HE ISN'T MYBROTHER

Penyerangan Tiba-Tiba



Penyerangan Tiba-Tiba

0Hari ini Rachel sudah diizinkan keluar dari rumah sakit. Rasa bersyukur Delon tak pernah bisa ia ungkapkan dengan lantang agar seluruh orang tahu.     
0

Tapi, setiap menita ia selalu berubah dalam hati mensyukuri nikmati atas kehadiran Rachel dalam hidupnya. Hidup dan menjalani hari tua bersama adalah buntut dari doa Delon sejak merawat Rachel kecil.     

Dan hari ini juga istri tercintanya minta untuk datang ke makam bocah laki-laki yang datang dan memberinya bunga. Lalu, meninggal dengan begitu mengebaskan di pangkuan Rachel. Begitu keji siapa pun yang melakukan hal tersebut. Tapi, setidaknya bocah laki-laki tersebut sudah bahagia di surga.     

"Sayang, jangan terlalu banyak menangis. Nanti, kamu lemas lagi," ucap Delon menyeka pipi putih Rachel yang menatap batu nisan yang bertuliskan 'Ricko.'     

Ricko adalah nama yang selalu diimpikan perempuan itu untuk memberi kepada anaknya kelak. Maka dari itu Delon meminta izin Rachel untuk memberi nama bocah laki-laki tanpa identitas itu dengan nama yang sudah dipersiapkan Rachel. Dan Rachel setuju.     

"Ricko kamu baik-baik di sana ya? Jangan sakit lagi. Kamu anak baik, Ricko," ujar Rachel mengusap batu nisan putih itu dengan derai air mata yang tak bisa bisa berhenti.     

'Kakak akan semangat dan bertahan untuk adikmu, Ricko. Kamu lihat dari langit ya! Kak Rachel akan menemukan identitasmu segera,' batin Rachel dengan mengulas senyum simpul di bibirnya.     

Rachel memutar kepala ke arah Delon lalu mengangguk. Senyum itu belum juga pudar di bibir Rachel untuk merelakan kematian bocah malang tersebut. Sedangkan di belakang mereka sudah ada Regan, Nino, dan kedua sahabatnya.     

Delon mengangguk, lalu merangkul bahu kecil istrinya diikuti mereka yang ikut berjalan di belakang.     

"Kita langsung pulang ya, Sayang?" tawar Delon yang diangguki Rachel dengan patuh tanpa penolakan. Karena tubuhnya juga masih begitu lemas.     

Mobil mereka terparkir di luar jalan pemakaman. Rachel masuk terlebih dulu ke dalam mobil disusul Sellyn dan Monica yang juga akan menjaga ketat mulai detik ini.     

Delon, Regan, dan Nino sengaja di luar untuk membicarakan sesuatu. Delon tidak melepaskan kaca mata hitamnya begitupun kedua orang kepercayaan lelaki tampan itu.     

"Bagaimana tugas yang sudah kuminta? Apa kau sudah menjalankannya? Apa data itu sesuai dengan keinganku?" tanya Delon dengan suara lirih.     

Ia menyadari, jika dirinya tidak mungkin aman berjalan sendiri di sini. Ada mata yang masih memantau gerak-geriknya hingga detik ini.     

Nino menunjukkan ibu jari tegaknya ke arah Delon tanpa berkata karena begitu rentan satu kalimat saja itu sampai terdengar oleh pihak lain.     

Delon mengangguk-angguk, lalu menatap Regan yang malah menggaruk kepala menatap sorot mata tajam itu meski tertutup kaca mata hitamnya.     

Nino terkekeh melihat ekspresi wajah Regan. Padahal tugasnya yang paling ditunggu Delon dan dirinya. Tapi, Regan terlihat bingung sendiri.     

DOR ...!     

DOR ...!     

DOR ...!     

"PERGI!" perintah Delon yang langsung membuat Regan Nino menyebar di balik sebuah pohon besar.     

Delon bersembunyi di balik pohon besar di mana yang begitu dekat dengan seseorang yang tiba-tiba menembak ke arah mereka secara beruntun.     

Lelaki yang masih memakai kaca mata itu mengkode Nino yang bersembunyi di balik pohon besar berada di ujung dekat dengan mobil mereka untuk segera mengamankan para perempuan yang mungkin saja sudah ketakutan menghadapi situasi seperti ini.     

Nino mengangguk dan menunggu pergerakkan Delon untuk mengacaukan konsentrasinya.     

Satu ...     

Dua ...     

'Ya, sekarang!' batin Delon yang menghitung langkahnya seraya perlahan meraih pistol yang sengaja ia sembunyikan di balik kakinya. Delon mengangkat kepala, melihat sasaran tembakannya sudah tepat.     

Ti ... ga ...!     

DOR ...!     

KRAAKK!     

"Aaaggghh ...!"     

Nino yang melihat keadaan sudah aman. Ia pun segera berlari ke arah mobil dan mengambil alih stir mobil itu untuk mengaman Rachel dan lainnya. Bisa bahaya jika salah satu puluru itu menembus mobil.     

Rachel yang terduduk di bangku belakang bersama dengan Sellyn saling memberi pelukan ketakutan. Bohong jika mereka tidak ketakutan. Apalagi Rachel begitu melihat dengan jelas salah satu peluruh itu hampir saja mengenai leher Delon.     

"Nino, kenapa kita pergi ninggalin kak Delon sama kak Regan?" tanya Rachel yang hanya dibalas dengan pandangan ke arah spion mobil seraya melihat keadaan sekitar. Ia takut jika anak buah Antoni mengejar mobil itu.     

Sellyn semakin memeluk erat Rachel. Ia tahu betapa cemasnya Rachel kepada Delon. Dirinya juga sangat mencemaskan Regan. Tapi, ia percaya kedua lelaki tangguh itu bisa menyelesaikan.     

"Nino, kita udah aman. Ngga perlu terlalu ngebut bawa mobilnya. Kamu ngga inget bawa perempuan hamil?" ucap Monica mencoba menyadarkan kekasihnya karena kecepatan mobil itu begitu di atas rata-rata. Monica takut jika terjadi apa-apa di jalan.     

Nino menoleh sebentar ke arah kekasihnya. Tangannya terulur untuk memggegam tangan Monica dengan erat. Tidak begitu lama tautan mereka terlepas karena sudah ada sebuah mobil yang menggedor kaca mobil sisi Rachel dengan keras.     

"Brengseekk!" Nino langsung membanting setir ke samping ke arah pengendara motor tersebut yang berisikan dua orang.     

Terdengar suara hantaman yang cukup keras dan di sisi samping mobil mewah itu, dan tidak menunggu lama suara ledakkan membuat Nino bersorak gembira.     

DUARR!     

DUARR!     

"Yuhuu! Mengasyikan!" teriak Nino yang langsung dibalas Monica dengan memukul lengan berotot itu, meski tidak sebesar milik Delon dan Regan.     

"Kita bawa ibu hamil. Kamu jangan gilaa!" sentak Monica yang melihat tubuh Rachel semakin bergetar ketakutan. Dan juga Nino yang meringis kesakitan karena cubitan Monica begitu panas.     

Nino memandang ke arah spion melihat Rachel yang tidak lagi menuntut jawaban darinya. Keadaan perempuan cantik itu malah semakin membuat Nino merasa bersalah.     

"Nona, Lo ngga apa-apa? Jangan takut, kita sudah aman sekarang. Tadi itu anak buah yang bunuh Ricko. Dan dia juga ngincar nyawa kita semua. Termasuk Rachel, bukan Delon atau pun Regan. Rachel adalah target utama mereka," jelas Nino yang membuat ketiga perempuan itu membulatkan mata tak percaya dengan apa yang dikatakan Nino.     

Bagaimana bisa mereka mengincar Rachel? Sedangkan Rachel saja tidak pernh diperbolehkan keluar rumah sela hidup perempuan itu. Apa di sini ada kesalahan data? Rasanya begitu tidak mungkin jika Rachel adalah penyebab kericuhan semua ini.     

"Kenapa bisa? Lo jangan ngada-ngada. Bukannya Lo dan pak Delon yang jaga Rachel sejak kecil? Kenapa bisa Rachel banyak musuh kayak gini," sahut Sellyn yang masih memeluk tubuh Rachel.     

Karena sedaritadi Rachel hanya memanggil nama Delon saja. Sellyn bingung harus menjawab seperti apa untuk menenangkan sahabatnya itu.     

"Ini tentang dendam masa lalu Delon dengan mantan sahabatnya dulu. Dia ngga terima perempuan yang diam-diam dia sukai malah menyatakan perasaan kepada Delon. Kalian tahu sendiri perempuan pertama di hati Delon cuma Rachel ... dan ...."     

"Awasss, NINOO!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.