HE ISN'T MYBROTHER

Aku Perempuan Licik?



Aku Perempuan Licik?

0"Iya, benar. Tadi, Tuan Delon ingin ke toilet. Tapi, malah bertemu di sini. Sebenarnya kau siapa tanya-tanya. Masih kecil suka kepo urusan orang tua." Perempuan dengan memakai stelan baju kantor merah maron itu menatap sinis ke arah Rachel.     
0

Namun, di persemaian detik ia mengalihkan pandangan ke arah Delon dengan senyum cerahnya.     

"Kenapa jadi Tante yang marah-marah? Memang yang kau ajak ketemuan itu tidak mengatakan statusnya?" Rachel mulai panas. Ia melepaskan cengkraman pada trollinya begitu saja. "Hei, kenapa, Tante jadi diam begini?"     

Perempuan berambut Curly hitam itu kembali mengarahkan pandangan ke arah Delon—kliennya. Menekuni setiap inci wajah dan jengkal tubuh lelaki tegap itu. Meskipun Delon tidak pernah mengatakan.     

Tapi, ia yakin jika lelaki tampan itu masih single. Dan jika sudah miliki istri memang kenapa? Seseorang kan juga bisa masuk. Termasuk dirinya. Ia cantik, sexy, semok. Semua ada pada tubuhnya, Delon pasti akan berfantasi liar kepadanya.     

"Masih sendiri. Lalu kenapa anak kecil? Kau baru selesai kuliah atau masuk SMA? Sepertinya kau tidak pantas melihat adegan seperti ini," katanya seraya menggoyangkan tangan kanan perempuan itu di udara, hendak mengusir Rachel.     

Rachel menautkan kedua alisnya yang tebal. Melipat kedua tangannya untuk berjalan perlahan ke arah perempuan itu. Dan sekarang tubuh sempurna tersebut telah berdiri berhadap-hadapam dengan tubuh Rachel.     

Perempuan berambut pirang legam itu mengamati tubuh yang memang mempesona. Dadanya membusung, tubuhnya kecil, tapi tingginya masih kalah dengan Rachel.     

"Apa kau sudah selesai mengamati tubuhku? Aku memang sempurna bukan? Katakan siapa dirimu. Jika, kau keponakan Tuan Delon aku akan memaafkan sikap kurang ajarku, Nona," ucapnya dengan mengulas senyum cantik. Secantik mungkin agar Delon diam-diam mencuri pandang ke arahnya.     

Rachel semakin kesal mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut perempuan itu. Bahkan saat manik matanya tanpa sadar bertemu dengan manik mata hitam Delon, lelaki itu sama sekali tidak mau membuka mulut untuk membela dirinya.     

'Apaa-apaan dia? Dia sengaja ingin digoda perempuan itu? Apa sekarang dia menyukai tubuh yang seperti itu? Cih, dasar lelaki buayaa darat!' umpat batin Rachel dengan meremas buku tangan yang terbebas di samping dress mininya.     

Merasa perempuan muda di depannya tidak merespon pertanyaannya. Perempuan itu berjalan ke arah Delon seraya menunjuk ke arah Rachel.     

"Tuan Delon, apa kau mengenalnya?"     

"Dia selalu bicara tanpa henti seakan dia memilikimu ... itu tidak mungkin bukan? Perempuan muda itu pasti hanya mengarang. Zaman sekarang aku juga tidak paham dengan sifat mereka. Salah satunya, perempuan muda itu." Lanjutnya dengan nada begitu kesal, meskipun begitu banyak pengunjung suara perempuan itu terdengar nyaring di telinga Rachel dan Delon.     

Rachel semakin kesal dengan Delon yang sama sekali tidak bersuara hanya menatap ke arahnya. Apa maksudnya? Kenapa lelaki itu hanya diam saat dirinya dihina oleh perempuan itu?     

Perempuan yang berada di samping Delon mengulas senyum menang saat melihat respon yang ditunjukkan oleh lelaki tampan itu. Ia pun dengan berani ingin melingkarkan tangannya pada lengan berotot itu. Tapi, sebuah tangan menepis kasar dengan mendorong tubuh itu untuk menjauh.     

"Hei, apa yang ka—"     

Kaliamtanya benar-benar terputus saat melihat sesuatu yang tak mungkin ia lihat saat ini. Padahal ia sudah begitu senang melihat Delon memang tidak terlibat hubungan dengan perempuan blasteran tersebut.     

"Eummbh ...." Suara lirihan Rachel saat Delon membalas dengan begitu memburu dan panas. Apalagi kedua tangan kekar itu sudah memeluk pinggang ramping itu dengan possesif.     

Delon tidak peduli dengan tatapan pengunjung yang melihatnya. Akhirnya ia bisa mendapatkan Rachel, meskipun dengan cara seperti ini. Setidaknya ia tahu, jika istrinya begitu takut kehilangan Delon.     

Rachel menghentikan tautan bibir mereka, walau iya tahu Delon masih ingin mencumbu bibirnya. Tapi, di sini bukan tempat yang sesuai. Rachel kini sudah merasa menang saat dirinya sudah menderatkan kepala dengan manja di dada bidang Delon seraya membuka dua kancing kemeja lelaki tampan itu dan juga memasukkan jemari lentiknya di sana.     

"You look? Aku bahkan lebih berbahagia dari perempuan sepertimu." Rachel melepaskan pandangan mengejeknya pada perempuan tersebut. Ia yakin dalam hati perempuan itu sudah memunculkan api yang berkobar hebat.     

Delon juga semakin possesif menahan tubuh Rachel untuk tetap berada di pelukannya. Berkali-kali lelaki itu mengecup pucuk kepala Rachel dengan lembut.     

Seharusnya apa yang sudah Delon lakukan membuat kliennya itu paham. Tanpa harus membuka bibirnya. Bahwa ia memang memiliki hubungan dengan perempuan cantik yang kini di berada dipelukannya.     

"Tidak mungkin. Kau pasti merayu, Tuan Delon, bukan? Aku tahu perempuan muda sepertimu begitu licik," sanggahnya menolak kenyataan yang ia lihat saat ini begitu mustahil. Padahal, ia yakin jika Delon masih sendiri.     

"Aku licik? Anda begitu polos tak seperti pakaian yang Anda pakai, Tante. Lihat di sini ...." Rachel mengarahkan tangan Delon pada perutnya yang sudah sidikit mulai kentara akan kehadiran sang calon anak.     

"Aku hamil anaknya. Dia suamiku, kau tidak perlu repot-repot menggodanya. Suamiku yang akan mengusirmu, sebelum kau berani menyentuh tangan suamiku. Benar, kab, Sayang?" Rachel mendongak meminta dukungan sang suami.     

Delon mencium bibir merah tips Rachel dengan lembut, lalu mengangguk. "Tentu, Sayang. Siapa yang berani mengganggu rumah tangga kita, hm?" tanya Delon berbalik, seakan tidak menganggap perempuan sexy itu ada di sini—berbicara panjang lebar.     

Rachel menyentuh jembang sang suami, mengusap dengan sensual di sana.     

"Dengar? Masih kurang percaya? Biar asisten pribadi suamiku yang memberikanmu mengintip sedikit data pribadi kami," ujar Rachel dengan terkekeh saat melihat wajah memerah panas perempuan itu yang sudah bisa mengatakan apapun.     

"Ayo, Suamiku. Sepertinya kita sudah tidak berkepentingan di sini." Rachel dengan mudahnya menggapai trollinya dan meninggalkan perempuan itu yang maamsih tidak bisa mengatur napas kesalnya.     

"Sifatmu begitu menjijikkan, Perempuan Muda! Aku yakin, Tuan Delon tidak akan pernah kuat hidup bersamamuu! Aku akan merebutnya!" teriaknya keras. Tapi, hanya dibalas perempuan berambut pirang itu dengan mengeluarkan lidahnya.     

"CK, SIalaan! Kenapa ingormasih yang kudapat begitu salah?! Apa pernikahan mereka tertutupi?" monolognya dengan menghentak-hentak kaki di tempat. Merasakan betapa malunya dirinya saat ini.     

"Tapi, tenang saja, meeting belum terjadi. Sepertjnya kesempatanku masih begitu panjang."     

Sedangkan di sisi lain, Rachel kembali melepas tautan tanggannya pada lengan kekar lelaki yang berada di sampingnya. Perempuan itu mulai menjauhkan jarak, tapi dengan cepat Delon menahan pinggang sang istri.     

"Jangan jauh-jauh lagi. Nanti kalah ada perempuan yang seperti itu lagi bagaimana? Aku kan suami tersayangmu, Sayang. Benar begitu kan?" Delon mulai menggoda Rachel saat wajah itu sengaja membuang wajah ke samping.     

"Ayo katakan! Apa aku harus membalik tubuh dan berjalan ke arah perempuan itu tadi? Perempuan yang akanerebut suami tampanmu ini?"     

Rachel masih diam dengan salah satu melipat kedua tangannya. Rengekan Delon sepertinya tidak ampuh.     

"Baiklah, aku akan kembali ke sana. Sepertinya istriku ...." Delon terkejut saat melihat kelakuhan Rachel yang tiba-tiba seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.