HE ISN'T MYBROTHER

Kau Memang Bodoh, Delon!



Kau Memang Bodoh, Delon!

0"Pulang, Pak Yono!"     
0

"Sayang, dengarkan aku dulu. Jenny tadi, hanya mengirimkan makanan saja tidak lebih." Delon masih memegangi pinggiran jendela mobil yang lupa Rachel tutup.     

"Pak Yono! Apa aku harus mengulang dua kali?" tegas perempuan cantik itu dengan menekan kalimat agar supirnya paham dan langsung menjalankan mobil ini.     

Pak Yono bingung dengan suasanaa mencekam seperti ini. Ia ingin membela Delon, tapi Rachel sudah seperti ingin memakannya hidup-hidup. Seoarang Delon saja sampai tidak berdaya oleh seorang perempuan kecil seperti Rachel. Apalagi, dirinya, yang hanya lelaki tua dengan jabatan supir saja.     

"Pak Yono jangan lakukan mobilnya. Kau tahu apa yang terjadi, jika kau berani?"     

Maafkan saya Tuan Delon.     

"Racheeeelll!"     

Lelaki paruh baya itu melirik ke arah spion untuk melihat wajah frusstasi Tuannya, apalagi teriakan memanggil nama istrinya begitu terang terdengar di telinga Pak Yono maupun Rachel.     

Mobil itu melaju menembus lengangnya jalanan ibu kota yang membuat Rachel tak bisa menahan air matanya yang sudah merembes di pipi putihnya. Tangisan menderu memenuhi ruang mobil, hingga membuat lelaki paruh baya itu harus menutup satu telinga dengan bahu tua yang masih begitu kokoh.     

"Jaaahat! Dia bukan makan makanan dari restauran, dia memilih memakan makanan dari perempuan ular itu. Aku benci suami bodoh itu!"     

"Pak Yono juga membenci suami bodohku, itu bukan? Dia begitu bodoh mempercayai perempuan ular itu berubah, bahkan dia tidak mengambil kembali masakanku yang telah kumasak tadi dengan susah payah," sambung Rachel dengan memukul-mukul punggung bangku supir, hingga membuat lelaki paruh baya itu bagai duduk dikursi goyang.     

'Nyonya Rachel ini kenapa lagi? Aku bukan sedang duduk di kursi pijat. Kenapa bangkuku bergerak seperti ini?' batin Pak Yono menggeleng merasakan kelakuhan aneh lagj dari kedua majikannya.     

Pak Yono benar-benar heran dengan kehidupan dua pasangan muda itu. Baru beberapa hari mereka sudah berbaikan dan kini bertengkar kembali. Lelaki paruh baya itu memang harus menyiapkan jantung cadangan untuk berjaga-jaga, jika kemarahan Rachel kembali membuat semua orang pusing.     

"Kita jangan pulang!" perintah Rachel membuat kening Pak Yono berkerut tebal dengan mata yang masih terfokus pada jalanan ibu kota.     

Ia bingung, kenapa Rachel tidak mau pulang? Biasanya jika marah seperti ini, perempuan muda itu memilih untuk pulang dan mengunci diri di kamar hingga beberapa hari, dan baru mengizinkan Delon untuk masuk.     

Lalu sang majikan ingin pergi ke mana, jika tidak pulang?     

"Nyonya, kita harus ke mana, jika tujuan terakhir kita tidak seperti biasa?" Pak Yono bingung melihat Rachel malah membuka atap mobil dengan mengeluarkan sebagian tubuhnya untuk diterjang angin pertengahan sore itu.     

"Nyonya saya mohon ... jangan seperti itu!" pinta Pak Yono dengan nada cemasjya. Ia takut, jika terjadi sesuatu pada majikannya tersebut. Entah lecet, masuk angin, atau ikut terbawa angin. Tidak ada yang tahu. Maka dari itu lelaki paruh baya itu sangat cemas.     

"Hiksss. Pak Yono jangan berisik! Aku sudah seperti perempuan patah hati. Hatiku sangaaat rapuhh! Suamiku sendiri tega membohongiku! Apa Pak Yono paham dengan perasaanku?"     

"Cih, tentu tidak! Kau dan suamiku memang samaa! Tidak peduli dengan hatiku. Aku masih menderita mual setiap pagi, dan mencium aroma juga susah. Tapi, dengan gampangnya... aaaaghh! Dasar brengsek.lau Delon!" tambah perempuan nelangsa itu dengan memekik ke arah langit biru terang yang begitu sejuk jika dilihat.     

Namun, itu tidak berlaku pada untuk Rachel, istri yang melihat apa yang dikatakan dan dilakukan suaminya sangat berbeda. Bahkan, sahutan Regan membuat semua terasa jelas dipikiran Rachel.     

"Tidak, Nyonya. Aku dipihakmu. Perempuan seperti Nyonya emang harus memiliki pendukung sepertiku yang setia dan Budiman. Aku tidak mempersalahkan usiaku yang tepaut sangat jauh dari Nyonya. Tapi, aku tetaplah pendukung dibelakangmu," ucap bohong Pak Yono. Bagaimanapun ia harus membuat perempuan itu untuk tidak lagi berada di sana. Itu akan membuat kondisi Rachel memburuk.     

"Apa aku juga harus membawa bulu-bulu itu, Nyonya?"     

Rachel yang mendengar perkataan lelaki paruh baya itu hanya menundukkan kepala ke arah tubuh tua yang hanya terlihat kepala saja.     

"Kalau kau berpihak pada kubuku. Kita jangan pulang. Tapi, ...." Rachel sengaja mutus kalimatnya dengan garis garis sudut yang jelas terukir.     

"Tapi, apa, Nyonya?"     

Sedangkan di sisi lain Delon masih berdiri di tempat di mana istrinya memilih pergi dan meninggalkan dirinya di sini.     

Lelaki tampan itu mengusap kasar rambut lurusnya ke belakang dengan mendesah kesal. Tempat sampah yang tidak tahu apa-apa mengenai permasalahan yang terjadi pada Delon dan Rachel ikut ditendang dua kali oleh kedaua pasangan barbar itu.     

Tendangan pertama dari kaki jenjang Rachel saat awal mereka bertengkar.     

Dan yang kedua kali ini, akan segera berlangsung. Tong sampah pun sepertinya sedang berantisipasi dengan gerakkan kaki dan taatapan meruncing dari Delon.     

Dan, benar juga, kaki panjang itu sudah mengayun dengan Geraman kuat menyentuh terpaaan angin. Namun, tiba-tiba tepukan bahu membuat Delon menoleh dengan menurunkan kambali kakinya.     

"Lancang sekali kau! Sejak kapan kau berani menyentuh tubuhku, ha?" bentak Delon pada seorang tubuh lelaki berkaca mata bening dengan rantai tebal di kedua sisi tangkai kaca mata itu dan tatapannya juga menunduk gemetar.     

"Tu ... uan, maafkan saya. Tapi, saya menemukan ini saat nyonya pergi dengan begitu cepat ... ini kotak makan, Tuan ..."     

"Saya, masih mengingat seluruh kantor heboh hanya karena mencari kotak ini, Tuan Delon. Tapi, saya belum benar-benar memastikan. Apa itu benar kotak makan yang sama dengan tempat makan favorit nyonya Rachel," sambungnya.     

Delon menurunkan pandangan pada paper bag coklat dengan warna yang sama dengan yang dibawa Rachel tadi yang sempat ia singgung. Dan Rachel memilih untuk menyembunyikan setelah tahu Jenny datang membawa makanan, dan betap bodohnya Delonnjuga tergoda saat makanan favoritnya hampir dihabiskan Regan langsung ia tarik kembali.     

"Aaaggghh! SIalaan!"     

'Jadi tadi Rachel pulang hanya untuk memasakaanku? Di saat perutnya masih mual? Astaaga! Kau benar-benar sudah gilaa!' batin Delon yang semakin menarik rambutnya kuat ke depan.     

"Apa itu benar milik, nyonya Rachel, Tuan Delon? Jika, tidak, saya akan membuangnya kembali, tapi sepertinya masakan itu masih hangat, biar saya makan terlebih dulu baru saya buang," katanya dan seketika membuat Delon melotot, menarik paksa paperbag itu dari tangan karyawannya.     

"Akan kupotong lidahmu, jika kau sampai berani memakan satu butir saja masih di dalam sini!" baerang Delon yang membuat lelaki kurus itu membungkukkan tubuhnya lalu bergegas pergi daripada ia tidak akan bisa berbicara jelas pada akhirnya.     

"Tuan Delon saya sepertinya masih harus mengurus laporan keuangan. Saya permisi dulu."     

Delon hanya diam dan tak peduli dengan kepergian dari langkah seribu itu yang telah menjauh dari Delon.     

"Kenapa aku sebodoh ini. AWKHH!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.