HE ISN'T MYBROTHER

Siapa Yang Memberitahumu?



Siapa Yang Memberitahumu?

"Pergi sana! Jangan melakukan hal yang kurang ajar kepada kak Rachel. Kau belum tahu sekuat apa suami Kak Rachel."     

Delon tidak memperdulikan suara tersebut ia masih memeluk kaki Rachel saat perempuan itu masih saja terduduk di bangku rotan. Delon tidak peduli dengan celana dan kemeja mahal yang sudah bersentuhan dengan debu. Bahkan celana hitam itu telah berubah warna.     

"Kau yang tidak tahu tentang aku. Maka diamlah!" bentak Delon dengan memeluk kaki istrinya, mengarahkan pandangan ke atas melihat Rachel yang tadi memandangannya kini berubah menjadi membuang pandangan tersebut.     

"Sayang, pulanglah, aku sangat merindukanmu. Apa kam—"     

"Dari mana kamu tahu aku disini? Kenapa kamu tidak bersama Jenny saja? Aku betah disini. Aku mempunyai teman baru," sahut Rachel tiba-tiba.     

Delon terdiam sebentar saat mengingat siapa yang memberitahu dirinya dan meminta untuk tidak mengatakan hal tersebut kepada istrinya. Siapa lagi, jika tidak seseorang yang kini berada di balik pintu sedang mengintip ke arahnya.     

Pak Yono. Dia tadi menelpon Delon dalam perjalanan hampir menerobos ke luar kota ini. Ia pikir Rachel akan menenangkan pikirannya di tempat yang sangat jauh setelah anak buah Regan tidak berhasil menemukan istrinya di penjuru tempat di kota ini.     

Delon bingung ... sangat bingung. Ia sudah tidak bisa berpikir lagi. Jika tidak ada di dalam kota ini pasti di luar kota, pikir Delon mencoba menenangkan pikiran lelaki itu untuk tetap berkonsentrasi mencari istrinya.     

"Rachel ... kumohon kembalilah, jangan buat aku menjadi suami yang gagal," gumam gusar Delon masih menyebar pandangan kesepenjuru arah jalanan.     

Ponsel Delon berkali-kali berbunyi, tapi lelaki tampan itu terlalu memusatkan pikirannya pada jalanan, menjadikan Delon tidak mendengar ada panggilan berkali-kali yang entah dari siapa.     

Di sisi lain, Rachel sedang melakukan percobaan dengan seorang gadis berkulit hitam manis membuat sebuah jus yang membuat ruamah kecil itu berantakkan.     

Hanya sebuah jus. Tapi, membuat rumah Pak Yono bagai mengalami pasca banjir.     

Sedangkan putrinya begitu menikmati bermain dengan Rachel yang begitu hangat dan bisa membuat putri tertua Pak Yono lupa, jika selama ini sikapnya begitu tertutup dengan siapa pun, hingga membuat gadis itu tak memiliki seorang teman pun. Tapi, dengan Rachel, putrinya begitu senang dan bahagia.     

Namun, Pak Yono tidak bisa melipat rumahnya seperti pasar seperti ini. Bisa pecah kepala Pak Yono membereskan lantai yang kotor selaman utuh dan membuat dirinya tak bisa berangkat bekerja.     

"Nyonya, sudah, apa Anda mau meminum jus sebanyak ini? Ini cukup untuk diminum orang sepuluh ...." Pak Yono memutar pandangan kesepenjuru arah melihat rumah dan buah-buahan begitu berantakan berselerakan di bawah.     

"Ini bagikan saja ke tetangga-tetangga Pak Yoni. Aku akan tidur disini. Pak Yono tidur di tempat lain saja. Ajeng akan bersamaku. Benar tidak?" tanya Rachel pada gadis tersebut yang langusung mengangguk dengan senyum cearhanya.     

Suara bleser menderu tersebar di seluruh arah. Rachel tidak berpikiran untuk membuat jus. Tapi, anaknyalah yang memint. Jadi, Rachel membeli berbagai buah segar hingga satu kantong plastik merah penuh untuk memenuhi keinginan sang anak.     

Glek     

Jus hingga sepuluh gelas apa ada yang mau meminumnya malam-malam seperti ini? Sedangkan mereka tidak memberikan tambahan madu. Pasti rasanya begitu hambar.     

Lelaki itu harus menolak perintah Rachel. Ia tidak mau didemo masal oleh tetangganya yang merasa keracunan jika meminum minuman buatan Jenny.     

"Nyonya, ini sudah malam. Tidak mungkin mereka suka meminum jus. Ini di pinggiran kota, tidak mungkin mereka suka meminum jus," kata Pak Yono yang berharap kebohongannya berhasil. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana mereka meminumnya.     

"Kenapa, Pa? Bukannya mereka juga suka makan apapun yang kita beri, harusnya cuma meminum jus di malam hari tidak masalah," sahut Ajeng yang membuat kedua pupil mata lelaki paruh baya itu mengecil. Pak Yono mengeratkan deratan giginya merasakan tak sehati dengan sang putri.     

'Ajengg! Nak, kau kenapa tidak bisa sepemikiran dengan diriku?' batin Pak Yono yang memaksa senyum ke arah kedua perempuan muda itu.     

"Pak Yono gelas yang berada di pojok itu untuk, Bapak. Jangan lupa langsung diminum, ya?" kata Rachel yang lagi-lagi membuat lelaki paruh baya itu membulatkan mata tak berkedip.     

"Bu ... buat saya, Nyonya?" tanya Pak Yono kembali untuk meyakinkan dirinya, jika ini bukanlah mimpi.     

Rachel mengangguk, dan berkata. "Jika, bukan untuk, Pak Yono ... lalu untuk siapa? Kami berdua sudah sangat senang untuk membuatkan saja. Pak Yono pasti akan bertambah lagi, aku sudah menyiapkan gelas tambahan. Tenang saja! Ayo, segera diminum, Pak!" Rachel mengkode dengan buku tangannya yang terangankat naik turun dengan senyum cantik yang telah kembali.     

"Tapi, Nyonya tidak mene—"     

"Tidak perlu dibahas. Aku tidak membahas dia. Cepat minum itu. Aku akan membereskan ini semua," ucap dingin Rachel yang langsung berjalan menjauhi Pak Yono yang merasa bersalah telah mengungkit tuannya. Tapi, jika tidak begitu, Rachel tidak akan ingat masih mempunyai suami.     

'Semoga tidak membuatku mati di tempat,' batin Pak Yono saat mengambil minuman itu dari atas meja dan membawanya keluar.     

Pak Yono sangat meragukan kemampuan memasak putrinya, tapi tidak dengan kemampuan Rachel yang begitu lihai dalam memasak, meskipun Rachel lahir dalam keadaan keluarga yang begitu kaya.     

Namun, setelah majikannya itu hamil, seluruh masakannya tidak terasa. Bahkan ada yang keasinan dan itu hanya dianggap biasa oleh Rachel. Pak Yono benar-benar tidak menyangka, jika permpuan muda jika hamil bisa menghilangkan kempuan dalam memasaknya.     

"Ini memamng terlihat enak ... tapi, jika aku melihat prosesnya, aku takut keracunan," gumam lelaki paruh baya itu yang perlahan menempelkan bibirnya untuk meneguk jus tersebut.     

Baru minum itu sampai di lidahnya. Semburan itu langsung keluar ke mana-maa. Hingga membuat Pak Yono harus menekan lehernya suapaya jus itu tidak masuk ke dalam tenggorakkannya.     

BYUR ...!     

"Aaaggghh! Minumann apa itu? Mereka mau ngeracunin aku?" Lelaki paruh baya itu masih menundukkan tubuhnya setelah semua isi minuman itu keluar tanpa tersisa.     

"Nyonya Rachel harus pulang. Bahaya kalau Ajeng selalu membuat minuman itu. Aku berarti harus keracunan setiap hari? Aaaggh! Tidak ... tidak! Aku tidak mau!"     

Pak Yono langsung langsung merogoh ponselnya yang berada di saku dada kemeja kirinya. Ia tidak peduli dengan larangan Jia untuk tidak boleh mengaktifkan ponselnya.     

Panggilan itu telah terhubung kepada seseorang yang terdengar begitu gusar dengan nada tinggi seperti biasa.     

"Nyonya Rachel sudah berada di rumah saya. Keadaannya baik-baik saja." Hanya kalimat itu yang mampu Pak Yono katakan. Karena dengan cepat seseorang itu langsung mematikan panggilan itu tanpa mau berkata kemabali atau bertanya lebih lanjut.     

"Katakan ... kenapa kamu malah memandang ke arah dalam rumah pak Yono?"     

"Karena jawabannya di dalam sana," jawab Delon.     

Ha? Di dalam?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.