HE ISN'T MYBROTHER

Bertemu Dengan Jeno



Bertemu Dengan Jeno

0"Kita mau pergi mencari buah mangga muda keinginanmu dan berkunjung. Sudah lama kita tidak berkunjung."     
0

"Berkunjung?" Rachel mengulang kata yang ia dengar dari Delon begitu asing.     

Delon mengangguk sebagai jawaban setelah selesai dengan ritual mandinya.     

Rachel memeringkat wajah untuk mencerna ajakan Delon kali ini. Ini benar-benar baru pertama kalinya Delon mengajaknya berkunjung. Apalagi di tempat yang Rachel belum ia ketahui.     

"Kita cuma ngambil buah mangga aja kan, Kak?" tanya Rachel kembali. Tapi, sayang jawaban perempuan itu tidak dibalas Delon. Lelaki itu malah melenggang bebas mangayun langkah kenluar. Sehingga membuat Rachel kesal hingga mencapai ubun-ubun.     

"Mau ke mana itu? Nggak sopan! Siapa sih yang ngajarin kayak gitu? Nyelonong aja," gerutu Rachel yang memicing ke arah pintu kamar yang terbuka karena kepergian Delon.     

Delon mulai kembali ke ruang kerja mengambil ponsel yang sengaja tadi ia sembunyikan dari Rachel. Bisa bahaya, kalau Rachel memeriksa ponselnya dan pesan sengaja dikirim seseorang itu pasti akan mengganggu kehamilan Rachel.     

"Antonn! Kau sudah disini ternyata!" Delon meremas ponselnya dengan kuat tatapannya melurus tajam ke depan. Hingga membuat aura dalam ruang kerja tersebut tiba-tiba berubah menjadi horor. Siapa pun yang masuk pasti akan merasaka hal yang berbeda dan tidak akan pernah berani memasuki ruangan tersebut.     

Delon sudah mengirimkan nomor Anton kepada Regan yang entah di mana keberadaanya. Ia ingin Regan mencari tahu asal dari pengirim pesan itu dari mana. Ia melakukan pengamanan sendiri tadi malam dengan mengerahkan berbagai anak buahnya.     

Ia tidak akan mengambil keputusan segegabah ini membawa Rachel keluar bersamanya jika pengamanan di sekitar istrinya tidak ketat. Ini akan membuat celah Anton semakin besar untuk bisa membalaskan kematian Anita kepada Rachel     

Dasar brengsek!     

Delon akhirnya berbalik, dan betapa terkejut dirinya melihat seseorang sudah berada di belakang punggung Delon dengan wajah memering dingin. Kedua tangan itu juga terlipat di depan dada, masih menatap tajam ke arah Delon.     

"Hallo, Sayang? Kamu disini? Kenapa tidak menunggu di dalam kamar saja?" berondong Delon dengan tersenyum canggungnya langsung memeluk pinggang perempuan di depannya kali ini dan mencium kedua pipi Rachel yang terasa semakin empuk saja.     

"Siapa yang berengsek, lalu apa yang kamu sembunyikan di ponselmu? Kamu pasti chatan sama karyawanmu yang seksi itu kan? Yang punya dada besar itu?"     

Delon menautkan kedua alisnya mendengar segala tuduhan atau pertanyaan, Delon tidak tahu. Tapi, intinya disini ada aura cemburu dari perempuan di depannya.     

"Siapa yang kamu maksud punya dada besar? Mataku tidak melihat wanita mana pun. Di rumah aku sudah punya, kenapa harus melirik yang ada di kantor? Itu kejauhan, Sayang ..."     

"Ayo, kita berangkat. Kamu sudah mau makan buah mangga muda kan? Yuk, langsung berangkat aja. Nggak usah cemburu. Aku lebih suka dada istriku, jauh lebih menyenangkan."     

Cup     

Delon mengadiahi ciuman mesra di depan bibir Rachel yang masih mengerucut memikirkan karyawan Delon yang selalu memakai pakaian ketat dan menonjolkan kedua asetnya, jika berhadapan dengan suaminya.     

"Awas kalau kamu sampai ketahuan, aku potong pusakamu sampai habis!"     

Sedangkan di sisi lain Jeno sedang terduduk di sofa ruang tamu dengan Martha. Ia tahu jika hari ini akan ada tamu yang sangat ia rindukan dan satu lagi sangat lelaki paruh baya itu benci.     

Jika tidak karena dirinya ingin bertemu dengan putri semata wayangnya. Jeno tidak akan mau menunggu seperti ini dengan Martha yang masih bingung, untuk apa dirinya terduduk di sini bersamq Jeno.     

Apalagi saat asisten rumah tangga mereka membawakan potongan buah-buahan dari kebun keluarga Mauren. Etss, bukan itu masalahnya di sini.     

Kenapa buah itu tidak berupa anggur, jeruk, atau bisa apel merah. Kenapa harus mangga muda dan beberapa buah yang baru saja dipetik itu juga ada di atas meja. Ini sebenarnya siapa yang datang?     

"Pa?"     

"Jangan tanyakan dulu, Ma. Papa sedang pusing," sahut Jeno dengan memijat keningnya dengan gerakkan kasar.     

Jeno benar-benar tidak mau bertemu dengan Delon, tapi setelah melihat sikapa Rachel kemarin membuat hatinya begitu sakit. Ia ingin membuat hidup putrinya itu tidak kekurangan apapun, ia ingin Rachel dengan segala apapun tersedia. Jeno hanya takut Rachel akan tersiksa menahan keinginan saat bersama dengan Delon.     

"Buah-Buah ini untuk apa? Siapa yang hamil, kenapa banyak sekali mangga muda? Kamu menghamili wanita muda mana? Aku kok selalu kamu bikin pusing terus, sih, Pa! Kamu kapan sadarnya, kamu sudah tua ..."     

"Seharus—"     

"Selamat siang!" Suara itu membuat Martha menghentikan kalimatnya dengan mulut terbuka melirik keberadaan sang pemilik suara.     

Jeno pun ikut ke dalam keterkejutan sang istri. Ia tak menyangka jika bisa melihat kembali wajah itu. Tubuh dan wajah yang dulu ia usir dengan tangan lelaki paruh baya itu sendiri. Kini berada di depan matanya, berdiri tegap dengan penuh kesegaran.     

"Selamat siang, Pa—Ma ..."     

"Sayang, ayo kesini," kata Delon yang mencoba menarik tangan istrinya dengan lembut. Rachel memilih bersembunyi di belakang punggung kekar Delon karena perempuan itu ketakutan melihat wajah Jeno.     

Bahkan sampai saat ini perempuan itu hanya menunduk dengan melirik keberadaan sang mama yang masih tak percaya melihat mereka berdua kembali menginjakan kaki di rumah ini lagi.     

"Maaf membuat kalian menunggu," tambah Delon dengan membungkukkan tubuhnya di depan Jeno dan Martha. Tanpa kehadiran Rachel yang memilih diam dan tak mau mengikuti apa yang diperintahkan sang suami.     

Martha menggelengkan kepala melihat pemandangan ini. Dengan cepat wanita paruha baya itu menghambur ke dalam pelukan sang putri. Seudah sebulan lebih ia tidak bisa mengunjungi Rachel dan cucunya karena ulah pergi diam-diamnya ternya mulai dicurigai Jeno.     

"Sayang, kamu sehat?" tanya Martha yang hanya diangguki perempuan itu di atas bahu tua Martha tanpa membuka mulut.     

Rachel benar-benar kesal dengan Delon. Kenapa lelaki itu malash membawanya kembali ke rumah ini. Ia masih mengingat betapa kasar papanya yang memaksa Rachel untuk memilih bercerai dari Delon. Bahkan, tangan perempuan itu sempat dicengkram dengan begitu kuat. Hingga Rachel melirih kesakitan.     

Tidak pernah Rachel merasakan kekasaran seperti itu dari siapa pun. Bahkan berapa pun Rachel membuat Delon kesal dan marah. Lelaki itu tidak membuat tubuhnya terluka atau merasakan kesakitan yang akan melukai hati dan teringat sepanjang masa di dalam otak Rachel.     

"Duduklah dulu ...." Martha memeluk kedu bahu putrinya dengan hangat. Lalu mengkode lirikkan pada Delon untuk menyusul.     

"Delon, ayo, duduk. Biarkan Papamu di sana. Nanti kalau kakinya pegal dia duduk sendiri," tambah Martha yang diangguki Delon. Namun sebelum lelaki itu menyusul istrinya. Delon sempatkan untuk membungkukkan tubuh, memberi hormat kepada seseorang yang pernah mengusir dan bahkan memukulinya tanpa jeda di rumah ini.     

"Jangan duduk. Kau ikut aku keluar, aku ingin bicara denganmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.