HE ISN'T MYBROTHER

Sellyn Tidak Tahu Malu



Sellyn Tidak Tahu Malu

0"Mon, jawab gue! Kenapa Lo malah diem aja?"     
0

"Mon Lo denger gue kan?" Nino tidak menyerah untuk menuntut jawaban yang seharusnya memang menjadi miliknya.     

"Itu salah. Gue juga ngga tahu," jawab Monica dengan memunggungi Nino.     

Nino masih bisa mengontrol napasnya untuk bisa menghadapi Monica. Ia tahu bahwa Monica juga menyukainya, tapi perempuan itu masih malu untuk mengungkapkan.     

"Katakan kalau itu semua salah. Gue mau denger sekali lagi, tapi Lo madep sini. Tatap mata gue." Nino menarik kedua bahu kecil Monica untuk menghadap dirinya.     

Rachel dan Sellyn tidak bisa ikut campur dalam urusan mereka berdua. Karena mereka tahu di mana kalimat yang harus mereka ikuti dan tidak. Nino sekarang dalam mode menyeramkan. Seorang Rachel pun hanya bisa gigit jari melihat Nino yang nampak tampan dengan wajah seriusnya.     

Benar adanya. Monica hanya bisa menunduk, rambut hitam panjang terurainya hanya digunakan untuk menutup wajah tanpa mau mengikuti permintaan Nino.     

Nino mengulas senyum samarnya melihat kelakuhan Monica yang terlalu menggaskan. Biasanya Nino akan berurusan dengan wanita dewas yang menuntut Nino memanjakan mereka. Tapi, melihat Monica yang malu seperti itu. Nino juga tidak akan membiarkan perempuan itu lepas dari dirinya.     

"Gue udah bilang, Lo ngga perlu kayak gini. Kenapa harus malu kalau Lo juga suka sama gue. Kalau Lo hamil gue juga mau tanggung jawab," kata Nino yang sudah memaksa Monica untuk masuk ke dalam pelukannya.     

"Tapi, gue ngga cinta sama Lo."     

"Iya, iya ngga cinta ... tapi, ngga mau nurut perintah gue. Kenapa Lo ngeselin ha?" Nino mengusap-usap ujung hidung mancungnya dengan hidung mancung Monica. Jika, tidak ada Rachel dan Sellyn. Ia pastikan akan mencium habis wajah kekasihnya itu.     

Monica tertawa geli saat bersentuhan dengam hidung mancung Nino. Perempuan itu memukul-mukul dada lelaki itu dengan lemah. Begitu pun juga Nino yang tak berhenti menjahili Monica.     

Rachel dan Sellyn seketika menghela napas panjang lega. Drama di depan mata mereka berdua seperti seperti bermain rollcoster. Mereka pikir Monica akan menolak Nino mentah-mentah. Dan berakhir dengan kekacauan yang akan membuat mereka pusing.     

"CK, ngga mutuuu!"     

"Kirain ada kursi melayang, atau ngga meteor jatuh," Rachel berdesis. Dan membuat Monica mengembangkan senyum tanpa rasa berdosanya.     

"Senyum aja yang lebar! Awas Lo macem-macem lagi ..."     

"Ohya, buat Lo, Nin. Lo mau bilang ke tante Sarah apa gue?" sambung Rachel yang membuat Monica melepas pelukan Nino. Tapi, lelaki itu tetap menarik paksa Monica untuk berada di pelukannya.     

"Udah sini diem aja." Monica hanya mendongak ke arah Nino, lalu Nino mengangguk untuk meyakinkan kekasihnya.     

Nino menatap ke arah Rachel dengan mengusap lembut pucuk kepala Monica. "Biarin gue aja. Gue bakal kenalin Monica ke mami."     

Rachel mengangguk-angguk dengan tangan yang masih mengusap sang anak di dalam perutnya. Ia bersyukur jika Nino mau memberi kepastian untuk sahabatnya. Rachel tidak mau sampai Monica menjadi korban dari playboy tobat seperti Nino.     

"Syukur deh, gue ngga bener-bener kena serangan jantung. Awas sampai Lo sampai buat Monica sedih," ancam Rachel dengan mengepal buku tangan ke arah Nino.     

"Baik, Nyon—"     

"Kenapa? Ada apa di sini?" Suara itu membuat seluruh pandangan mengarah pada pusat suara.     

Nino ketakutan jika Rachel sudah mengatakan hal seperti itu. Karena sejak kecil Nino tidak pernah bisa berani melawan perintah dan pesan dari Rachel.     

Suara pijakan rumput itu membuat para mahasiswa yang berada di sana pun ikut memperhatikan sosok lelaki tampan yang pantasnya menjadi pembicara penting dalam event kampus. Tapi, dua lelaki itu malah berjalan mendekati Rachel dan para sahabatnya.     

"Siapa lelaki tampan itu ya? Kenapa mereka mendekati Rachel?" tanya salah satu dari mereka yang sedang membentuk lingkaran hanya untuk menghabiskan waktu senggang hingga waktu kelas siang tiba.     

Salah satu dari mereka mengendikkan bahu. Dia juga tidak tahu siapa dua lelaki itu. Karena mereka di sini adalah mahasiswa baru. Tentu masih begitu asing dengan civitas kampus.     

"Mungkin pacar Rachel. Dia kan anak dari pemilik kampus ini. Pasti pacarnya juga keren," sahut yang lain.     

"Gilaa, tapi tampan banget. Kayak mirip mantan dosen di sini ... Dia mirip sama pak Delon ngga sih?"     

Para mahasiswa saling berbisik menatap ketampanan Delon yang terbalut dengan kaca mata hitam diiringi dengan Regan yang sudah memeluk erat tubuh sang istri.     

Rachel dengan senang hati membalas pelukan sang suami tanpa malu-malu. Aneh, rasanya ia memang sangat merindukan Delon sejak tadi. Saat melihat lelaki tampan itu mengejutkan dirinya, Rachel langsung menghibur ke dalam pelukan Delon.     

"Aku kangen," ucap Rachel yang disambut kecupan mesra di kening perempuan cantik itu dengan menata rambut sang istri.     

"Aku tahu. Istriku memang sedang manja denganku," balas Delon yang membuat Rachel kembali memeluk tubuh kekar itu.     

Jangan ditanya bagaiaman kabar Sellyn dan Regan. Sellyn yang mengetahui suaminya juga datang langsung berlari tanpa mengetahui jika ada salah satu rumput yang menjegal flat shoesnya.     

"Aaawwhh ...!"     

"Honeey! Hati-hati!" teriak Regan yang tak kalah kencangnya membuat seluruh orang yang berada di taman itu menatap penuh tanda tanya ke arah pasangan baru itu.     

"Hehehe... Abangg, Sellyn juga mau peluk Abang kayak Rachel meluk Pak Delon. Eh, malah keserimbet itu rumput. Yang salah rumputnya bukan aku kan?" Sellyn memperlihatkan senyum imutnya mendongak ke arah Regan yang sudah menautkan kedua tangannya di pinggang ramping Sellyn.     

"Cuma meluk kenapa harus niru, Honey? Kalau mau lebih juga bisa kok," balas Regan dengan kedipan satu matanya yang membuat wajah Sellyn memerah merona.     

Rachel mengernyitkan keningnya melihat kedekatan Sellyn dan Regan yang sudah semakin berani saja. Padahal ia tahu orang tuan Sellyn sangat menentang hubungan mereka berdua.     

Lalu, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka begitu dekat? Karena Rachel takut jika Sellyn akan sakit hati, jika orang tua sahabatnya itu akan kembali lagi memisahkan.     

"Kak, kenapa mereka berdua—"     

"Mereka berdua sudah tenang, Sayang. Apa kamu tidak tahu kalau sahabtmu itu sudah tinggal dengan Regan dan Nino?" sahut Delon yang membuat garis gelombang di kening Rachel semakin tebal saja.     

Kenapa Sellyn bisa tinggal di sana?     

Apa orang tua Sellyn benar-benar sudah merestui hubungan Regan dan Sellyn? Lalu, apa kabar dengan perjodohan itu?     

"Sejauh apa?" tanya Rachel lagi dengan memegam erat pinggiran jas hitam Delon.     

"Sejauh itu ... itu kamu lihat sendiri." Delon menunjuk dengan dagunya mengarah ke arah Regan dan sahabat istrinya yang sedang saling mencium di hadapan mereka semua.     

Regan benar-benar terkejut dengan kelakuhan Sellyn yang tidak pernah punya malu. Selalu saja melakukan sesuai dengan suasana hatinya. Beruntung taman ini tidak terlalu banyak mahasiswa yang datang.     

"Astagaa, Sellyn!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.