HE ISN'T MYBROTHER

Sayang, Itu Bukannya Sahabatmu?



Sayang, Itu Bukannya Sahabatmu?

0"Sayang! Kenapa kamu bisa di sana?"     
0

"Apa aku mimpi? Tadi kamu benar lagi tidur kok ... kenapa sekarang sudah di depan pintu?"     

Delon terkesiap saat mendengar suara sang istri yang membuat dirinya melepaskan pelukannt pada tubuh yang tergulung di bawah selimut tebal tersebut. Ia juga merasa aneh kenapa tubuh Rachel berubah menjadi selembut itu tanpa ada tulang di sana.     

Dan, ternyata, istrinya sudah di depan pintu kamar dengan melipat kedua tangan. Ramput panjang hitam lurusnya membuat wajah itu semakin cantik dibawah sinar lampu temaram.     

"Siapa yang kamu peluk? Dari mana saja?" tanyanya dengan suara dingin. Kelopak mata itu memang terbuka dengan biasa, tapi sorot mata tajam sang istri tak dapat dipungkiri membuat seorang Delon ketakutan untuk menoleh ke arah gundukan besar di sampingnya     

"A ... aku pikir dia kamu, Sayang. Memang siapa yang kupeluk tadi?" Tangan lelaki tampan itu mulai mengukur untuk melihat siapa yang menjadi tersangka malam ini, menikmati pelukan hangat dari seorang Delon.     

Selimut tebal itu telah terlempar kasar oleh sang empu. Dan betapa terkejutnya dirinya, melihat tumpukkan tiga guling tertutup dengan begitu rapi di samping Delon.     

"Nah, itu, kamu peluk guling atau istrimu?" Pertanyaan Rachel membuat leher Delon susah bergerak ke arah sang istri, tapi ia paksakan untuk memberi senyum tampa .     

Suasana seperti ini seperti adegan di mana dirinya ketahuan Rachel menemui simpanannya di malam hari. Dan pulang sudah larut pagi.     

"Istriku ada di sana. Mana mugkin aku aku menyukai memeluk guling, sedangkan istri tercintaku belum ada yang memeluk." Delon akhirnya mendirikan tubuh melangkah kecil ke arah Rachel yang menatap tubuh tegap itu dengan tatapan tajam, masih seperti tadi.     

"Kenapa Sayangku bisa bangun?" tanya Delon yang sudah mengambil salah satu tangan perempuan cantik itu, lalu membawa menuju ke depan bibirnya.     

"Kenapa tanya? Kamu berharap aku ngga bangun-bangun, biar kamu bisa pergi tanpa sepengetahuan aku? Kamu mau jadi duda, begitu?" Rachel menatap sengit sang suami, meskipun jemari lentiknya beberapa kali menerima sentuhan manja bibir tebal Delon.     

Delon menggeleng, menempatkan buktu tangan halus itu pada rahangnya yang sedikit kasar karena jambang lelaki tampan itu sengaja tidak membersih secara tuntas karena permintaan sang istri juga.     

"Aku tidak mah menjadi duda. Apalagi duda ditinggalkan istriku. Kalau kamu pergi, aku ikut, mana mungkin aku mau ditinggal di sini sendirian. Apalagi perempuan di luaran sana lebih ganas, Sayang. Apa kamu rela melihat tubuhku dijamah jemari mereka, seperti ini ...."     

Delon menurun buku tangan sang istri ke dalam dada bidangnya yang terbalut kimono abu-abu gelap, mengarahkan jemari lentik itu masuk ke dalam belahan kimono yang terbuka. Delon mengerakkan kembali jemari pada sisi sensitifnya.     

"Seperti ini ... apa kamu rela tubuhku disentuh perempuan lain? Seumur hidup aku hanya ingin disentuh oleh tangan ini dan pemiliknya," sambung Delon yang semakin terlelap dengan gambut gairah tebal. Sentuhan jemari Rachel memang selalu membangkitkan senjatanya di bawah sana yang sudah memberontak ingin dilepas.     

'Sial, hanya sentuhan saja selalu membuatku panas dingin,' batin Delon tak kuasa menggerakkan jemari itu lebih dalam. Tapi, saat kelopak mata itu memberat dan memejam perlahan dengan desahan menggeram, tiba-tiba jemari lentik itu terlepas.     

Kenikmatan tadi seketika menguar, meninggalkan ketegangan yang sudah menjadi batu di bawah sana. Benar-benar menyiksa.     

"Saayang—"     

"Kamu jangan pikir aku tidak tahu kamh dari mana saja. Ini ... foto apa? Kamu peluk perempuan mana?" Rachel menunjukkan foto dari dalam ponselnya, di mana Ninolah yang menjadi dalang dari semua ini.     

Kening lelaki tampan itu berkerut tebal dengan menyipitkan mata melihat apa yang sedang istrinya tunjukkan.     

"Itu bukan aku. Mana mungkin aku ... lihat gambarnya aja dari belakang begitu, Sayang. Aku masih sangat setia dengan istriku, untuk apa aku memeluk dua perempuan menjijikkan seperti itu," tolak tuduhan sang istri yang memang bukan Delon.     

Rachel menunjukkan sebuah foto yang menjelaskan di mana seorang lelaki bertubuh seperti Delon sedang memeluk bahu kecil dua perempuan muda di sebuah jalanan malam.     

"Itu bukan aku, Sayang. Aku berani sumpah, demi Regan tersambar petir!"     

"Di foto itu bukan aku." Lanjut Delon kembali meyakinkan Rachel yang masih terlihat tidak percaya.     

Sedangkan di sisi lain, Regan yang sedang menikmati makan malam di sebuah hotel ternama di Jakarta bersama Sellyn dengan status baru mereka.     

Lelaki berkaca mata itu sedang menikmati jus alpukatnya tiba-tiba tersedak hingga membuat Sellyn panik.     

"Uhuk ...!"     

"Uhuk ...!"     

"Uhuk ...!"     

"Astagaa, Abaaang! Kalau mau minum itu biasaain hati-hati. Kayak kecil deh! Kalau Abang mati kesedak, Sellyn sama siapa? Baru nikah dadakan udah ditinggal mati. Kan ngga enak banget," celoteh Sellyn yang sedang mengusap-usap punggung sang suami panik.     

Regan yang masih terbatuk-batuk melirik ke arah pusat pijatan yang kiji sudah merampat ke area leher.     

"Uhuk ... aku baru kesedak kayak gini aja kamu sudah bahas mati. Kamu memang senanh lihat suamimu mati sebelum memiliki penerus?"     

"Ini pasti Delon sedang mengumpatiku!" sungut Regan meletakan gelas jus dengan kasar.     

Sellyn memukul kencang punggung panjang Dengan, lalu memutar kembali ke meja bundarnya lagi.     

"Jangan nyalahin dewa penolangku. Kamu kalau kesedak itu salahmu sendiri. Jangan nyalahin pak Delon," sahut ketus Sellyn.     

Regan menaikkan sudut bibirnya kesal mendengar Sellyn membela Delon. "Siapa? Delon? Dewa penolongmu itu aku, Cabe Muda. Lihat sekarang kamu malah memuji lelaki lain. Memang brengsek Delon!"     

"Sayang, ayolah! Percaya padaku, Nino itu memang sepaket dengan Regan. Mulut mereka berdua seperti mulut Mario!" Delon mengekori tubuh sang istri yang kini sedang menuju ke meja rias, mendudukan diri depan cermin besar, terlihat perempuan cantik itu sedang mengoleskan cream malam untuk melembabkan wajahnya.     

Rachel masih melakukan aktivitasnya tanpa memperdulikan ocehan sang suami yang nampak frustasi dengan mendudukan dirinya di bawah bangku rias Rachel, salah satu lutut itu tersentuh dinginnya lantai malam ini.     

"Sayang, biar aku yang menghubungi Nino. Anak itu memang brengsek, msmbuat malamku jadi seperti ini," dengus kesal Delon saat menekan nomor sang tersangka yang membuat Rachel mendiami seorang Delon seperti ini.     

Panggilan itu tersambung dengan jelas. Delon sengaja melakukan panggilan video untuk memberikan pembuktian, jika yang difotokan Regan bukanlah dirinya.     

"Kau di mana, ha, brengsek?!" tanya Delon dengan nada tinggi.     

Tapi, panggilan itu tak juga menampilkan gambar di seberang sana. Hingga membuat lelaki itu geram dengan menjambak rambutnya sendiri dengan asal.     

Apa yang dilakukan Delon tidak luput dari sari lirikan mata Rachel. Tapi, perempuan itu masih dalam mode diam tidak mau membiarkan kesempan Delon menang.     

Namun, Delon membulatkan mata melihat ponsel itu mengarah ke arah seorang perempuan yang begitu lelaki tampan itu tahu. Terdengar sedang mendesah, rambutnya juga terlihat teracak.     

"Sayang, itu bukannya sahabatmu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.