HE ISN'T MYBROTHER

Siapa? Anda siapa?



Siapa? Anda siapa?

0"Sayang, kamu nanti jangan jauh-jauh. Aku tidak mau kamu kelelahan." Satu lagi perkataan yang harus Rachel angguki setelah manik matanya melihat pemandangan luar. Sedangkan tangan Delon masih saja berada di pinggang Rachel dengan possesif.     
0

"Tuan Delon ... ini barang yang anda pesan tadi." Pak Yono menyerahkan goodie bag coklat kecil yang membuat Rachel memusat pandangan ke arah benxa tersebut.     

"Hmm. Terima kasih." Delon menerima dengan wajah datarnya. Tidak ada ungkapan untuk membuat rasa penasaran dari Rachel terlampiaskan. Hingga membuat perempuan itu mencebikkan bibirnya kesal.     

'Hadiah apa sih? Kenapa Sampai diumpetin seperti itu?' batin Rachel yang masih memandang lekat sang suami.     

"Katakan jika kamu lapar, Sayang. Jangan sampai kamu sakit lagi. Kasihan nanti anak kita," ucap Delon seakan tak melihat kekesalan yang terlihat dari wajah Rachel. Lelaki tampan itu malah mengusap lembut perut Rachel.     

"Hm. Ya!" balas Rachel ketus. Ia langsung membuang wajah ke arah jendela. Ia tidak mungkin menyinggung soal hadiah itu. Rachel terlalu menjujung harga diri seorang perempuan di atas segalanya. Jika, Delon tidak memberitahukan hadiah itu untuk siapa, maka Rachel tidak akan pernah mau mengungkit.     

Delon mengangguk seraya mencium pipi putih Rachel, lalu menyenderkan punggungnya pada senderan bangku penumpang. Tangannya sudah dengan cepat memainkan ponsel, entah apa yang sedang lelaki itu kerjakan. Rachel hanya melirik dengan sudut mata sinis.     

'Berani selingkuh gue potong tuh lontong! Beraninya diam-diam ngasih hadiah ke perempuan lain,' batin Rachel begitu kesal.     

Perjalanan hampir menempuh dua puluh menit dengan jalanan yang dalam kondisi yang cukup kondusif sehingga tidak membuat perempuan hamil itu semakin bertambah kesal. Karena biasanya Rachel akan marah-marah, jika melihat kondisi kota Jakara yang begitu macet.     

"Tuan Delon, kita sudah sampai. Apa saya perlu ikut?" tanya Pak Yono yang langsung menoleh ke arah istrinya yang masih mengarahkan pandangan ke arah samping jendela.     

"Ikut saja, tidak apa-apa. Aku takut istriku akan kelelahan dan tidak ada yang membawa troli belanjaan," kata lelaki tampan itu yang langsung diangguki Pak Yono patuh.     

Delon sudah bersiap untuk turun. Ia berniat ingin mengecup punggung tangan istrinya. Tapi, dengan cepat Rachel menarik tangan dan langsung membuka pintu mobil.     

Delon terkekeh melihat ekspresi kesal Rachel dengan menggeleng pelan. Siapa yang tidak tahu asal usul perempuan itu kesal dan merajuk? Delon bahkan memang sengaja melakukan hal tersebut.     

Tidak peduli dengan keberadaan suaminya yang masih berada di mobil. Rachel mengayun langkahnya cepat diikuti Pak Yono yang senantiasa mengikuti dari belakang.     

Pak Yono menaik turunkan napasnya mengikuti langkah Rachel yang begitu cepat. Tidak hanya satu dua kali Rachel melakukan hal ini ketika merasa kesal dengan Delon. Dan ia sudah tahu, jika Delon mengizinkan dirinya untuk ikut karena Rachel sedang marah pada majikannya. Memang masih Pak Yono akan menjadi pelampiasan kemarahan Rachel.     

"Nyonya, pelan-pelan, Nyonya ingat calon tuan muda masih terlalu muda. Jangan sampai—" Belum sempat Pak Yono melanjutkan perkataannya. Tiba-tiba Rachel menghentikan langkahnya, dan sontak membuat lelaki paruh baya itu hampir saja menabrak tubuh ramping Rachel, jika saja rem kakinya tidak begitu tajam.     

'Huhh... selamet-selamet! Surga masih jauh,' gumam batin Pak Yono mengulas dadanya dengan kasar.     

"Pak Yono benar. Aku masih ingin hidup dengan anakku. Kalau dia yang pergi dengan wanita lain, pasti masih banyak yang suka denganku, meskipun aku seorang janda, bukan?" kata Rachel yang sudah berada di antara keramaian super market.     

Lelaki paruh baya itu diam. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Sedangkan barang yang ia ambil dari sebuah toko perhiasan ternama itu juga menunjukkan untuk sorang wanita. Tapi, ia juga begitu terkejut saat Delon tidak mengatakan apapun kepada Rachel. Ia pikir malah akan memberikan benda itu langsung pada Rachel.     

Dan, ternyata, Delon malah menyimpan tanpa mengatakan apapun. Jelas, majikannya marah. Mungkin pemikiran hal seperti ini adalah pemikiran biasa.     

"Pak Yono," panggil Rachel dengan menggeram.     

"Iy ... iyaa, Nyonya. Be–benar," jawab Pak Yono dengan terbata. Peluh keringatnya sudah tercetak begitu jelas di dahi tuanya. Ia takut, jika Delon datang tiba-tiba dan mendengar jawabannya.     

"Begitu mengesalkan. Aku akan mencari lelaki yang lebih tampan. Memang dia siapa, berani menyimpan hadiah untuk seorang wanita tanpa seizinku," gumam perempuan itu dengan meremas buku tangannya kuat. Lalu, memutuskan untuk melanjutkan langkahnya dengan berhati-hati. Ia tidak mau karena kebodohan Rachel membuat calon anaknya terluka     

Rachel sudah mengambil berbagai bahan makanan yang ia butuhkan untuk mengisi kulkas dan persiapan satu bulan nantinya. Dan tak lupa snack ringan yang begitu banyak hingga membuat Pak Yono menggeleng tak percaya.     

"Pak Yono ambillah. Ambilkan juga untuk Ajeng, katakan hadiah dariku," kata Rachel yang membuat lelaki paruh baya itu membulatkan mata tak segan.     

"Tidak perlu, Nyonya. Ajeng pasti beli Snack di warung dekat rumah," tolak lelaki paruh baya itu.     

"Tidak ... tidak. Pak Yono ambillah, itu untuk membayar hutangku pada Ajeng saat makan snacknya tanpa izin." Perempuan itu tetap memaksa dengan mendorong troli belanjaannya.     

"Berhenti di sana. Tidak perlu mengikuti aku. Tempat snack berada di sana. Setelah itu susul aku ke arah sana." Rachel menghentikan langkah Pak Yono yang akan menyusul dirinya, seraya menunjuk ke arah rak sayuran yang berada sisi kanan tubuh perempuan itu.     

Pak Yono mengangguk dengan menundukkan tubuhnya ke arah Rachel yang mulai bergerak pergi seraya mengayunkan tangan di udara.     

"Terima kasih, Nyonya Rachel."     

Akhirnya Rachel memilih memilih sayuran sendiri. Ia memang suka seperti ini. Tapi, Rachel memaklumi jika pak Yono harus berada di sampingnya untuk menjaga tubuh Rachel yang terkadang melupakan tubuhnya yang sedang berbadan dua.     

Namun, dengan begini hutang Rachel pada Ajeng sudah terbayar. Ia begitu ingat saat gadis itu merajuk saat Snacknya ia makan.     

Rachel seketika menggeleng dengan mengulas senyum cantiknya jika mengingat betapa lucunya Ajeng yang merajuk padanya. Rachel seakan memiliki adik yang harus ia bujuk untuk meminta maaf.     

Tapi, saat manik matanya sudah menemuka sayuran yang Rachel ingin ambil. Namun, penempatan sayur tersebut begitu tinggi hingga ia harus menjijit untuk bisa mengambilnya.     

"Astaga begitu tinggi. Tidak ada karyawan di sini yang lewat. Sebenarnya mereka ke mana? Beraninya makan gaji buta," gerutu Rachel saat masih berusaha untuk mengambil sayuran tersebut.     

"Ad-uhh ... kenapa bisa setinggi ini, sih?" tambahnya. Ia hampir menggapai sayuran tersebut, tapi sayang jinjitan kakinya tiba-tiba tidak imbang dan membuat tubuh Rachel terhuyung kebelakang. "Aaaaagghh ...!" teriak Rachel.     

"Awaas, Nona!" teriak seseorang yang langsung menangkap tubuh Rachel. Dan seketika membuat sang pemilik tubuh membuka mata perlahan saat merasakan tangan besar di pinggang rampingnya.     

"Nona, anda tidak apa-apa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.