HE ISN'T MYBROTHER

Rere Pengacau



Rere Pengacau

0Pagi ini seperti biasa Delon mengantarkan istri tercintanya untuk pergi ke kampus. Belum ada dua sahabat Rachel. Persangka itu diperkuat dengan tidak ada mobil Regan yang sudah dipastikan akan mengantarkan Sellyn.     
0

Wajah cantik berseri selalu dipamerkan sang istri padanya. Delon benar-benar tidak ingin berjauhan seperti ini, meskipun hanya beberapa jam saja. Tapi, lelaki itu sungguh tak rela meninggalkan senyum itu meninggalnya barang sedetik pun.     

"Jangan senyum terus. Aku semakin tak rela membiarkanmu masuk, Sayang. Jangan biarkan lelaki lain melihatnya. Sini ...." Delon mengapitlt kedua pipi putih Rachel menyatu hingga menampilkan wajah cantik itu menjadi menggemaskan.     

Lelaki itu terkekeh, tak hentinya bibir itu mengecup bibir tipis Rachel hingga membuat Rachel ikut tertawa dengan kelakuan sang suami seperti seorang 'abege' yang terlihat bucin dengan pasangannya.     

"Kenapa kamu sangat menggemaskan sejak tadi malam, hm? Marah-marah terus, lalu ngambek, tidak lama, begitu manja. Apa aku harus membagi tubuhku menjadi tiga bagian?" Delon memasukkan tubuh ramping itu ke dalam pelukannya.     

Kelakuan Delon seperti awal ia mengantarkan Rachel dulu. Ia mencium, memeluk, bahkan bersendau gurau tanpa malu, meskipun ia juga pernah mengajar di kampus tersebut. Tapi, malu itu tidak ada apa-apanya dengan cintanya yang selalu tumbuh untuk Rachel setiap hari.     

"Jangan salahkan aku. Ini karena anakmu, bibit yang kamu tanam," sahut Rachel manja dengan mengusap lembut perutnya.     

Delon mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan sang istri. Maka dari itu ia sudah menumbuhkan kesabaran yang luar biasa untuk membuat sang istri tetap dalam dekapannya.     

"Iya, aku tahu, Sayang. Aku antar Sampai ke kelas. Aku tidak mau melihatmu jalan sendiri, aku tidak tenang," ujar Delon dengan mengusap kebelakang Rachel. Ia tidak mau sampai istrinya terluka hanya karena ulah kebencian teman kampus istrinya.     

Meskipun Rachel tidak pernah mengatakan apapun kepada Delon. Ia tahu, bagaimana keadaan sang istri dan apa yang telah lakukan. Delon geram. Tapi, ia tidak mungkin menunjukkan itu kepada Rachel dan membuat perempuan itu cemas.     

Rachel menggeleng pelan dengan menengadah. "Tidak perlu. Hanya masuk ke dalam saja, aku bisa sendiri, Kak. Tidak apa-apa, di sana aku juga baik-baik saja."     

Manik mata coklat itu mencoba meyakinkan lelaki yang berada di depannya, agar tidak ikut masuk. Bisa bahaya, jika Delon ikut masuk bersamanya. Lelaki itu pasti bisa melihat para mahasiswa membenci Rachel, apalagi setelah peristiwa kumpulan sampah dan air got yang menyapa di hari pertama.     

"Aku ini seorang calon seorang papa, Sayang. Bagaimana bisa aku membiarkanmu masuk sendirian ...." Delon menggegam tam tangan Rachel erat, memasuki ke dalam gerbang kampus.     

"Tapi,—"     

"Tidak ada tapi-tapian." Rachel menghela napas ringan. Ia tidak bisa menahan kemauan Delon jika sudah seperti ini. Pasti, akan banyak fakta yang dijumpai lelaki itu dan keputusan terakhirnya adalah kembali mendatangkan dosen ke rumah. Aagghh... sangat membosankan.     

Delon membawa dirinya berjalan beriringan dengannya. Tangan Rachel masih seperti biasa digandeng dengan possesif seakan tidak membiarkan satu jari pun lolos dari tautan tangan mereka.     

Sejauh ini para mahasiswa masih berjalan lalu lalang seperti biasanya. Tidak ada yang khusus memperhatikan kedatangannya dengan Delon. Rachel cukup tenang saat terlihat keadaan seperti ini. Itu berarti ia akan terbebas dari ancaman belajar di rumah yang begitu membosankan. Ia yakin tidak hanya dirinya saja yang bosan pasti anak Rachel yang berada di kandungannya ikut merasa bosan.     

"Apa mereka semua baik denganmu?" Pertanyaan Delon membuat Rachel terkesiap dari lamunannya. Bukanya menggerakkan bibir, Rachel hanya menjawab dengan anggukan saja dengan cepat.     

Delon yang melihat jawaban dari sang istri hanya menatap dengan datar. Entah apa yang sedang ada di pikirkan lelaki itu. Rachel juga menjadi takut untuk bertanya. Nyalinya tiba-tiba menciut untuk bisa membongkar isinkepala suami tampannya itu.     

"Hallo, Rachel!"     

Suara sapaan itu membuat langkah Delon dan Rachel yang disapa terhenti. Tubuh perempuan cantik itu langsung menghimpit ke arah Delon. Bukannya takut, tapi ia masih merasa kesal dengan apa yang Rachel dengar kemarin.     

"Hallo, Pak Delon! Sedang apa di sini?" tanyanya dengan mengulas garis melengkung di bibir. Bahkan tangan itu masih melambai ke arah lelaki tampan tersebut.     

"Rere, Lo kenapa sok baik kayak gini?" sungut Rachel saat melihat mata perempuan di depannya begitu lekat memandang sang suami.     

"Ha? Sok baik? Kita kan memang selalu baik, Chel," kata Rere yang masih menatap lekat ke arah Delon dan sama sekali tidak memperdulikan tubuh Rachel yang sudah menggeram kuat dalam.     

"Apa kabar, Pak Delon? Sudah lama tidak bertemu, ya?" tanya Rere dengan nada menggoda. Delon yang mendengar pertanyaan Rere hanya mengangguk dengan ekspresi dingin.     

"Baik."     

Rachel menoleh ke arah suaminya saat mendengar jawaban itu dengan mudahnya keluar. Perempuan cantik itu semakin terbakar cemburu melihat apa yang sedang ia lihat saat ini.     

"Saayang, aaawwhh! Perutku, tiba-tiba sakit. Anak kita sepertinya sedang jngin sesuatu," ucap Rachel tiba-tiba dan sontak membuat Delon begitu cemas. Ia lupa, jika Rachel adalah ratu drama yang selalu bisa membuat dirinya frustasi.     

"Kenapa, Sayang? Di mana yang sakit?" tanya gusar Delon dengan menurunkan tubuhnya untuk mengusap lembut perut sang istri.     

"Anak? Lo ... dan Pak Delon? ...." Beljm sempat Rere melanjutkan kalimatnya. Delon sudah dengan cepat mengangkat tubuh istrinya dengan ala bridal kembali keluar kampus untuk menuju ke dalam mobil mereka.     

Sedangkan Rachel menyeringai senyum seringainya menatap Rere dengan tatapan mengejek. Bukan suatu rahasia lagi, jika Rere memang sangat menyukai Delon.     

Perempuan itu berani melakukan apapun untuk mencuri pertahankan sang suami. Tapi, Rere memang tidak tahu jika dirinya dan Delon sudah menikah. Perempuan itu hanya tahu jika dirinya dan Delon tidaklah saudara sekandung.     

"Psak Delonnn!" teriak Rere dengan sekuat tenaga. Dengan mengepal kedua buku tangannya erat melihat kemesraan Rachel dan Delon.     

Sedangkan Delon masih begitu cemas dengan keadaan sang istri. Ia mengayun langkah dengan cepat dan penuh kehati-hatian. Ia tidak menjadi orang jodoh membuat Rachel merasakan sakit dua kali.     

"Sabar, Sayang. Kita akan segera sampai di mobil," ucap Delon yang sudah memperpendek jaraknya dengan mobilnya. Kini dengan berhati-hati lelakj itu memasukkan tubuh sang istri di bangku depan.     

Melihat keadaan seperti ini, Rachel menjadi bersalah telah berbohong. Apalagi ia begitu takut jika berkata jujur, pasti Delon akan marah padanya. Atau akan menertawakan diriny? Haduh, bagaimana ini?     

"Kamu pegangan. Jangan sampai terjadi sesuatu pada anak kita. Apa kamu lupa meminum susu atau vitamin, Sayang? Kamu tidak apa-apa. Kenapa sekarang jadi sakit begini ..."     

"Astaaga, maafkan aku, Sayang. Apa karena tadi malam?" Delon melajukan minilnya dengan perasaan bersalahnya. Jika, ia tidak memaksa untuk bermain di luar saja. Pasti perut Rachel tidak akan sesakit ini.     

"Kak, tenanglah. Aku sudah tidak apa-apa."     

"Tidak mungkin. Kamu pasti berbohong untuk menenangkan aku. Aku janji, aku tidak akan lagi menyentuhmu, Sayang," ujar bersalah Delon.     

Berhenti menyentuh?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.