HE ISN'T MYBROTHER

Bisa Berkunjung Lagi, dong!



Bisa Berkunjung Lagi, dong!

0"Sayang? Kenapa melamun?"     
0

"Hmm... aku mengingat peringatan mbak yang tadi berada di sampingku, Kak," balas Rachel dengan sedikit terkejut.     

Pasalnya ia memang begitu takut jika Delon akan sama saja dengan lelaki di luaran sana. Mereka akan tetap senang berada di samping kita saat tubuh wanitanya masih begitu sedap dipandang mata.     

Tapi, saat kehamilan sudah membesar dan juga tubuh langsing itu berubah ukuran. Rachel pikir ia juga mengkhawatirkan apa yang sekarang bergulat dalam pikirannya saat ini.     

"Orangnya sudah pergi. Apa yang kamu cemaskan? Dia mengatakan apa memang?" tanya Delon yang penasaran karena telah membuat istri cantiknya nampak sedih.     

Rachel mendongak ke arah tatapan Delon yang sedang memandangnya. "Dia ditinggalkan suaminya karena memilih wanita yang lebih langsing. Apa semua lelaki seperti itu, Kak? Aku takut kamu meninggalkanku.     

Suara antusias menyambut kehamilan dan perkembangan buah cinta mereka kini menjadi nada bergetar di telinga Delon. Tangannya tak henti-hentinya mengusap lembut kepala sang istri. Mendekap dengan erat tubuh bergetar itu.     

Isak tangis itu membuat tubuh kecil sang istri juga bergetar. Apa yang dirasakan Rachel memang wajar. Delon juga bisa memahami kecemasan sang istri. Apalagi, ia memiliki segalanya. Tak ayal membuat dunia Delon dikelilingi wanita di sekitarnya.     

Tapi, perlu Rachel tahu. Tidak semua lelaki seperti itu. Ada banyak suami yang rela melakukan apapun demi kenyamanan sang istri saat sedang hamil besar. Apalagi, saat hamil muda seperti ini. Rachel sudah membuatnya kurang tidur dan harus menuruti ngidam aneh.     

"Kenapa harus dipikirkan? Aku bukan mereka, aku tidak peduli dengan semuanya. Tubuhmu selalu membuatku tergoda. Aku tidak mau kamu sampai mengurangi makanmu, Sayang ..."     

"Kamu tahu kan? Kamu bukan hanya sendiri. Di sana ada anak kita. Aku tidak peduli dengan berat badanmu yang akan bertambah nantinya. Mengerti?"     

Rachel mengangguk dengan manja dipelukan sang suami.     

"Astagaa, Sayang. Jangan membuang ingus di kemejaku, dong!" gerutu Delon saat melihat lagi dan lagi Rachel mengusap cairan bening itu dengan kemejanya.     

Rachel terkekeh disela sisa Isak tangis itu. Lalu, menepuk dada bidang suaminya dengan kesal.     

"Suami harus rela mengorbankan apapun. Baru ingusku saja kamu sudah protes. Apalagi, nanti aku menyuruhmu begadang nantinya," kata Rachel yang langsung membuat bibir itu diapit dengan dua ruas jari Delon.     

Lelaki itu mencium lama bibir lembut sang istri dengan gemas. "Nyonyaku selalu bisa membuat suaminya selalu kalah."     

Rachel terkekeh dengan menyeka pipi putihnya yang basah lalu memindahkan pandangan ke arah ruang dokter kandungan yang terlihat membuka celah, memperlihatkan seorang wanita muda sepantaran dirinya keluar dengan wajah sumringah disambut lelaki yang baru saja masuk dari arah pintu luar.     

"Aku baru datang. Maafkan aku, Sayang," katanya. Wanita itu terlihat hanya mengangguk saja dengan mengulas senyum di bibirnya.     

Tidak begitu lama nama Rachel dipanggil oleh satu perawat yang menoleh ke kanan lalu ke kiri mencari keberadaan pemilik nama tersebut.     

"Nyonya Rachel Mauren Jericho?"     

Rachel langsung berdiri dengan menggandeng tangan sang suami lalu mengangguk ke arah perawat yang tersenyum ramah ke arahnya.     

"Nyonya, silahkan masuk. Dokter sudah menunggu Nyonya," katanya lagi yang membuat Rachel mengangguk kembali, mengekor di belakang dengan tangan besar Delon sudah memeluk possesif pinggang Rachel.     

Pintu ruang pemeriksaan kandungan itu langsung ditutup oleh perawat tersebut.     

"Nyonya Rachel Mauren Jericho, sudah siap?" tanya dokter wanita itu dengan senyum yang ramah, sehingga membuat Rachel mendongak ke arah Delon. Lelaki itu mengangguk dengan memberikan kecupan ketenangan pada pucuk kepala sang istri.     

"Siap, Dokter," balas Rachel yang perlahan melepaskan tautan tangan dirinya dan dan Delon secara perlahan.     

"Silahkan berbaring, Nyonya Rachel. Anda sepertinya masih sangat muda, tapi saya rasa kandungan anda sudah begitu kuat," kata Dokter tersebut saat Rachel sudah menidurkan tubuhnya.     

"Tolong periksa istri dan calon anak kami. Istri saya merasakan kesakitan di perutnya tadi pagi. Apa itu akan berakibat pada pada calon anak kami?" tanya Delon yang tidak mau berpisah dengan Rachel. Ia kembali memegang tangan Rachel.     

Dokter tersebut mengangguk paham dengan apa yang sedang dicemaskan ayah muda seperti Delon. Ia pun dengan perlahan memeriksa keadaan Rachel dan janin yang sedang dikandungnya.     

Dua puluh menit berlalu dengan peluh keringat deras mengucur pada kening Delon. Lelaki itu begitu cemas dengan keadaan sang istri dan buah cinta mereka. Sampai selama ini, Delon belum juga mendengar kata apapun yang keluar dari mulut dokter tersebut.     

"Baiklah. Sudah selesai, Nyonya Rachel. Silahkan duduk di kursi," kata wanita paruh baya berjubah putih tersebut.     

Rachel mengangguk. "Baiklah, Dok."     

Delon masih senantiasa menjaga Rachel untuk tetap dalam keadaaan aman. Padahal, Rachel sendiri sudah ketar-ketir ketakutan atas kebohongannya akan terungkap di depan Delon.     

"Bagaimana dengan istri dan calon anak saya? Apakah terjadi hal yang serius?" Delon langsung memburu pertanyaan dengan begitu cepat. Ia tidak membiarkan napas wanita paruh baya itu terhela lancar setelah bokong itu menyentuh empuknya kursi kuasa.     

"Kak, sabar. Biarkan Bu Dokter yang mengatakan terlebih dulu," sahut Rachel yang merasa sikap Delon terlalu berlebihan. Padahal, jantung Rachel sudah berdegub kencang.     

'Waa... mampuss gue! Bakalan dikurung ini pasti,' batin Rachel yang sudah memainkan jemarinya di atas pangkuan.     

"Anda suaminya?"     

Delon dengan cepat mengangguk. Kedua manik mata hitam legamnya menatap tajam ke arah dokter tersebut. Kedua telinga juga sudah terbuka lebar, kini Delon akan lebih menjaga Rachel dengan penuh kehati-hatian.     

"Nyonya Rachel merasakan kesakitan di perut?" tanya Dokter tersebut dan terpaksa Rachel mengangguk dengan berat. Berbohong sedikit tidak apa-apa, ya? Demi keselamatan sejuta umat.     

"Baiklah. Saya telah memeriksa semua. Keadaan ibu dan janin. Keduanya begitu sehat dan kuat. Tuan harus selalu bisa membuat keadaan seperti ini. Melihat kondisi janin masih muda, hindari berhubungan badan terlalu sering. Tapi, masih boleh dilakukan ..."     

"Dan untuk kesakitan yang dialami Nyonya Rachel, sakit perut saat hamil adalah hal yang normal terjadi, Tuan ... Nyonya. Kondisi tersebut termasuk ke dalam proses perubahan tubuh, sebab pertumbuhan janin di dalam rahim. Saat rahim terus membesar untuk memberi ruang pada janin, ini dapat menempatkan tekanan pada otot, sendi, dan pembuluh darah," sambungnya.     

Dan membuat Delon menghela napas leganya. Ia benar-benar takut jika akan terjadi sesuatu pada calon anaknya. Jika, seperti ini ia akan lebih menjaga Rachel tanpa lengah sama sekali.     

"Berarti kamjli sudah bisa melakukan hubungan badan, Dok?" tanya Delon antusias setelah berpuasa beberapa abad.     

Wanita paruh baya dengan gelungan rambut hitam di atas tengkuk tersebut mengangguk dengan ramah. Tapi, berbeda dengan wajah Rachel yang langsung memerah merona.     

"Kak, iih, jangan tanya seperti itu."     

"Apa, Sayang? Aku sudah begitu rindu dengan anak kita."     

Astagaa!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.