HE ISN'T MYBROTHER

Jangan Pergi (Regan)



Jangan Pergi (Regan)

0"Pelan-pelaan, Cabe mudaa! Lo mau bunuh guee!"     
0

"Berisik, banget! Dieem, bisa nggak? Ini kan cuma di atas, kenapa yang sakit di sana?"     

Regan bingung mau menjawab apa. Sebenarnya ia tidak benar-benar kesakitan hanya karena terjepit pintu kamar tadi saat tubuh kekarnya memaksa masuk. Tapi, Sellyn kekeh ingin mengusir Regan dari sana karena sudah membuat mood malam panasnya hancur.     

Sellyn ingin makan sebanyak itu karena ingin mengisi tenaga untuk malam yang panas nanti bersama Regan. Ia ingin membuktikan jika ia bukanlah perempuan muda yang tidak tahu apa-apa tentang urusan ranjang.     

Tapi, karena kejadian dua pelayan diusir untuk alasan yang membingungkan dan tidak jelas dari Regan membuat keempat makanan favorit Sellyn lenyaap.     

Siapa coba yang tidak dendam dengan manusia berkaca mata itu?     

"Abang, diem!"     

"Apa? Gue diem ini ... barusan Delon telpon, tapi tiba-tiba ponsel gue mati. Coba, pinjem ponsel lo?" Regan menengadahkan buku tangan di depan wajah Sellyn. Tapi, perempuan itu hanya menurunkan manik bola mata hitamnya.     

"Abang lupa ponsel gue mati kebanting tadi pas Abang maksa masuk?"     

Regan menepuk jidat mendengar apa yang dikatakan Sellyn. Ia benar-benar lupa, jika dirinyalah yang mendorong tubuh Sellyn hingga ponselnya dan ponsel Sellyn terjatuh berselerakkan di atas lantai kamar.     

"Lo, sih, ngusir-ngusir. Ini tuh udah malem, gue mau tidur di mana kalau ngusir gue?"     

Sellyn bergeming dengan pertanyaan lelaki berkaca mata di depannya. Jemari lentiknya masih cekapan memberitahukan luka di kuku jari kaki Regan yang tidak sengaja ia jepit dengan pintu kamar tadi karena lelaki ini benar-benar kekeh masuk ke dalam kamar Sellyn.     

"Sudah selesai. Abang bisa pesen kamar lain. Jangan disini. Sellyn udah nggak selera dengan, Abang." Perempuan itu meletakkan plester bening di atas perban kuku jari kaki Regan. Lalu, mulai mendirikan tubuhnya meninggalkan lelaki berkaca maa itu di atas sofa.     

Namun, sebelum Sellyn benar-benar mendirikan tubuh yang hanya terbalut dengan kain serba tipis itu, tangan kirinya ditarik keras hingga tubuh kecil Sellyn terhuyung ke arah tarikan.     

Kini kedua tubuh itu saling tindih-menindih dengan kedua mata yang saling berpandang. Jangan tanya bagaimana degup jantung Sellyn berdetak. Ia hampir tak bisa bernpas mendapati posisi yang sangat mengerikan itu.     

Deg     

'Astaga, jantung gue,' Sellyn benar-benar tidak bisa lagi merasakan seluruh tubuhnya berfungsi dengan semestinya.     

"Tadi, lo yang maksa gue. Sekarang, gue yang maksa disini," kata Regan lirih dengan tatapan yang masih tidak bisa lepas dari manik indah Sellyn yang baru ia sadari memang begitu indah.     

Sellyn masih diam dengan kebingungannya. Bukankah posisi ini yang ia inginkan? Tapi, kenapa rasanya sangat gugup dan mendebarkan? Kenapa Regan membuat seorang Sellyn menjadi seperti ini?     

Tapi, sesaat kemudian Sellyn mulai menyadarkan dirinya. Ia memang sedang tidak ingin bersama dengan Regan atau siapa pun. Moodnya benar-benar hancur, ia ingin sendiri.     

"Tidak boleh. Abang, harus pergi. Gue mau sendiri. Gue nggak jadi berbagi kamar dengan Abang. Dah lepas!" Sellyn mulai memberontak untuk bis terlepas dari cekraman Regan. Tapi, itu sangat susah, dan menyulitkan bagi tubuh Sellyn yang sangatlah kecil dibandingkan Regan.     

"Abaaang! Lepasin gue, dong! Lo bisa cari semur jengkol di luaran sana. Gue nggak mau Lo disini." Lanjut Sellyn bersungut.     

"Ini gara-gara dua pelayan tadi, lo jadi marah gini? Kita bisa pesen lagi. Kenapa harus marah gitu? Ngusir lagi," balas Regan yang akhirnya tahu pusat kekesalan perempuan muda ini di mana.     

Kenapa masalah yang sangat mudah dibuat begitu rumit. Padahal tinggal pesan lagi, tidak perlu mengusir, kenapa harus dipersulit?     

"Bukan itu aja. Abang nggak akan paham. Udah, lah, pesan kamar lain aja. Sellyn udah nggak mau sekamar dengan Aban—"     

"Eumhbb... A ... bang—lepas!" Sellyn mendorong tubuh kekar Regan dengan keras saat lelaki berkaca mata itu membukam mulutnya dengan ciuman mendadak. Membuat Sellyn begith terkejut dan tidak siap.     

"Lo berisik," ucap Regan saat menatap mata penuh kesal Sellyn yang menatapnya.     

Bibir Sellyn begitu manis dan sangat lembut. Regan belum pernah merasakan bibir perempuan selembut seperti ini. Sangat membuat Regan tidak bisa berpikir jernih, sanggar menggiurkan apalagi bibir itu tidak mengantup membuat Regan ingin sekali memakan hingga Sellyn kehabisan napas.     

"Gue belum izinin Abang buat nyium gue, kenapa main cium gitu sih?" gerutu Sellyn sekali lagi dengan kedua tangan yang berdiri di atas tubuh kekar Regan yang masih berbalut kemeja teracak.     

"Em ... itu anu ...." Lelaki berkaca mata itu juga bingung harus mengatakan apa lagi. Ia benar-benar tidak tahu kenapa tubuhnya berjalan sendir tanpa berpikir terlebih dulu. Tapi, satu hal yang Regan ketahui, ia hanya ingin membuat mulut itu berhenti mengoceh.     

Kesempatan.     

Saat Regan masih asik berpikir, Sellyn diam-diam mendirikan tubuh tanpa diketahui lelaki berkaca mata itu. Ia bergerak menuju lemari baju untuk mengambil kimono merah panjang guna menutupi tubuhnya yang sedaritadi memang ia sengaja buka untuk menggoda Regan.     

"Abang, gue bakal pesenin kamar buat lo lewat telpon kamar ini," kata Sellyn dengan suara yang terdengar begitu jauh dari Regan. Padahal tadi lelaki itu benar-benar mendengar suara itu begitu dekat di telinganya.     

Regan memutar kepala, mencari keberadaan pusat suara itu, dan ternyata, perempempuan itu sudah berada di pinggir ranjang dekat lampu tidur. Perempuan itu sedang mengangkat gagang telpon yang sudah terdapat di depan telinga Sellyn dengan pandangan yang serius.     

Lelaki itu bingung sebenarnya ada apa dengan perempuan itu? Kenapa sifatnya berubah menjadi sangat dingin terhadap Regan? Apa benar ini hanya karena ia menolak dua pelayan itu?     

Lelaki itu mulai mengayun langkah dengan langkah pasti kedua mata yang teraling-aling dengan kaca bening tebal itu masih saja bisa melihat tubuh ramping yang kini sudah tertutup dengan kimono panjang. Tidak ada lagi tampilan bikin dengan selembar kain segita lagi.     

"Hentikan." Regan merampas cepat gagang telpon yang terdengar perempuan itu sedang menanyakan kamar.     

"Ada apa?" tanya Sellyn dengan mendongak. Karena lelaki berkaca mat itu sudah berada di depan tubuhnya dan sekarang hanya berjarak satu meter.     

"Lo, kenapa? Kenapa lo tiba-tiba berubah? Ini pasti nggak hanya karena makanan itu ... lo kenapa?"     

Sellyn yang mendengar perkataan Regan hanya tertawa kecil dengan bola mata yang memutar ke segala sisi, asal tidak bertemu dengan manik mata hitam Regan.     

"Apaan, sih, Bang. Sellyn nggak apa-apa. Emang kesel karena makanan itu, emang ada apa lagi? Nggak usah ngaco," balas Sellyn dengan berkilah sebisa mungkin. Jangan sampai air mata itu meluru bebas di saat yang tidak tepat seperti ini.     

Perempuan itu mendirikan tubuh dengan mendorong bahu kanan Regan untuk mau masuk ke dalam kamar mandi.     

"Lo, nggak bisa pergi. Lo harus disini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.