HE ISN'T MYBROTHER

Ini Baru Awal



Ini Baru Awal

0"Di mana sisa anak buah kalian, ha?" bentak Regan yang sudah mengikat tubuh anak buah Anton yang sudah begitu lancang menembakkan peluru ke arah Delon sebanyak tiga kali.     
0

Jika, respon Delon buruk. Regan sudah bisa memastikan timah panas terakhir itu pasti akan menembus leher lelaki tampan yang kini sedang menatap anak buah Antoni itu dengan lekat.     

"Katakan ... atau kepalamu kutembak!" tambah Delon yang sudah menggerakkan senjata itu dengan begitu terampil. Sekarang tinggal satu tarikkan saja. Pelatuk itu akan menurut kemauan sang pemilik. Tidak hanya menjebol tengkorak kepala itu. Tapi, sampai ke dasar tanah.     

"Aa .... arah jarum panjang mengarah pada angka dua belaas mereka akan ke sini bersama tuan Anton. Dan dipertengahan jalan sana ...." Lelaki itu meunjuk ke arah mobil Nino yang melaju keluar dari jalur pemakaman itu. "Sudah ada lima orang yang siapa menembak mobil kalian tadi." Lanjutnya yang membuat lelaki itu langusng menunduk.     

Anak buah Antoni itu seharusnya meminum obat bunuh diri palsu yang sudah diberikan Antoni padanya. Tapi, karena pengalaman aalah guru segalanya. Delon langsung menyuruh Regan untuk memeriksa seluruh tubuh dan benar. Lelaki berkaca mata bening itu menemukan racun sianida dalam tiga betuk tablet.     

Tidak berapa ponsel Delon berdering. Dan asal panggilan itu dari Rachel. Dengan cepat Delon mengangkat panggilan itu. Ia begitu cemas dengan keadaaan istrinya bagaimana.     

Bukan karena sebab, Delon menyerahkan tanggung jawab besar itu kepada Nino untuk melindungi para perempuan, termasuk Rachel. Karena Nino sudah mempunyai pengalaman ikut dengannya dan melakukan tugas berat yang begitu mengerikan dibanding permainan balas dendam Antoni.     

"Hallo, Kak? Apa kamu baik-baik aja? Apa ada yang terluka? Apa tembakkan tadi mengenaimu? Katakan kalau kamu merasakan sakit. Apa di mobil ada kotak obat? Astagaa aku lupa menaruhnya! " Rachel memberondong di pertanyaannya. Dan membuat Delon menutup mulutnya merasa begitu gemas mendengar suara istrinya.     

Regan sudah sibuk menempatkan beberapa mobil anak buah Delon yang begitu banyak hingga seperti sebuah acara penting dengan penjagaan yang super ketat untuk sang pejabat tinggi.     

"Sayang, aku yang mencemaskanmu. Aku tidak apa-apa jika terluka, asal tidak kamu dan anak kita. Apa kamu sudah sampai di rumah mami Sarah?"     

Delon kembali ingin tahu apa istri ya dalam keadaan baik-baik saja atau tidak. Tapi, jika mendengar Rachel secerewet ini maka bisa dipastikan istri tercintanya baik-baik saja.     

"Hmm... Aku sudah di rumah tante Sarah. Aku makan banyak karena ketakutan tadi, Kak. Sekarang aku sudah tidak takut. Tubuhku juga tidak terluka ..."     

"Aku baik-baik aja. Aku mencintaimu, cepatlah pulang. Anakmu selalu mau makan terus. Ini gimana?" rengek Rachel yang terdengar sudah menangis karena merasakan lapar terus menerus. Seperti makanan yang ada tadi Rachel makan hanya seperti angin lewat.     

Delon semakin tidak tahan untuk segera pulang jika Rachel begitu menggemaskan seperti ini. Biasanya lelaki itu pasti akan mencium seluruh inci tubuh istrinya dengan gemas hingga membuat Rachel kegelian dan memohon ampun kepadanya.     

"Sayang, dengarkan aku, ya? Kalau kamu lapar makan yang banyak jangan lupa minum susu ibu hamil. Aku akan segera pulang, jika urusanku yang satu ini selesai. Aku tidak akan terluka, tenang saja," balas Delon dengan begitu lembut hingga terdengar suara rengekkan Rachel ingin dipeluk dan mengelus dada bidang dirinya.     

Astagaa, berapa orang yang berada di sana? Kenapa Rachel begitu tidak tahu malu. Suara cekikan beberapa membuat wajah Delon bersemu merah.     

"Kamu belum menjawab aku, Kak. Hikss... Aku mau dipeluk, aku ngga bisa tidur kalau ngga dipeluk," tambah Rachel yang semakin menangis terisak. Delon memijat pangkal hidungnya yang merasa tidak tega dengan tangis istrinya. Tapi, di sisi lain ia juga harus memberi pelajaran kepada Antoni.     

"Sayang peluk mami Sarah dulu ya? Aku akan segera pulang. Aku mencintaimu istriku yang cantik. Aku tidak akan lama. Aku janji," kata terakhir itu menjadi penutup panggilan mereka yang tiba-tiba saja Rachel tidak mau menjawab. Dan bisa Delon tebak, perempuan itu pasti sedang merajuk kesal terhadapnya.     

"Astagaa Rachel ... Rachel. Aku hampir mati karena melihatmu terkepung dengan masalah sialan ini. Aku tidak akan bisa bernapas jika kamu merajuk kembali," gumam Delon yang sedang memandang walpaper ponselnya yang tersaji foto dirinya dan Rachel.     

Jika mengingat saat pengambilan foto itu, Delon menjadi bersemu merah.     

"Lo ngapain senyum-senyum?" tanya Regan yang sudah berada di depannya kini. Lalaki berkaca mata itu sedang menurunkan pandangan mencari wajah mengerikan itu telah berubah menjadi Mickey mouse yang menggemaskan.     

"Aduhhh, Lo ngga sesuai tampang, Boss! Kalau sampai anak buah kita tahu atasan yang paling mereka takuti berubah menjadi seperti ini. Hilang sudah reputasi Lo!" ejek Regan yang sudah merangkul pundak Delon untuk kembali ke mobil karena ada luka sayatan dahan yang anak buah Antoni coba ancam untuk membuat Delon mundur darinya.     

"Lo mau bawa gue ke mana?" tanya penasaran Delon yang kini melihat sekitar jalanan hanya berisikan anak buahnya saja.     

"Ke mo—" Belum sempat Regan menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba ada anak buah Delon yang berlari ke arah mereka berdua dengan napas-napas terengah-engah.     

"Tuan Delon, Pak Regan ...."     

Delon dan Regan mengarahkan tatapan mereka penuh tanda tanya besar, begitu penasaran apa yang membuat anak buahnya itu berlari dengan wajah yang begitu aneh.     

"A–ntoni dan anak buahnya menembakki anak buah kita di ujung jalan, Tuan Delon ..."     

"Mereka sudah sampai." Lanjutnya dengan suara bergetar.     

Delon dan Regan pun langsung bergegas untuk menuju ke lokasi. Tidak akan Delon biarkab mereka tersungkur jatuh hanya karena Antoni. Karena nyawa akan terbalas dengan nyawa pula.     

"Siapkan senjataku," perintah Delon yang sudah diangguki paham Regan. Langkah kaki cepat mereka membuat Delon dan Regan tidak memerluka. Waktu banyak.     

Regan menghitung berapa mayat yang terjatuh karena tembakkan selamat datang dari Antoni.     

Dengan gerakkan Memisah, Regan sudah bisa menyelusup ke dalam barisan Antoni yang sekarang menatap sinis ke arah Delon yang juga sedang di temani oleh para anak buahnya yang begitu banyak dari Antoni.     

"Hay, Sahabat! Kau sudah kembali dari makam bodoh itu ternyata ya? Apa istrimu sangat tidak suka melihat anak kecil tersiksa? Bahkan sampai mati?" ucap Antoni yang sekarang sedang menggunakan jubah berbulu hitam dengan menghirup seputung cerutunya.     

Delon mengembangkan senyum tampannya dengan tatapan tak pernah lepas dari mantan sahabatnya di depannya.     

"Istriku memang sangat mencintai anak kecil. Tapi, caramu membunuh sungguh tidak bermoral Tuan Anton. Kau tahu negara ini begitu kental dengan hukum ... Aku akan mencari asal usulnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.