HE ISN'T MYBROTHER

Manis Sekali, Siapa Yang Kamu Peluk?



Manis Sekali, Siapa Yang Kamu Peluk?

0Keadaan tidak benar-benar membaik setelah Delon membawa tuan Cello—calon tunangan Sellyn di antara mereka. Orang tuan Sellyn masih menuntun Regan untuk menunjukkan apa yang lelaki itu punya sehingga berani memiliki putri tunggal mereka.     
0

Tidak mau berbasa-basi lagi. Regan menunjukkan beberapa berkas kepemilikan atas perusahaan yang memang beberapa kali saja dirinya pergi memeriksa. Meskipun perusahaan keluarganya tidak sebesar milik Delon, tapi, ia juga tidak kalah dengan lelaki tua yang akan dijodohkan oleh kekasihnya.     

"Aku akan membawa Istriku pergi. Kalian jangan cemas, perusahaan itu akan kubantu. Tapi, jika aku menemukan kecurangan, jangan salahkan aku membongkar semuanya," kata Regan yang sudah mendirikan tubuh dengan memeluk bahu kecil Sellyn.     

Sanjaya dan istrinya hanya mengangguk-angguk senang tanpa protes setelah membaca perjanjian di antara mereka bertiga. Apalagi kekayaan Regan ternyata lebih melimpah dari Cello.     

Jika merek tahu dari awal. Drama mengesalkan ini tidak akan pernah terjadi. Jika, lelaki muda itu menunjukkan seberapa kayanya siapa yang akan menjadi menantu mereka.     

"Kalian pergilah, bersenang-senang. Mama senang kalau kamu senang, Sellyn. Jangan lupa kunjungi mama dan papa, ya?" ujarnya dengan melambai ke arah tubuh pasangan suami istri baru itu. Di mana pernikahan yang terlihat tabu di mata perempuan cantik itu. Dirinya masih begitu bingung dengan apa yang terjadi.     

"Mereka bisa berubah secepat itu?" tanya lirih Regan saat tubuh mereka mulai mengayun pada mobil mewah Delon yang di sana juga sudah ada sang pemilik berdiri dengan satu kaki, satu kaki lagi itu dilipat menyentuh badan mobil menatap jengah pada kedua pasangan yang hampir mendekati jarak di antara mereka.     

Regan mengulas senyum tampan ke arah Boss yang sudah menolongnya tadi. Ia pikir Delon tidak akan datang karena ia tahu, jika Rachel sedang dalam mode manja tingkat langit ke tujuh.     

"Jalan aja seperti siput," sungut Delon yang begitu terdengar seperti ucapan selamat di telinga lelaki berkaca mata bening itu.     

"Terima kasih, Boss. Aku tahu kau akan datang." Regan masih mengarahkan pandangan berkaca-kaca pada lelaki tampan di pantulan matanya.     

Delon yang mendengar perkataan asisten pribadinya itu hanya berdecak dengan melipat kedua tangan. Seorang pengawal berpakaian hitam sudah membuka pintu mobil untuk Delon masuki.     

"Balas budimu. Aku tidak menerim gratisan." Delon memasuki mobil dengan tubuh sempurna dan meninggalkan Regan dan Sellyn yang membungkuk di belakang mobil mewah Delon yang sudah melaju.     

"Abang, kita udah kawin?" Suara itu terdengar menggelikan di telinga Regan. Bibir tipis itu bergerak melebar, menoleh ke arah pusat suara.     

"Kawin? Bukannya udah sering? Berapa kali? Mau kuhitung?" sahut Regan yang langsung mendapat pukulan pada bahu kekarnya.     

"Bukan itu, Abang!"     

"Yang pakai cincin, terus ngomong di KUA apa udah? Perasaan Sellyn ngga pernah diajak Abang ke sana, 'kan? Kenapa tiba-tiba ada foto formalku di buku nikah?"     

"Abang malsuin, ya? Itu kan ngga boleh, Abang. Ditangkap polisi baru tahu rasa. Sellyn, ga ikut-ikutan kalau gitu." Lanjut Sellyn yang melepas tangan Regan yang sedaritadi tidak lepas memeluk bahu kecil istrinya.     

Sellyn memang sudah menjadi istri Regan yang sah. Karena benar bukan diririnya yang mengurus pernikahan mendadak yang selesai dalam beberapa jam saja itu. Semua itu berkat Delon yang diam-diam mengurus. Karena Sanjaya adalah orang yang tidak bisa dianggap remeh tentang masalah uang.     

Jika, istri dan anaknya bisa dijadikan uang, Sanjaya akan lakukan itu. Demi gairah buta menduduki kejayaan perusahaan.     

Jika, Delon tidak bergerak cepat, Sellyn sudah akan menjadi mayat hidup dengan melayani nafsu Cello yang seperti binatang. Lelaki tua itu selalu melakukan dengan berbagai gaya gila yang akan menyiksa perempuan yang sedang bercinta dengannya.     

"Itu asli, Sellyn. Aku juga tidak tahu kenapa bisa secepat itu. Aku tadi cuma bicara ngasal aja, tapi ternyata Delon sudah membawa buku nikah kita. Aku juga terkejut, sama denganmu," balas Regan dengan menatap lurus ke depan.     

Sellyn memandang wajah tampan lelaki yang sekarang sudah menjadi suaminya. Kenyataan ini seperti mimpi panjang. Terlihat nyata, namun sangat susah dipikir dengan logika.     

Perempuan itu menjijit mencium rahang Regan dengan tiba-tiba sehingga membuat lelaki berkaca mata itu semakin membeku di tempat.     

"Sellyn udah ngga gadis perawan lagi kalau begini ceritanya. Ngga bisa cuci mata sama yang lebih ganteng dari Abang. Sellyn, aaaggghh... spechless!" teriak perempuan itu dengan antusias. Kedua buku tangan sudah mendarat pada pipi putihnya yang sudah kembali memerah merona.     

Regan menoleh mendengar apa yang dikatakan Sellyn dengan terkekeh, lalu mengusap gemas pucuk kepala sang istri kecil.     

Jadi, begini, rasanya memiliki istri kecil yang Regan pikir akan menyusahkan dan menyita kebahagiannya menjadi seorang lelaki yang bebas. Lelaki berkaca mata itu benar-benar tidak menyangka rasa ini berbeda dengan apa yang ia pikir sebelumnya.     

"Kan sebelum menikah juga ngga gadis perawan lagi? Udah aku ambil paksa. Mau apalagi? Mau cuci mata? Sini kuberi sabun biar ngga bisa lihat sekalian," celoteh Regan yang sudah mengapit kedua pipi tirus sang istri dengan gemas.     

Sellyn tertawa terbahak tanpa peduli beberapa anak buah Regan masih berada di sana dengan beberapa kali harus mengelus dada bidangnya melihat pemandangan yang mengguncang jiwa jomblo mereka.     

'Sabar ... sabar, kayaknya janda di samping rumah masih sendiri?' batin kesal salah anak buah Regan.     

Sedangkan Delon kini sudah berada depan di kamar mereka. Ia melihat gundukan besar di balik selimut tebal seperti bukit. Senyum tercipta di bibir sempurna Delon dengan menggeleng lembut melihat sang istri yang masih tidur.     

Ini keuntungan dirinya. Karena, Delon memang tidak ingin Rachel tahu kepergiannya. Beruntung saat ia pergi istri cantiknya itu tertidur lebih cepat dipelukannya.     

"Kalau kamu bangun, aku pasti bingung mau alasan apa," gumam Delon saat tubuh tegap itu telah sampai pada tempat tidur besar mereka. Dengan hati-hati lelaki tampan itu mendudukkan tubuh di pinggiran, menatap lekat ke arah gundukan besar di dalam selimut tanpa mau menyentuh.     

"Aku bersih-bersih dulu. Kalau aku masih memakai pakaian seperti ini pasti Rachel ngamuk lagi." Satu lagi alasan yang membuat dirinya tidak ingin menyentuh istri tercinta terlebih dulu sebelum semua bersih.     

Delon kembali meninggalkan tempat tidurnya, mengayun langkah ke arah kamar mandi.     

Aktivitas itu tidak membutuhkan waktu lama karena lelaki tampan itu akhirnya keluar dengan tubuh yang sudah segar tanpa membasahi rambut hitamnya. Untuk tidak meninggalkan jejak yang akan membuat Rachel menceloteh malam-malam.     

"Aku rindu anakku sedang apa malam seperti ini di dalam sana, ya?" monolog Delon saat tubuh segar itu telah sampai kembali di atas tempat tidur dengan senyum sumringah, memasukkan tubuh kekar itu ke dalam selimut.     

"Sayang, aku rindu anak kita," bisik Delon menggoda.     

Rachel masih diam. Delon memeluk tubuh itu, tapi ia begitu aneh dengan apa yang ia peluk. Hingga suara tiba-tiba mengejutkan dirinya.     

"Siapa yang kamu peluk, hem?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.