HE ISN'T MYBROTHER

Jangan Dekat Denganku (Rachel)



Jangan Dekat Denganku (Rachel)

0"Ya, tentu aku disini. Ini perusahaan suamiku. Tidak ada yang aneh dengan kedatanganku."     
0

Harusnya pertanyaan itu untukmu. Kenapa kau malah di perusahaan suamiku? Bukankah ini jam makan siang? Tidak pekerjaan, bukan?" Lanjut Rachel dengan melipat kedua tangan menatap sinis ke arah perempuan di depannya.     

Jenny hanya mengulas senyum cerah samar menanggapi jawaban Rachel. Ia tidak akan membuat rencananya kembali kacau. Jenny juga mau Delon akan mengatakan jujur atau berbohong.     

Jenny melihat jam di tangannya dengan ekspresi gusar.     

"Aku sepertinya sudah sangat telat, Chel! Aku duluan, ya?"     

"Tunggu!" Rachel mencekal tangan Jenny. Sontak membuat sang empu menoleh dengan ekspresi masih dibuat seperti tadi, kedua kali jenjangnya sudah berada di anak tangga ya berbeda hanya karena cekalan Rachel.     

Jenny mengangkat dagu untuk meminta jawaban dari berhentinya lajunlangkahnya.     

"Katakan kau sedang apa di perusahaan suamiku?"     

"Duhh... Aku udah telat banget. Coba kamu tanya sama suamimu, aku hanya tidak sengaja mampir. Ngga bermaksud apa-apun. Sudah, ya?" Jenny melepaskan cekalan tangan Rachel, lalu berlalu pergi meninggalkan perempuan cantik itu yang termenung.     

"Itu tadi ... Jenny?" Kedua manik mata Rachel masih belum melepaskan pada sosok yang sekarang sudah terlihat masuk ke dalam mobil dengan melambai ke arah Rachel.     

"Apa lagi rencana perempuan ular itu? Dianggap gue percaya? Cih, sekali ular tetap jadi ular," sambungnya dengan berdesis membalik tubuh dengan amarah yang sudah diubun-ubun untuk segera dilampiaskan.     

Rachel masuk ke dalam lobby perusahaan Delon dengan wajah yang tertekuk genggaman tangan pada tempat makan yang kini juga semakin menguat mengingat Jenny yang lebih dulu datang dan memperhatikan suaminya.     

TING     

Bunyi lift yang sudah terbuka bersiap untuk mengantarkan penumpangnya kembali sampai pada tujuannya.     

Rachel masuk dengan suka rela, tapi ia tidak sadar siapa yang baru saja ia senggol. Perempuan itu hanya mengatakan 'maaf' tanpa mau memperhatikan wajah dari dua lelaki tampan yang sedang mengamati dirinya dari pintu luar lift.     

"Awhh..." ringis Rachel. Ia menundukkan tubuhnya ke arah seseorang yang ia tabrak. "Maaf, saya tidak sengaja."     

Pintu lift pun tertutup dengan pandangan lelaki di balik kaca mata hitam yang masih belum berhenti menatap kepergian dari perempuan cantik di sela kedua pintu lift yang akan terkatup secara perlahan.     

"Apa itu yang namanya Rachel, putri tuan Jeno?" tanyanya pada seseorang lelaki seumuran dengan dirinya.     

"Benar, Tuan. Itu adalah nona Rachel istri dari tuan Delon," jelasnya dan membuat lelaki yang memakai kaca mata itu mempeeerat kaca mata hitamnya.     

"Sepertinya meamng sulit mendekatinya. Katakan pada tuan Jeno, aku sudah menemukannya. Dia memang sangat cantik."     

"Baik, Tuan. Saya akan segera menyampaikannya," jawab sang lelaki yang sudah berdiri tegap di samping lelaki berkaca mata hitam tersebut.     

Rachel menghentak-hentakkan kakinya di atas lantai lift, jika ada seseorang yang berada di sampingnya, pasti akan sangat terganggu dengan sifat kenak-kanakan Rachel mengganggu kenyaman penumpang yang lain.     

"Dasaar ulaar! Kenapa dia bisa kesini? Padahal jarak perusahaan om Tio sama perusahaan kak Delon jauh banget," gumam Rachel saat pintu lift sudah perlahn terbuka kembali dan menampilkan isi lantai atas yang begitu tertata rapi, meski tidak sebesar perusahaan Jeno.     

TING     

Rachel keluar dengan tenang, ia tidak mau menunjukkan kepada semua karyawan jika dirinya sedang cemburu. Cemburu dengan Jenny akan menambah reputasinya menurun drastis. Dan Rachel tidak mau itu terjadi.     

Berbagai sapaan perempuan cantik itu terima dengan membalas satu persatu dengan senyum cantik Rachel.     

"Selamat siang, Nyonya Rachel."     

"Selamat siang, Nyonya."     

"Iya, selamat siang semua," jawab Rachel dengan begitu ramah, mempertahanakan reputasi Delon, meski hatinya bak diiris-iris belati saat ini.     

"Selamat siang, Nyonya. Ingin bertemu dengan tuan Delon?" tanya salah satu karyawan tersebut dengan sopan. Dia sudah menyambut perempuan cantik itu sampai keluar dari ruang kerjanya.     

Rachel mengangguk sebagai jawabannya, lalu membalas sapaan dari wanita tiga puluh tahunan itu dengan sanggul di belakang kepala.     

"Selamat siang. Apa suamiku sedang menerima tamu? Aku membawakan bekal makan siang, aku takut dia tidak sempat memesan makanan dari luar," sahut Rachel dengan memperlihatkan tempat makan yang memang sudah dilebihkan untuk Regan.     

"Tadi ada, Nyonya. Tapi, sekarang tuan Delon sedang menyeleksi wakil dari pak Regan," jelasnya dengan masih menunduk hormat.     

"Oh, baiklah. Aku akan ke sana. Sepertinya dia bisa kuganggu sedikit. Terima kasih, ya, Kak!"     

"Selamat bekerja semuanya. Aku akan ke ruangan tuan kalian!" teriak Rachel dengan melambai ke arah para karyawan yang selalu ramah menyambut Rachel.     

"Baik, Nyonya Rachel."     

"Terima kasih, Nyonya." Mereka pun membalas dengan begitu sopan secara bersamaan, meski jawbannya berbeda satu sama lain.     

Padahal kejadian dulu sebelum ia tahu, jika dirinya hamil membuat Rachel benar-benar malu untuk bisa menginjakkan kaki di lantai perusahaan ini lagi.     

Tapi, jika Rachel tidak kesini dan mendatangi Delon, pasti perempuan ular semacam Jenny mengambil kesempatan untuk bisa membuat suaminya lengah.     

Langah kaki Rachel masih mengayun menuju ke kantor Delon yang sedikit perempuan cantik itu ingat dari penuturan karyawan suaminya. Jika, Delon sedang melakukan seleksi untuk membantu pekerjaan Regan? Apa harus suaminya yang melakukan itu? Kenapa tidak Regan saja yang lebih tahu kebutuhannya dibandingkan dengan Delon?     

Tidak perlu mengetuk. Rachel dengan mudahnya membuka pintu ruang Delon yang begitu besar daripada ruang-ruang lainnya yang berada disini.     

Pintu itu terbuka dengan menampilkan seluruh tatapan mengarah kedatangan tiba-tiba dari seseorang yang kini sudah menjadi depan pintu itu dengan menggeleng melihat apa yang sedang ia lihat sekarang.     

"Sayang ..." panggil seseorang yang kini sudah mendirikan tubuh melewati salah satu wanita yang tadi berdekatan dengan lelaki itu dengan membungkuk menunjukkan seseuatu dalam sebuah dokumen.     

"Sayang ... kenapa kamu tidak mengabariku, jika mau kesini? Aku kan bisa menjemputmu," ucap Delon yang sudah berada di depan sang istri dengan meraih salah satu tangan perempuan cantik itu, mencium dengan lembut di sana.     

Rachel menggeleng dengan berkata, "Jika aku bilang. Aku tidak akan melihat momen seperti ini lagi." Permpuaan cantik itu langsung menarik tangannya dengan kasar dari genggam tangan Delon.     

"Sayang, apa yang kamu lihat? Aku benar-benar tidak tahu. Tiga wanita itu yang dipilih Regan ... kalau kamu tidak percaya. Kamu bisa tanyakan kepada Regan. Aku benar-benar tidak sedang—"     

"Berkencan. Hmm...." Rachel masih mengayun langkah menuju sofa. Di mana Regan juga sedang terfokus depan layar laptopnya hanya melirik sekilas pada kedatangan Rachel.     

Delon mengekori Rachel dari belakang, hatinya begitu tidak melihat wajah datar istrinya yang lagi dan lagi melihat dalam kondisi yang tidak benar.     

"Jauh-jauh sana, aku lagi tidak mau duduk denganmu. Aku hanya ingin duduk dengan Kak Regan ..."     

"Aku baru tahu, ternyata Kak Regan lebih tampan darimu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.