HE ISN'T MYBROTHER

Apa Yang Sebenarnya Terjadi dengan Regan?



Apa Yang Sebenarnya Terjadi dengan Regan?

0"Bagaimanapun, papa Jeno harus tahu kondisimu, Sayang."     
0

"Apa aku salah?" tambah Delon yang sekarang mendapat tolehan kepala Rachel.     

Setelah menoleh ke arah Delon. Lalu tatapannya menjadi sendu. Ia bingung harus mengiyakan atau tidak. Sementara pertemuan kemarin membuat Rachel lagi-lagi kecewa dengan sang pahlawan hidupnya itu.     

Papa Jeno menyuruh dirinya untuk menceraikan Delon dan kembali ke rumah. Melihat perusahaan cabang Delon tidak juga berkembang dalam sebulan ini. Rachel begitu tak memahami bagaimana pola pikir papanya bagaimana.     

Padahal, ia belum juga memberitahui lelaki paruh baya itu tentang kehamilannya. Tapi, sudah menyuruh dirinya untuk meninggalkan Delon dan memilih seorang pembisnis kenalan Jeno setelah gagal mengenalkan pada Ryan dulu. Lagi dan lagi seperti ini.     

"Aku ... tidak mau. Untuk apa memberitahu. Itu hanya akan sia-sia saja. Sebaiknya lupakan saja, aku tidak mau papa, mengetahui anakku." Rachel melepas tangan Delon yang berada di bahu kecilnya. Lalu, kembali ke dalam atas tempat tidur.     

Tiba-tiba tubuh Rachel melemas membahas tentang sang papa. Seandainya dia menurut dengan apa yang dikatakan Delon supaya tidak pergi ke restauran berkumpul dengan teman kampusnya, mungkin ia tidak akan mendengar tawaran menyakitkan itu.     

Delon hanya melihat bayangan hitam yang tadi berada di depannya. Kini telah beranjak pergi ke atas tidur dengan tubuh yang sudah terbentang di sana terlelap di dalam selimut tebal.     

'Kenapa dia tidak mengatakan sejujurnya padaku? Apa seberat itu mengatakan, jika dia sudah bertemu dengan papa Jeno?' batin Delon yang masih menatap lekat sang istri.     

Delon diam-diam mengikuti ke mana istrinya pergi. Karena tidak biasanya perempuan itu ingin pergi karena mengingat Rachel yang juga begitu menjaga kehamilannya sangat ketat.     

Dan kepergian yang secara mengejutkan Delon itu membuat Delon juga khawatir dengan keadaan Rachel. Dan pada saat itu pula Delon melihat papa Jeno yang menarik tangan istrinya hingga memisah dengan beberapa rombongan para mahasiswa di sana.     

Delon bergerak dengan cepat. Ia langsung menyamar menjadi tamu di sana, dan memilih duduk di belakang bangku mereka. Dan pada saat itu pula ia mengetahui apa yang dikatakan lelaki paruh baya itu kepada Rachel.     

Delon mulai mengayun langkah dengan perlahan ia ingin membuat perempuan itu tidak lagi memikirkan tawaran dari papa Jeno. Sesungguhnya menjalani keadaan seperti ini pasti juga sangat menyulitkan bagi Rachel yang masih beradabtasi dengan lingkungan barunya.     

"Sayang, kamu belum minum susu? Apa kamu yakin tidur dengan daster itu? Tidak pakai kimono hangatmu itu?" bisik Delon tepat depan di telinga Rachel memeluk tubuh itu dengan erat seakan ingin menyalurkan semua kesedihan yang dirasakan oleh istrinya.     

"Apa aku jelek menggunakan ini?"     

"Tidak sama sekali. Apapun yang kamu gunakan selalu terlihat cantik di mataku dan di mata semua orang. Kamu yang mengatakan sendiri jika semua orang selalu memuji kecantikanmu. Begitupun aku, Sayang," balasnya dengan selembut mungkin.     

Hati Rachel sekarang lebih sensitif dari biasanya. Delon pun harus menyesuaikan dengan nada bicara istrinya yang meminta dimanja dan dipuji.     

"Nanti aku minum susunya. Anakku juga suka aku memakai daster pemberian Bi Mona. Aku sepertinya memang terlihat sangat cantik. Pantas saja kamu selalu memelukku seperti ini. Iya, kan?"     

Delon mengangguk mengiyakan dengan memberi kecupan sayang pada pipi putih Rachel yang mulai berisi karena pola makan perempuan itu sudah tidak lagi terbatasi. Jika, Delon meminta untuk berhenti, pasti akhir-akhirnya si Nyonyna menangis. Sekarang Delon membiarkan saja istri mau makan apa saja asal tidak mengganggu anak mereka yanga berada di kandungan.     

"Benar sekali. Sangat cantik. Tapi, pakaian ini terlalu tipis, Sayang. Apa kamu benar tidak mau ganti?" tanya Delon yang dijawab gelengan kepala perempuan itu.     

"Tidak sama sekali. Aku sangat suka, tidak gerah juga," balas Rachel yang sekarang membalik tubuhnya menghadap ke arah Delon, lalu menaikkan tangannya untuk menyentuh setiap inci wajah tampan itu.     

Rachel membayangkan betapa tampan anakk ya kelak jika sudah berada di dunia mewarisi wajah tampan suaminya itu yang sejak dulu selalu ia puji secara diam-diam.     

"Aku belum mengetahui mama mertuaku seperti apa, Kak. Kenapa kamu tidak pernah memberitahuku?"     

Delon mengulaskan senyum tampannya tergores jelas di wajah lelaki itu. Dengan jemari lentik Rachel yang masih menyentuh setiap inci anggota wajah Delon.     

"Bukan aku tidak pernah. Tapi, aku memang tidak punya. Aku sangat malas untuk pulang ke rumah papa Dinu ... pasti anak tiri papa Dinu membuatku selalu jengkel membahas tentang pemindahan kepemimpinan perusahaan selalu ..."     

"Dan aku paling malas berusam dengan lelaki itu," sambung Delon yang juga mengusap punggung kecil istrinya agar terlelap segera. Karena ia ingin segera meminta laporan dari Regan yang sama sekali tidak memberinya kabar ataupun laporan. Ponselnya pun tiba-tiba mati tadi.     

"Ryan sangat jelek. Aku tidak suka. Aku melihatnya kemarin saat bersamamu mualku langsung kambuh ... sepertinya anakku juga tidak menyukai lelaki itu. Aku tidak mau lagi bertemu dengan lelaki jelek seperti itu," kata Rachel dengan suara berat, sepertinya elusan yang diberikan Delon memang selalu ampuh.     

"Aku bersyukur kalau kalian tidak menyukai lelaki itu. Karena aku juga tidak akan pernah menyukainya, aku sedang membiarkan dia menikmati apa yang dia miliki saat ini," gumam dingin Delon yang tidak menyadari jika perempuan itu benar-benar sudah terlelap tidur.     

"Ka ... ak." Dengkuran halus mulai terdengar di telinga Delon dan seketika membuat arah pandang Delon teralihkan untuk melihat ke arah pusat suara yang memanggilnya dengan lirih dan terputus.     

"Kamu tidur, ya? Aku masih ada urusan dengan Regan gila itu. Daritadi ponselnya mati memang dia di mana sekarang."     

Cup     

"Selamat malam istriku ..."     

"Selamat malam anakku. Jadilah sosok yang kuat di dalam sana, sampai jumpa di dunia. Papa akan menunggumu dan mengajakmu bermain," sambung Delon yang juga langsung mencium lembut perut istrinya yang masih tidak memiliki perubahan yang menonjol.     

Delon tidak lupa menyelimuti sang istri agar tidak kedinginan melihat pakaian yang digunakan Rachel seperti berbahan tipis.     

Dengan langkah perlahan Delon mulai menutup pintu kamar dengan sangat pelan. Karena Rachel begitu sensitif dengan suara sekecil apapun itu. Bahkan jika dirinya melepaskan jarum kecil di atas lantai, pasti telinga perempuan itu langsung bangun.     

Delon mengayun langkah dengan cepat, potongan kimono tidurnya melambai seiring langkah lelaki tampan itu mengayun. Ia begitu kesal dengan seseorang yang akan ia telpon saat ini.     

BRAK     

Delon menggebrak meja kerja. Pekerjaan Regan sama sekali hancur hari ini. Dia hanya mengamankan satu wliyah. Sedangkan ia melihat dua wiliyah sudah ada anak buah Antoni.     

"Ke mana kau sekarang?" tanya Delon yang beruntung ponsel asisten pribadinya itu sudah bisa dihubungi. Ia juga takut, jika anak buah Antoni mengetahui keberadaan Regan.     

Namun, tiba-tiba Delon membulatkan mata mendengar suara desahan yang begitu jelas di telinganya.     

"HEI KAU SEDANG APA?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.