HE ISN'T MYBROTHER

Rachel Sudar Sadar Kemballi



Rachel Sudar Sadar Kemballi

0"Monica? Kenapa kamu capek?" tanya Nino yang perlahan mendekati kekasihnya. Tapi, Monica memilih mundur.     
0

Nino mengernyitkan dahinya melihat kelakuhan aneh Monica. Sedangkan Kiara juga melihat dengan skeptis ke arah Monica. Sepertinya memang ada hubungan serius di antara Nino dan perempuan yang baru saja mengacaukan waktunya bersama Nino.     

"Ngga apa-apa. Gue cuma mau nemuin Kak Regan tanya keadaan Rachel," ucap Monica ketus. Berlalu melewati Nino dan Kiara begitu saja.     

Nino bingung kenapa Monica berubah memanggilnya lagi. Padahal baru tadi mereka begitu mesra saling memanggil 'aku dan kamu' tapi, kenapa sekarang jadi seperti ini?     

Lelaki menggaruk kepala saat melihat Monica benar-benar berbicara dengan Regan. Dan mereka berdua nampak begitu serius.     

Sentuhan di lengan tangan Nino membuat sang empu tersadar dengan tatapan intensnya ke arah Monica.     

"Boleh pinjem ponsel, Nino?" Suara Kiara membuat Nino mengangkat kedua alis tebalnya.     

Nino berniat membuka mulutnya. Tapi, dengan cepat ada sebuah tangan yang menyodorkan benda pipih ke arah Kiara.     

"Bisa-bisa. Ini, ponsel Nino. Tadi, gue yang pinjem. Ini ...." Suara itu semakin membuat lelaki itu bingung tujuh keliling.     

Kiara menatap ke arah sang pembawa benda pipih tersebelum menerimanya.     

"Gue Sellyn. Gue Kakak ipar Nino. Lihat ini ...." Sellyn menunjukkan cincin pernikahannya ke arah Kiara. "Dia, suami gue. Lo bisa lihat jari kirinya," sambung Sellyn dengan menunjuk ke arah Regan yang sedang mengobrol dengan Monica.     

Kiara mengikuti arah tunjuk Sellyn. Dan pandangannya juga mengarah pada cincin yang terpasang di jari Rega. Perempuan itu mengangguk, lalu mengayun senyum. Menerima ponsel yang diarahkan Sellyn.     

Nino masih tidak paham. Kenapa Sellyn menyerahkan ponsel itu. Padahal ponselnya masih tenang berada di saku celana jeans-nya.     

"Sudah. Nino, aku sudah menyimpan nomorku di sana. Kamu bisa menghubungiku, kita bisa makan bersama," kata Kiara yang menyerahkan kembali ponsel itu kepada Nino.     

Nino hanya mengulas senyum bingungnya. Seraya melirik ke arah Sellyn yang ikut mengulas senyum ke arah Kiara.     

"Aku harus kembali bekerja. Sampai jumpa lagi, Nino," ucap Kiara melambai genit ke arah lelaki tampan itu. Kiara berharap dirinya bisa kembali dengan Nino dengan menjalin hubungan yang lebih serius dari hubungan cinta monyet dulu.     

Kiara tidak tahu hari ini yang menurutnya begitu sial karena harus menggantikan seniornya masuk. Kesialan itu malah berbuah manis dengan bertemu kembali pada cinta pertama Kiara.     

Sesungguhnya perubahan yang perempuan itu lakukan hanya untuk mencari Nino dan memperlihatkan dirinya yang sudah berubah menjadi cantik dan memiliki pekerjaan yang patut ia banggakan.     

Kiara sudah menghilang. Kini Sellyn langsung mengambil paksa benda pipih dari tangan Nino yang memang bukan ponsel lelaki itu, melainkan ponsel milik Sellyn.     

"Dasar Playboy! Lo emang ngga bisa tobat." Perkataan Sellyn mengiringi nama Kiara diponselnya langsung terhapus dengan begitu cepat. "Udah, gue hapus. Lo ngga usah kebanyakan gaya mau deketin perawat itu." Lanjutnya memperlihatkan layar ponsel itu ke arah wajah Nino. Lalu, berlalu pergi ke arah Regan.     

Nino menggeleng tidak paham dengan maksud istri kakaknya itu. Apa maksudnya mendekati Kiara? Perasaan dia hanya menanggapi perkataan Kiara saja. Apa yang salah memang?     

Tidak berapa lama ruang rawat Rachel terbuka. Dan penampilan itu membuat Delon dengan cepat melangkahkan kaki panjangnya ke arah dokter dan suster yang baru saja keluar dan celingukan mencari sesuatu.     

"Dokter, bagaimana istri saya?" Suara serak dan penuh rasa kesedihan itu membuat dokter tersebut menatap Delon teduh. Ia tahu secemas apa seorang ayah muda menghadapi situasi seperti ini. Beruntung semua dal keadaan normal.     

"Tuan suami Nyonya Rachel?" Delon mengangguk dengan cepat. Dan di belakang Delon sudah berkumpul Regan dan sekawannya. Mereka semua juga ingin mendengar kabar dari dokter tersebut mengenai Rachel.     

"Bersyukur, Nyonya dalam keadaan baik-baik saja. Nyonya Rachel hanya kehabisan tenaga karena kesedihan yang dialaminya hari ini. Ini juga karena mood kehamilan muda Nyonya Rachel masih naik turun. Tapi, saya harap kejadian seperti tidak terulang kembali."     

"Tuan, tolong jaga Nyonya Rachel, biarkan dia beristirahat beberapa hari. Jangan biarkan Nyonya memikirkan sesuatu yang membuatnya akan sedih," sambung sang dokter dengan mengulas senyum ramahnya ke arah beberapa teman pasiennya.     

Delon mengangguk cepat, air matanya tiba-tiba menetes. Dengan cepat pula lelaki itu menyeka, senyum bahagianya tergores di wajah tampan itu.     

"Itu artinya anak dan istri saya baik-baik saja?" tanya Delon ingin kembali memastikan. Ia ingin hatinya benar-benar lega mendengar keadaan Rachel.     

Dokter tersebut mengangguk. "Alhamdulilah, Nyonya dan janin baik-baik saja. Jangan lupa memberi vitamin dan susu ibu hamil ya, Tuan. Calon anak Anda begitu hebat."     

"Terima kasih, Dok. Saya akan lebih memperhatikan istri dan anak saya." Delon menyalami Dokter tersebut dengan rasa terima kasih yang begitu berlimpah. Ia sudah seperti orang gila memikirkan keadaan Rachel dan calon anaknya. Jika, dirinya bisa menggantikan Rachel di sana, pasti Delon akan lakukan. Seluruh kesakitan itu akan Delon rasakan dan tidak akan membiarkan Rachel merasakannya.     

"Baik, sama-sama, Tuan. Saya dan suster permisi dulu. Jika terjadi apa-apa, Tuan bisa menekan tombol merah yang berada di atas brankar," ucap sang Dokter.     

"Baiklah, Dok." Delon membungkukkan tubuhnya ke arah dokter tersebut saat tubuhnya sudah berlalu ke arah ruangannya.     

Delon begitu tidak pernah membungkukkan tubuhnya untuk kepada siapa pun. Dan hal itu membuat Regan dan Nino menatap tak percaya. Seakan apa yang mereka berdua lihat bukan seorang Delon yang dingin dan angkuh. Delon yang sekarang lebih hangat dan penuh cinta.     

"Lon—" Terlambat. Lelaki tampan itu sudah begitu cepat masuk ke dalam ruang rawat Rachel. Regan menutup mulutnya kembali dengan menatap kasihan ke arah sahabatnya itu.     

"Biarkan mereka saling bertemu. Kita nanti saja," ucap Regan yang diangguki semua yang berada di sana.     

Delon berlari ke arah brankar Rachel. Di sana seorang perempuan sedang mengusap perutnya yang sedikit terbentuk. Senyum pucat pasi itu tecipta. Sesaat pandangannya beralih pada suara sepatu yang mulai nyaring terdengar.     

"Kak ..." panggil Rachel lirih. Air matanya tiba-tiba menetes saat buku tangannya ia sengaja lebarkan di udara untuk menyambut jemari sang suami yang akan menggegamnya bukan hanya sekarang, tapi sampai hari tua nanti.     

Delon menyambut buku tangan Rachel. Menautkan jemarinya dengan jemari Rachel membawanya di depan bibir tebal itu. Mencium dengan dalam dan penuh perasaan lega.     

"Sayang, bagian mana yang sakit? Apa kamu merasa pusing?" tanya Delon seraya mencium seluruh inci wajah cantik Rachel, meskipun bibirnya begitu pucat pasi.     

Rachel mengedipkan kelopak matanya. "Cuma pusing, tapi calon anak kita semakin bertumbuh sehat, Kak."     

Delon mengusap perut Rachel dengan lembut beralih mencium perut itu dengan penuh cinta pula. "Jagoan atau princes ... kamu harus menjaga mama, ya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.