HE ISN'T MYBROTHER

Nino dan Monica



Nino dan Monica

0"Nino, brengsek! Lo di mana?!" Delon kembali berseru saat melihat istrinya masih belum memberikan tanggapan.     
0

Suara itu semakin jelas, desahan terdengar di telinga Delon. Hingga membuat lelaki itu mendirikan tubuh ke arah, meletakan kamera itu pada sang istri di depan kedua manik coklat madu tersebut.     

Rachel yang semula memang tidak berpengaruh dengan apa yang dikatakan Delon, akhirnya kedua matanya juga terpaksa melihat apa yang sedang diperlihat Delon padanya.     

"Jangan marah padaku dulu. Ini sahabatmu, Monica sedang bersam Nino. Kamu lihat dulu, Sayang," kata Delon yang masih menjelaskan di telinga sang istri.     

"Eumnbh... Nino, hen ... hentikan. Ada panggilan video itu," katanya menunjuk benda pipih yang berada di tangannya. Memperlihatkan dua orang yang terlihat samar di kabut gairahnya diserang Nino dengan begitu gencar di leher putihnya.     

Lelaki muda itu hanya mengeram tanpa bergerak untuk melepaskan bibir di leher itu. Tapi, saat suara teriakan dari dalam panggilan video itu terdengar nyaring di telinganya. Membuat perempuan itu mendorong keras tubuh Nino. Hingga lelaki itu menatap sayu, kecewa jelas nampak dipantulan bola mata hitamnya.     

"MONICAAAA!"     

"Astaaga!"     

Monica membulatkan mata melihat seseorang perempuan sedang melototi dirinya dengan begitu tajam. Seakan siap untuk menerkam dirinya yang berada jauh di sana bersama dengan Nino.     

"Ada apa sih? Ganggu aja," sungut Nino memutar kepala ke arah pandangan mata Monica yang terlihat begitu terkejut dengan seseorang yang berada di layar ponsel Nino.     

Tidak berapa lama Nino ikut membulatkan maelihat Rachel dan Bossnya sedang menjuruskan tatapan mematikan di dalam panggilan video itu.     

"Mampus, gue! Kenapa Lo angkat sih?" gerutu Nino saat melihat rahang Delon yang sudah mengeras melihat dirinya yang begitu terkejut. Bahkan suara bisikan itu juga terdengar jelas di telinga Delon dan Rachel.     

"Nggak sengaja ... Gue ngga sengaja. Ngapain Lo malah nyalahin gue sih!" sungut Monica yang memang tidak mau disalahkan.     

'Aaagghh... siapal, ganggu banget mereka!' batin Nino kesal luar biasa.     

Nino bergerak ingin mematikan panghilan itu, tapi suara otoritas Delon membuat jeari itu mundur seketika, tidak berani melawan kehendak sang Boss.     

"Berani Lo matiin, gue jamin Lo besok tinggal nama!"     

"Kalian ngapain berdua?" Suara Rachel akhirnya kembali mengambil kuasa di tengah kekuasaan Delon.     

Monica menurunkan pandangan, lalu menoleh ke arah Nino yang menggaruk kepala. Mereka berdua juga bingung mau menjawab apa.     

Rachel begitu kesal melihat semua apa yang dilakukan Nino pada sahabatnya. Apalagi sentuhan tangan Nino pada gundukan Monica juga Rachel lihat. Perempuan cantik itu tidak suka melihat Monica dengan pasrah memberikan kenyamanan kepada Nino yang notabennya tidak pernah setia dengan satu perempuan.     

"Pulaang! Pulaang! Lo tahu, gue nggak suka!"     

"Lo, juga ngapain grepeein sahabat gue? Emang stok jalang Lo habis?" tambah Rachel dengan pertanyaan yang menohok hingga membuat Monica tidak bisa membalas apapun perkataan Rachel.     

Monica yang semula hanya sedang menghabiskan malam yang sepi ini di luar, karena ia begitu sedih melihat Rachel di hari pertamanya masuk kampus malah dibuat Rere hancur. Itu membuat semangat Monica hilang untuk pergi ke kampus besok pagi.     

Tidak lama, mobil Nino berhenti di dekat restoran pinggir jalan di mana Monica juga berada di sana. Perempuan itu melihat Nino yang sedang mencumbu panas seorang perempuan berbaju ketat membuat pandangan Monica seketika memanas.     

Perempuan itu turun dari mobil Nino. Monica juga perlahan menghela napas panjangnya melihat mobil putih sport itu juga perlahan meninggalkan dirinya yang memang sengaja memutar tubuh untuk tidak terlihat oleh Nino.     

"Eh, kenapa mobil lelaki brengsek itu mundur lagi?" gumam Monica terkesiap saat melihat mobil putih berkilau itu benar-benar kembali terhenti di tempat tadi.     

Monica memutar tubuhnya, berpura-pura tidak mengenal seseorang lelaki muda tampan yang sudah terlihat mengeluarkan tubuh proporsionalnya dari mobil keren itu.     

'Mati guee! Dia mau ke sini, lagi!' batin Monica yang sudah gugup setengah mati.     

Monica memang sengaja menghindari Nino akhir-akhir ini karena perasaannya sudah mulai berubah kepada playboy itu. Karena kedetakan sebulan ini, hati Monica yang mengeras menolak kehadiran lelaki itu, kini berubah menjadi melunak.     

Tidak lucu jika Monica benar-benar terpikat dengan pesona Nino.     

Sebelum perasaannya semakin parah. Monica harus menghilangkan dengan cara seperti ini. Sudah seminggu mereka tidak berhubungan. Monica sengaja mengganti nomor karena tugasnya sudah selesai mengajarkan materi yang tertinggal oleh Nino karena lelaki itu sengaja pergi untuk menghindari Jeno.     

"Gue harus pergi sebelum dia tahu gue di sini," gumam Monica sekali lagi. Ia diam memutar tubuh untuk berjalan lainan arah dengan Nino yang sudah menapakkan kakinya di restauran pinggiran jalan tersebut.     

Kaki Monica berjalan cepat seakan memang dirinya seperti sedang meninggalkan sesuatu di rumah dan ingin segera mengambilnya. Padahal, dirinya hanya ingin menghindari Nino.     

"Dia ngga ngikutin gue kan? Iya. Ngga mungkin, dia ngga tahu gue. Gue harus cep—"     

"Ketangkeep!"     

"Mau ke mana Lo?" sahut Nino saat menangkap lengan tangan Monica yang berjalan cepat hingga di pertengahan jalan membelakangi jalan restauran tersebut.     

Kedua bola mata Monica membulat seketika saat cekalan tangan itu terlalu sulit ia hempas. SIalaan! Memang SIalaan!     

"Maaf salah orang. Saya mau pulang, Mas," kata Monica yang merubah suara, berharap jika lelaki di belakangnya percaya dan melepaskan tangannya.     

Nino mengernyitkan keninganya dengan ukiran bergelombang-gelombang seperti air laut mendengar suara itu. Monica memang bodoh, sebulan ini mereka bersama tidak ada yang terlewat dari apapun tentang perempuan itu. Tapi, beraninya dia mencoba menghindarinya dirinya lagi, pikir Nino.     

"Coba sini, kalau gue salah ngenalin orang," ucap Nino merah wajah Monica untuk menatap dirinya. Tapi, perempuan memilih menolak. Namun, Nino tidak kehilangan akal. Ia menarik tangan Monica, hingga tubuh ramping itu terhempas di pelukan Nino.     

Kedua manik mata mereka bertemu, padahal Monica sudah memakai topi cup yang menutup sebagian matanya. Namun, nyatanya kedua mata mereka kembali bertemu dengan lekat.     

Nino merengkuh pinggang Monica dengan possesif, ia tidak ingin kehilangan sekali lagi. Seminggu ini playboy itu dibuat kelimpungan tidak bisa mendengar suara Monica. Ia juga tidak bisa menikmati bibir tipis perempuan itu. Hari-hari Niko sangat suram. Ia bahkan harus menyewa perempuan bayaran untuk melampiaskan rasa kesalnya tidak bisa bertemu dengan Monica.     

"Lo ngindarin gue kan? Ada apa memang? Gue nyakitin Lo?" Pertanyaan Nino sontak membuat tubuh Monica menegang. Ia tidak harus mengatakan apa.     

Ia juga tidak mungkin mengiyakan. Itu akan membuat Nino mengejek dirinya yang sudah menjilat ludahnya kembali untuk tidak menyukai lelaki tampan itu.     

"Jangan kayak gini, No. Kita dilihat banyak orang," kata Monica yang menoleh ke arah orang-orang yang melintas di pinggiran jalan yang memang sedang melihat ke arah mereka berdua.     

"Jawab gue, Lo ngindarin gue?!" bentak Nino yang membuat Monica tercekat.     

"Jaawaab guee, Mon!"     

"IYAA! KENAPA?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.