun langkah ke arah pintu utama dengan tangan kiri memeluk bahu Monica.     

Setelah kepergian Rachel dan Monica. Wanita parahh baya itu kembali menoleh ke arah putranya dengan tatapan yang masih sama. Masih dengan aura menakutkan dan mengerikan untuk suasan pagi hari ini.     

Anak dan ibu itu seakan sedang memberi tunjuk kepada siapa pun, jika perbuatan yang dilakukan Ninontidaklah dibenarkan. Sarah kecew, sangat kecewa.     

Sarah yakin, Nino tidak hanya melakukan hal itu kepada Monica. Ia hanya akut perempuan baik-baik itu hamil dan membuat masa depan yang sudah dirancang hancur seketika hanya karena ego dan hasrat bodoh Nino.     

"Angkat kepalamu. Kenapa kau selalu mengangkat kepala jika melihat perempuan cantik saja? Kenapa hal seperti kau tidak bisa melihat mami? Apa mami gagal merawat kalian berdua?"     

Delon hanya sebagia penonton gratisan saja di sana dengan sesekali memberikan kayu bakar agar semakin menyala api kemarahan wanita paruh baya itu.     

Delon ingin mengerjai Nino hingga lelaki itu menyadari dirinya seperti apa dan perasaan apa yang sebenarnya dimilikinya selain hasrat yang menggebumpada perempuan itu.     

"Tidak, Mami. Nino yang salah.. Mami tidak pernah mendidikku dan kak Rekan buruk. Percayalah, Mam. Aku hanya merindukannya. Hanya itu, aku juga tidak berniat membuatnya hamil ... jadi tenanglah," balas Nino yang ia pikir hukuman ini telah berakhir.     

Dan sekarang akhirnya, dirinya bisa duduk di sofa empuk itu kembali. Lelaki itu mulai beranjak dari tempat bersimpuhnya. Namun, suara teriakkan kenacang membuat Alisha kembali jatuh lagi di atas lantai karenanya terkejut.     

"Duduk di sana! Jangan bergerak ke mana pun. Kamu memang butuh dihukum seperti ini, Nino. Kamu jangan main-main dengan kehamilan sekarang perempuan ..."     

"Sekarang,a mami ingin bertanya pada kau. Apa kau dan Monica pernah melakukannya?" tambah mami Sarah yang seakan tak henti-henti mengoyak-oyak kejujuran sang putra.     

Nino menaikkan kedua alisnnya mendengar pertanyaan sensitif itu keluar dari mulut wanita yang sudah melahirkan dirinya itu.     

"Ayo, jawab! Apa kamu pikir mami sedang mengajakmu melucu?" Mami Sarah menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Ia tidak menutup mata atas kehidupan bebas yang dilakukan kedua anaknya. Tapi, sekarang Nino memilih Monica. Dan perempuan itu bukan berasal dari keluarga yang biasa.     

Jika kedua orang tuan Monica menolak, apa jadinya dengan masih Nino? Mungkin saja putra keduanya itu akan gila selama mungkin.     

Saat Nino ingin membuka mulutnya, lelaki di samping ibunya sudah lebih dulu meraih perkataan yang akan mungkin membebaskan dirinya dari sini, dari dinginnya lantai putih yangenyentuh kedua lutut Nino saat ini.     

"Mereka melakukani hotelku, Mam. Dia juga sudah membuatku bertengkar dengan Rachel. Aku pikir, Monica akan segera mengandung cucumu," sahut Delon tanpa rasa berdosanya. Ia benar-benar tidak bisa melupakan malam itu.     

"Dia tidak akan hamil, Mam. Kami hanya melakukannya sekali ...."     

"Tapi, kamu merebut mahkota Monica?!" serunya dengan nada membentak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.