HE ISN'T MYBROTHER

Taktik Nino



Taktik Nino

0"Sialan mereka ada lagi. Gue kira mati satu mati semuaa!" gerutu Nino saat melihat ada dua sepeda motor dengan empat orang lelaki memakai pakaian hitam melintangkan sepeda motor mereka untuk menghambat perjalanan mobil mereka.     
0

"Perumpamaan dari mana itu? Dasar gilaa!" sahut Monica yang dibalas senyum tampan seorang Nino. Senyum tampan itu biasanya langsung membuat seluruh permpuan terpesona.     

Tapi, kali ini Monica dan Sellyn malah melotot horor ke arahnya. Mereka berdua tidak habis pikir dengan otak Nino. Kenapa bisa lelaku itu tersenyum lebar saat nyawa mereka sedang di ujung tanduk?     

Monica menangis tiba-tiba menangis di saat Nino sedang menatap perempuan itu. Sontak membuat lelaki itu meraih bahu Monica lalu memeluknya erat.     

"Jangan menangis. Aku baik-baik aja, Sayang," kata Nino yang terharu karena kekasih tercintanya itu begitu mencemaskan dirinya.     

Namun, Monica malah menjawab dengan mendong tubuh Nino. Dan hal tersebut membuat senyum bak dewa surga itu mengernyitkan dahinya.     

"Lihat di luar ... kenapa kamu malah kege-eran? Nyawa kita berempat diujung tanduk, Nino. Kita kan belum nikah. Mana bisa mati kayak gini," celoteh Monica yang menunjuk ke arah ke empat lelaki sangat di depan mobil mereka.     

Terdengar suara perintah keluar yang membuat Nino mengkode kekasihnya untuk menjalankan rencananya. Sebelum lelaki itu benar-benar pergi, Nino sempatkan untuk mengecup kening Monica. Dirinya juga begitu cemas dengan keadaan tubuhnya yang akan menghadapi keempat anak buah Antoni.     

Glek     

Monica meneguk salivanya dengan kasar saat melihat Nino sudah berjalan keluar dengan mengangkat kedua tangan di sisi samping kepala Nino. Dan artinya lelaki itu memang tidak sedang memegang senjata apapun.     

Perempuan bersurai hitam sebahu itu mengalihkan tubuhnya menjadi duduk di bangku stirr.     

"Ini semua demi Rachel. Gue harus bisa," monolog Monica saat kedua matanya masih begitu intens menunggu aba-aba yang akan diberikan Nino nanti.     

"Mon, jangan bilang Lo mau ...." Sellyn sengaja memutuskan kalimatnya yang diangguki oleh Monica tanpa kuat membuat bibirnya membalas pertanyaan sahabatnya itu.     

Sellyn hanya bisa mengerjapkan mata dengan berat seraya melantunkan beberapa doa kecil di bibirnya. Dan berharap Tuhan melindungi mereka semua di mana pun berada.     

Perempuan berkuncir kuda itu begitu ketakutan jika Monica benar-benar akan nekad akan melakukan hal itu. Tapi, di antara mereka bertiga hanya Monica yang berani mengambil tantangan. Jadi, bibir Sellyn tak akan lelah untuk mengayunkan doa-doa tersebut .     

"Gue cuma mau lewat bukan cari masalah, Bang. Kenapa Lo berempat malah ngalangin jalan mobil gue sama motor-motor Lo itu. Salah kita apa?" tanya Nino dengan posisi kedua tangan masih sama.     

"Lo berempat harus ikut kita bertemu dengan Boss utama. Atau kalau Lo berempat melawan kita ngga akan main-main buat tembak kepalan kalian sampai pecah," ucap salah satu dari mereka yang membuat ekspresi Nino berubah menjadi ketakutan.     

Wajah ketakutan Nino terlihat tanpa cacat. Lelaki itu meskipun sedang merasa ketakutan namun terlihat seperti sedang bergerak di depan camera bergaya seperti itu untuk membuat para perempuan memuja seorang Nino.     

"Menjijikkan!" seloroh salah satu di antara mereka yang begitu tidak suka gaya gemulai Nino.     

Keempat lelaki itu tertawa terbahak saat melihat Nino yang seperti memang perwujudan setengah lelaki dan perempuan itu. Mereka pikir musuh yang ditugaskan Antoni begitu berat hingga membuat mereka turun tangan.     

"Ternyata lawan kita seperti ini. Tidak cocok sekali dengan diskripsi yang dibicaakan Boss Antoni. Hahahaha."     

Niko semakin menunjukkan sisi lemahnya. Ia akan menjalankan permainanin seapik mungkin. Mereka belum tahu siapa si tampan yang mereka hadapi itu.     

"Sepertinya cuma Lo aja bisa nangkep itu gemulai itu. Kita nangkepa yang di dalam," ucap lelaki bertubuh agak kurus daripada ketiga kawannya yang memposisikan dirinya di pinggir jalanan. Sekarang pistol sudah tidak lagi mengayun ke arah akaca mobil.     

"Gue takut sama pistol. Siapa aja boleh deh tangkep gue, sama di dalam juga ngga apa-apa. Diapain aja juga boleh, asal nyawa kita bisa selamat kan?" Nino berjalan ke arah keempat lelaki itu yang tertawa terbahak. Tenyata pekerjaan merek tidaklah sulit.     

Salah satu dari mereka sudah maju untuk menali tangan Nino, tapi dengan gerakkan cepat. Berkat ilmu silat yang dia pelajari dari sang ayah dulu. Sekarang tali itu berganti mengikat tangan lelaki itu dengan seringai tajam yang memuncul dari sudut bibir Nino.     

Dia tidak akan bisa berteriak. Sebelum semua terjadi, mulut itu sudah dibungkam bola kasti milik Rachel yang selalu dibawa selalu di mobil Delon. Semakin kandungan perempuan itu berkembang Rachel selalu meminta dibelikan permianan yang tak pernah tersentuh oleh Rachel.     

"Euggh... Lhglo,—"     

Nino menepuk-nepuk rahang lelaki itu dengan gaya seorang Nino.     

"Diem dulu. Permainan belum selesai. Si lelaki gemulay ini akan menunjukkan pantat sexynya. Tenang aja, Abangg," bisik Ninonyang benar-benar menirukan suara perempuan berbalut seraknya suara lelaki. Jadi bisa dibayangkan bagaimana ekspresi lelaki kekar itu yang disumpal Nino dengan bola kasti.     

Nino meletakkan tangan kanannya ke arah belakang dengan menunjukkan ibu jarinya kepada Monica untuk segera melanjutkan rencana selanjutnya.     

"Heey, guysss! Tangkep temen Lo yang guna ini!" seru Nino yang langsung membuat tubuh mereka gelagapan menerima tubuh teman mereka tadi yang sudah tertali seperti 'lontong' karena ulah tangan jahil Nino.     

"SIalaan, kita ditipuu!" Sebelu menembakkan peluru panas dari pistol mereka. Nino sudah terlebih dulu mengambil pistolnya yang tersimpan di belakang punggung Nino.     

DOR     

DOR     

DOR     

"Aaawwhh!"     

"Awwwggh!" Dua orang di antara mereka terkena tembakkan di bahu masing-masih dengan begitu membrutal dari Nino. Sontak membuat tubuh itu tersungkur seketika di atas aspal hitam yang begitu panas karena matahari hari ini begitu terasa tepat di atas kepala.     

Mobil Monica langsung melaju tidak memperdulikan sepeda motor yang menghadang jalannya.     

Suara remuk dari kedua sepeda motor itu begitu kentara membuat Nino dengan cepat merogoh korek api yang selalu ia simpan di dalam saku celana panjangnya.     

"Mampuss Lo berdua! Titip salam aja buat Antoni suruh dia jangan kayak banci!" Nino melemparkan korek menyala itu pada tumpukkan remukan sepeda motor yang sekarang menghalangi jalan mereka berdua.     

"Tembak diaaa!" seru salah satu dari mereka yang memfokuskan tembakkan mereka pada jantung Nino. Namun, begitu sialnya mereka senjata mereka berdua tidak ditarik pelatuknya.     

"Ini kenapa? Kenapa bisa pistol kita kosong? Mana pelurunya?" gumam bingung mereka berdua yang melihat di dalam pistol itu sudah benar-benar kosong.     

Nino semakin gencar menembakki tumpukkan rongsokkan itu agar cepat meleddak.     

"Lo kalah cepat! Peluru pistol kalian sekarang berada di tangan gue. Kalian memang bodo, dudes!"     

Hawa panas mulai mengelilingi mereka berempat. Dan yang hanya dua tersadar itu langsung gugup tidak bisa keluar dari jebakkan apj yang yang sengaja Nino buat.     

"Aagghh, sial! Dia memang hebat! Pantes aja boss Anton begitu kesusuahan menangkap anggota Delon."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.