HE ISN'T MYBROTHER

Pertentangan Jeno dan Delon



Pertentangan Jeno dan Delon

0"Tapi, nanti perut kamu sakit, Chel. Jangan terlalu banyak makan ... kita bawa, tapi makan makan bertahap saja, okay?"     
0

Rachel menundukkan kepala dengan jari telunjuk yang masih memutari bundaran kecil yang perempuan itu buat sendiri dengan mengerucutkan bibirnya. Dirinya juga tidak kenapa ia sekarang sangat menyukai mangga muda itu.     

Tapi, ternyata kesukaannya malah dilarang Delon dengan dalih perutnya, memang kalau menuruti anaknya kenapa? Ini juga bukan sepenuhnya kemauan Rachel.     

"Benar apa yang dikatakan Delon, Sayang. Kamu tidak boleh banyak makan mangga ini. Karena akan menyakiti perutmu nanti ... buah yang terlalu masam juga tidak baik," imbuh Mantan denganengusap.lembut punggung kecil putrinya yang masih belum mau menangangkat kepala.     

"Kandunganku masih muda, Rachel. Kamu harus bisa menjaga dia, jangan sampai membuatnya dalam bahaya dan ...." Belum sempat Martha melanjutkan kalimatnya. Tiba-tiba suara lain menyela hingga membuat semua orang beralih pandang ke asal suara. Termasuk Rachel yang tidak.berkedip melihat sosot tinggi besar itu.     

"Kenapa kalian berdua melarangnya? Rachel memang tidak menyukai anak itu ... sebaiknya memang harus dihilangkan. Untuk apa dipertahankan, hanya akan menyusahkan!"     

Delon belum memberikan respon apapun untuk kalimat Jeno yang begitu menusuk ke dalam relung hati. Tapi, Delon harus tetap bisa menahan diri. Lelaki itu mencoba memaklumi dengan apa yang terjadi saat ini. Mungkin Jeno masih ingin memisahkan dirinya dan Rachel.     

"Rachel, kamu disini saja bersama kami. Tinggalkan dia dan gugurkan saja kandungau. Itu bukan cucuku. Papa sudah bilang, hidupmu akan lebih terjamin, jika disini. Papa akan memenuhi kesukaanmu, tidak hanya mangga-mangga ini," tambah Jeno yang membuat Rachel meremas kuat buku tangannya mendengar jelas perkataan papanya itu.     

"Pa! Jangan seperti itu! Apa yang kamu maksud menggugurkan? Ini adalah nyawa manusia, pikiranmu di mana? Apa kamu sadar dengan ucapanmu itu?!" pekik Martha tajam ke arah sang suami dengan tangan yang sudah memeluk punggung putrinya.     

Jeno berdecak dengan apa yang dikatakan istrinya. Ini akan lebih cepat diakhiri jika, kandungan itu hilang. Dan Rachel bisa memilih pasangan yang layak tidak seperti Delon.     

"Kenapa? Aku sadar mengatakan hal ini. Jika, Rachel bisa menghilangkan kandungannya itu, dia akan kujodohkan kepada anak rekan bisnisku yang lebih mapan. Semua keinginan Rachel pasti bisa dipenuhi, Ma ..."     

"Apa kamu tidak melihat baju yang digunakan Rachel ini. Dan yang dipakai lelaki itu ...." Jeno menunjuk ke arah Delon yang masih terdiam di tempat dengan telinga yang benar-benar melebar untuk hinaan ini.     

"Semua pakaian yang mereka pakai kotor! Tidak bermutu! Apa ini yang dinamakan bahagia setelah kamu pergi dari rumah ini, Rachel?!"     

"Katakan, iyaa, Papa akan membereskan surat perceraianmu dengan dia. Papa akan masih menerimamu di rumah ini setelah kandungan tidak ada." Lanjut Jeno yang sudah tidak bisa menahan emosi melihat Rachel yang malah mengandung sebelum ia berhasil mengenalkan Rachel pada sosok anak dari teman bisnisnya.     

Jeno dengan cepat memegang pergelangan tangan Rachel dengan keras seperti waktu di restoran kemarin. Rasa sakit dan pans itu membuat kulit Rachel mungkin sudah terluka saat ini.     

"Ayo ikut, Papa! Kamu harus ke kamarmu dulu. Jangan buat Papa marah lagi!" Jeno menarik paksa tangan Rachel. Sontak membuat tubuh lemah itu tak berdaya dengan kekuatan sang ayah yang lebih berkuasa atas tubuhnya.     

Rachel menggeleng tanpa bisa mengucapkan kata penolakannya. Jeno telah membuat Rachel membisu untuk hanya menolak paksaan kepada dirinya.     

'Kak Delon tolong aku... Aku tidak mau dibawa papa. Aku tidak mau berpisah dengan anakku, tolong aku. Hiks,' batin Rachel yang menarik tangannya sendiri agar terlepas dari cengkarman Jeno. Namun, lagi-lagi usahanya gagal.     

"Paapaa! Jangan kasaar! Racheel kesakitan. Kau membuat putri kita kesakitan!" teriak Martha yang mulai berlari ke arah Jeno yang masih menarik paksa untuk menaiki anak tangga.     

Namun, saat Jeno baru menampakkan satu kaki di anak tangga pertama. Ada sebuah tangan yang mengangkat cengkraman tangan Jeno pada pergelangan tangan Rachel. Perempuan itu langsung terlepas dan terjatuh pada sebuah dada bidang yang selalu menjadi tempat ternyamannya selama ini.     

"KAU!"     

"Cepat, kembalikan putriku! Kau tidak berhak atas dirinya! Akulah yang membuatnya hidup, merawat hingga dia berani menentangku hingga sepert ini!" berang Jeno menunjuk tegas ke arah lelaki muda di depannya yang sudah memeluk putrinya dengan begitu erat.     

"Aku sangat berhak atas putri papa. Akulah yang sekarang yang berhak memberikan nafkah yang papa maksud aku tak mampu. Apa dengan membunuh bayi kamu perasaan benci papa akan hilang?"     

Rachel menangis menderu di dalam dekapan Delon. Tubuh rampingnya bergetar di sana dengan meremas kuat kemejayang dipakai suaminya. Rachel benar-benar ketakutan, ia tidak mau disini lebih lama lagi.     

"K ... ak a ... ku m ... au pu ... lang," bisik lirik Rachel yang begitu terdengar jelas di telinga Delon, Jeno, maupun Martha.     

Delon yang mendengar permintaan terbata dari sang istri langsung mencium pucuk kepalanya untuk menenangkan.     

"Papa dengar? Rachel tidak mau disini? Aku sangat-sangat kecewa denganmu! Kenapa Papa begitu tega ingin membunuh cucu papa sendiri. Aku datang kesini hanya ingin membuat hubungan di antara kalian berdua membaik. Aku tidak menyangka papa malah menginginkan anak kami tiada," ucap Delon.     

"Kenapa? Dia memang pantas dibunuh karena darahmu mengalir pada janin itu! Dan kau mengatakan itu cucuku? Cih, aku tak sudi menganggap dia sebagai cucuku sampai matipun!" teriak Jeno hingga menggema di seluruh ruangan membuat para pelayan berhampuran untuk segera datang ke asal suara.     

Delon yang mendengar perkataan Jeno, ia pun mengangguk-angguk paham dengan senyum getir yang tergores di sana tanpa menatap mata menyala Jeno.     

"Baiklah, jika papa tidak ingin mengakui janin yang dikandung Rachel sebagai cucu papa, aku akan pergi dan tidak akan membiarkan papa membawa istriku. Dia tanggung jawabku, sekarang hidupa ada di tanganku ..."     

"Ma, kami pamit. Semoga mama dan papa baik-baik saja." Lanjut Delon dengan menundukkan kepala ke arah mereka, memeluk Rachel seerat mungkin. Delon membalikkan tubuh tanpa menunggu balasan dari kedua mertuanya.     

"Racheel! Kalau kamu berani meninggalkan rumah ini kedua kalinya, jangan harap papa akan menerimamu kembali!" teriak Jeno denga keras. Seluruh urat berkumpul memenuhi wajah tuanya, menunjuk ke arah punggung yang kini berhenti bergerak di antara bibir pintu.     

"Pada, sudah, jangan mengatakan apa yang akan kamu sesali nanti. Dia cucu kita, akan selamanya begitu," kata Martha mencoba menenangkan sang suami yang kembali murka.     

"Tidak, Ma. Ini sudah kedua kalinya Rachel menentang kita. Ini gara-gara laki-laki itu!"     

Rachel menoleh ke arah Delon dengan tatapan yang teduh, lalu mengangguk. Delon pun paham akan maksud sang istri, ia pun melepaskan pelukannya.     

Rachel mulai berbalik ke arah Jeno dan Martha dengan membungkukkan tubuh ke arah kedua orang tuanya.     

"Selama itu membuat papa bahagia, aku tidak akan lagi menginjak kakiku disini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.