HE ISN'T MYBROTHER

Rencana Pulang Kembali



Rencana Pulang Kembali

0"Aaaggh, sial! Tubuhku jadi sakit semua karena Kak Delon."     
0

Seseorang yang kini berada di samping Rachel hanya menggeliat beberapa kali, menulikan telinga. Setiap pagi pasti Delon mendengar keluhan ini. Dengan gerakkan tak malunya. Lelaki itu malah semakin menyembunyikan kepalanya di leher Rachel.     

"Kak, disini sangat sempit. Tubuku tidak muat, kamu gendutan ya sekarang?" Pertanyaan Rachel sontak membuat Delon membuka mata lebar.     

"Aku gemuk, Sayang? Aaagh... tidak mungkin." Delon yang tadinya mengangkat kepala. Kini kembali menjatuhkan di dada Rachel mengusap-usap dengan begitu gemas di sana.     

Rachel mengernyitkan dahi mendengar perkataan suaminya yang memang terlihat gemukan, contohnya ini, mereka berdua tidak muat di atas sofa besar di ruang kerja Delon yang biasa mereka gunakan untuk bercinta. Kini menjadi sangat sempit.     

"Kenapa begitu? Ini nyatanya ngga muat. Kamu gemukkan, kenapa ngga mau ngakuin, sih?"     

"Emang ngga."     

Delon begitu senang dengan hari paginya yang selalu begitu indah, membuka mata selalu juga ada Rachel di sampinnya tanpa memakai sehelai benang apapun. Rachel benar-benar cantik, jika seperti ini semakin menggemaskan semua anggota tubuh perempuan itu sejak mengandung anaknya.     

Rachel semakin dibuat kesal dengan jawaban singkat Delon. Tapi, apa yang sedang dilakukan lelaki itu membuat Rachel mengigit bibir bawahnya. Ia tidak mungkin melakukan lagi, karena mengingat keselamatan sang calon bayi.     

"Kamu gendutan. Jangan seperti ini, Kak. Aku mau mandi terus kuliah." Rachel menjauhkan dadanya dari mulut Delon, lalu meranjak untuk bangun.     

Tubuh Rachel terasa pegal-pegal semua. Lelaki ini benar-benar menghabisi dirinya tanpa ampun tadi malam. Ini juga salah Rachel juga, kenapa dirinya malah memancing amarah singa kelaparan itu.     

"Aku makan apa sampai kegendutan, Sayang? Bukankah tubuhku masih perkasa, kekar, dan membuatmu suka membuat tada cinta di sini ...." Delon menunjuk ke arah dada bidang yang begitu tegas dengan bentuk otot yang begitu keras.     

Banyak sekali tanda merah yang dihasilkan dari bibir tipis itu. Bahkan, jika oranga lain melihat bibir tipis merah itu, mereka tak akan menyangka, jika bibir itu bisa menghasilkan tanda cinta yang luar biasa tak dapat dihitung.     

"Entah, makan apa, tapi memang tubuhmu itu gemuk. Aku nggak mau disini lagi denganmu. Lain kali kamu harus diet." Rachel sudah memakai kembali kimono tidurnya dan mulai mengayun pergi meninggalkan sang suami yang bingung dengan ucapan Rachel.     

"Perasaan sekarang yang suka makan adalah Rachel. Kenapa aku yang disalahin? Haduhh!"     

Delon menata kembali apapun yang membuat ruang kerja itu seperti adanya perang di sana. Karena Rachel yang semakin agresif membuat Delon senang membuat perempuan itu melenguh setiap malam.     

Tapi, ia mengingat waktu bertemu dengan Jeno. Semakin ia mengingat semakin ia gusar. Andai semua tidak seperti ini. Andai Anton tidak memiliki dendam pada Delon, pasti anak dan ayah itu tak mungkin terpisah seperti ini.     

Saat Delon sedang berkutat dengan pemikirannya sendiri. Tuba-tiba ponselnya berdering singkat. Itu menandakan ada pesan masuk. Sehingga membuat perhatian lelaki yang belum sama sekali memakai baju itu mengayun langkah ke arah pencuri perhatiannya.     

From unknown number     

Sepertinya hari-harimu menyenangkan, Sahabat. Apa jadinya jika istrimu menyul Anita ke surga atau neraka?     

Delon menautkan kedua alisnya membaca pesan tersebut dengan menatap begitu lekat. Ia tahu siapa yang mengirim pesan ini. Tapi, yang ia masih bingung, darimana dia tahu nomor Delon?     

Saat Delon masih membaca pesan tersebut, tiba-tiba pintu ruang kerja terbuka dengan lebar dan terdengar suara Rachel yang memanggil namanya begitu riang.     

"Kaaak Delonn!"     

BRAK ...!     

"Astaga Kak Delon, kenapa kamu masih telanjang begini sih? Lihat aku ... aku aja sudah cantik seperti ini," sambung Rachel yang tiba-tiba melihat anggota tubuh belakang Delon yang begitu tegas akan seluruh otot-otot yang mengencang.     

Sontak membuat Rachel langsung menutup wajahnya dengan buku tangan.     

Sedangkan Delon langsung mematikan ponselnya dan menyembunyikan dari Rachel. Lalu, menyaut kimono tidur lelaki itu ya g tergeletak di atas meja kerja, karena Rachellah melepaskan kimono tidur Delon dengan sangat tidak sabaran tadi malam.     

Delon mengayun langkah sembari memutar kimono tidur itu hingga terpasang di tubuh kekar itu.     

"Kenapa harus ditutup? Bukannya tadi malam kamu yang sengaja memegang pembuat sahamku di dalam sini?" Delon terkekeh dengan wajah memerah Rachel. Tangan besar itu memasukkan tangan di balik dress mini yang dipakai perempuan itu, mengusap lembut di sana.     

"Jangan begitu. Aku malu... Kamu selalu saja membuatku malu, Kak. Tapi, ada satu hal yang membuatku senang sekali ...." Tiba-tiba perempuan itu membuka sendiri buku tangan yang menutup wajah cantiknya. Lalu menghambur ke dalam pelukan Delon dengan mengalungkan kedua tangannya.     

Delon semakin mengalum bibirnya melihat tingakah Rachel yang begitu cepat berubah. Sekarang malah semakin manjad dengannya.     

"Katakan, apa yang membuat istriku sebahagia ini?" tanya Delon dengan mengelus lembut punggung kecil yang terbalut dress mini itu.     

Rachel masih menampilkan senyum merekah meronanya yang terlihat begitu cantik dipadu dengan wajah sempurna perempuan itu.     

"Dosenku sedang ada urusan penting, jadi dia memberikan kami tugas dari rumah. Aku sekarang bisa pergi dengan kak Regan mencari manggaaa mudaa, yeee!" teriak Rachel sekencang mungkin hingga membuat Delon menutup satu telinganya untuk meredam teriakan Rachel.     

"Hentikkaan! Kamu sudah berapa kali mencari buah itu? Aku sudah katakan, tunggu aku. Aku sudah mencarinya juga, tapi memang belum ada, bersabarlah. Kenapa harus mencari dengan lelaki lain?" dengusa Delon yang mulai tidak suka Rachel memilih pergi dengan Regan sedangkan suaminya disini masih hidup.     

Rachel mengeluarkan racun yang mematikan dalam rayuan mautnya. Jemari lentik itu sudah menyusuri di setiap senti bagian wajah tegas Delon hingga sampai di bibir tebal lelaki itu yang berwarna merah bata.     

"Kenapa harus kesal dengan lelaki penyuka jangkal paha seperti itu, hem? Kamu kan sudah mendapatkan aku setiap malam. Kamu juga belum bisa mendapatkan mangga muda samapai sekarang, apa kamu ingin melihat anakmu ileran?"     

"Kan kasihan kalau ileran, Sayang," tambah Rachel yang berpura-pura menekuk wajanya untuk mengekspresikan rasa sedinya sebagai seorang calon ibu.     

Perempuan mana yang mau anaknya ileran karena suaminya tak kunjung memberikan hal yang dia mau?     

'Semoga saja, ngaruh deh. Kalau sama Kak Delon aku nggak bisa makan apapun yang aku mau. Aku nggak suka sayuran lagi, tapi disuruh makan sayuran terus. Bisa-bisa aku berubah menjadi zombie sayuran,' batin Rachel.     

"Nggak. Tetap nggak boleh. Regan harus mengurus pekerjaan yang penting, tidak boleh diganggu."     

"Aku tahu di mana kita bisa mendapatkan mangga muda, Sayang. Tapi, kamu harus mau ke sana bersamaku. Bagaimana?"     

Rachel terpaksa mengangguk dengan menjilat bibirnya yang sudah tidak tahan untuk memakan mangga muda. Ia sudah melupakan rencanya memakan apapun. Yang terpenting bisa memakan mangga muda yang sudah ia tahan hingga satu minggu lamanya.     

"Mau ke mana kita?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.