HE ISN'T MYBROTHER

Keberanian Jenny



Keberanian Jenny

0"Sialan! Kenapa mereka benar ada di sini, semakin memperlambat pekerjaanku saja ..."     
0

"Kalian berdua pergi ke sana ... berpura-puralah menjadi masyarakat pejalan kaki. Beri serbuk gatal dalam tubuh mereka," sambung Regan yang sekarang sedang bersembunyi di belakang mobil seseorang dengan beberapa anak buahnya yang tadi berniat untuk mengamankan wilayah agar tidak ada anak buah Anton yang tahu tentang pertemuan Delon nantinya dengan Jeno.     

"Baik, Pak Regan!"     

"Baik, Pak Regan!" jawab mereka sangat kompak. Mereka berdua pun langsung bergerak berjalan dengan begitu biasa seakan seorang penjalan kaki sebenarnya.     

Regan tidak tahu kenapa anak buah Anton bisa mengetahui Delon akan berada di wilayah ini. Dan kenapa mereka bisa bergerak dengan begitu cepat. Seakan semua gerakan Delon sudah diketahui, untung Delon tadi menghubunginya. Jadi, Bossnya sudah mengetahui bagaimana musuh Delon sudah beregerak setara dengan perintah lelaki itu.     

Regan masih melesatkan pandangan ke arah kedua anak buah Anton yang sedang diam-diam memasang CCTV mini yang di letakkan di tiang besi listrik.     

Dan sekarang ia melihat kedua anak buah Anton sendang berlarian di tempat merasakan gatal yang teramat pada punggung mereka yang memang sengaja anak buah Regan diam-diam menaburkan bubuk itu dengan cara melempar bagai debu, jika mereka melihatnya. Dan tak akan curiga, jika ada seseorang yang mencoba menggagalkan usaha mereka.     

"Syukurin! Suruh siapa berani melawan Delon! Lo berdua harus belajar lagi sama Anton agar lebih cerdik dan tidak bodoh."     

Terdengar suara jeritan dari kedua anak buah Antoni. Dan semakin Regan tertawa terbahak hingga terpingkal-pingkal di tanah.     

"Aaaaggghh... kenapa gatal sekali! Kenapa bisa segatal ini? Padahal tidak ada semut!"     

"Samaa, punggung gue rasanya kayak di gigit semut merah ribuaaan, kenapa semakin digaruk semakin gatal!"     

***     

Di sisis lain Rachel hanya menikmati salat buah yang sengaja dipesankan Delon untuk sang istri dan melarang pihak restauran untuk menuruti pesanan yang akan diminta oleh perempuan itu. Sedangkan mata-mata Delon juga selalu sedia setiap saat mengawasi dirinya hingga membuat Rachel berdecak melihat kepolosan Pak Yono tak seperti yang ia bayangkan.     

"Setelah ini persiapkan di bagian ini ... tentu akan menambah estetika dari gedung hotel yang akan berdiri terbesar di Indoesia. Bagian ini sudah tepat ... dan hanya penambahan apa yang saya katakan tadi. Selebihnya sudah sangat baik, tinggal menunggu akhir dari pembangunan ini seperti apa," kata Delon yang diangguki oleh-oleh beberapa klien dan Jenny yang tidak henti-hentinya memnatap lekat ke arah wajah serius Delon.     

Jenny tidak peduli jika ada Rachel di sana. Memang siapa yang bisa menghentikan dirinya yang jauh lebih dekat dengan Delon. Sungguh lucu, meskipun Rachel berada di sana, jarak dirinya dengan Delon jauh lebih dekat.     

"Aku mengalami kesalahan dibagian perizinan air sumber panas yang berada di suatu pinggiran kota. Ada hotel kecil yang memiliki sumber itu, tapi mereka masih bersikekeh jika merekalah yang pemilik yang sebenarnya ..."     

"Tapi, saat kuminta surat dan sebagainya mereka menolak memberitahu," jelas Jenny seraya menunjuk ke arah sumber air panas yang berada di tengah wilayah anra proyek baru dan hotel kecil di sana.     

"Hanya ini sumber panas yang begitu bagus. Air di sana sangat lancar dan warnanya begitu jernih. Ini sangat bagus, bukan?" tambah Jessy yang sengaja mendekatkan diri ke arah Delon yang mencoba melihat apa yang sedang dilaporkan oleh Jessy. Terlihat kedua mata Delonn menatap dengan begitu teliti bersama dengan beberapa klien yang mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Jenny.     

"Memang benar bagus. Coba Bu Jessy ke sana satu lagi, mereka harus bisa menunjukkan bukti kepemilikan atau kita bisa membawa ke jalur hukum," kata Delon yang kini menaikkan pandangan ke arah Jenny. Namun, Delon begitu terkejut saat jemari Jessy menyentuh lengan tangannya, sehingga membuat Delon menarik tangannya dengan menatap tajam ke arah Jenny.     

Semua itu tidak terlepas dari pandangan Rachel segala perlakuan dan tatapan Jessy membaut mata Rachel memicing tajam, dan juga pada saat tangan itu menyentuh lengan tangan suaminya.     

'Jenny, semakin kurang ajar. Beraninya dia menyentuh kak Delon di depan banyak orang!' batin Rachel.     

Sedangkan Pak Yono yang tidak mengetahui tentang kekesalan hanya bisa menautkan kedua alisnya bingung menatap sang majikan yang mengepalkan tangan di atas meja dengan kerut di tulang mancung Rachel.     

"Nyonya kenapa? Merasa sakit lagi? Apa saya harus memanggil tuan Delon?" tanya Pak Yono dengan gusar. Ia takut jika perempuan itu akan merasa kram perut lagi dan mengakibatkan sakit yang teramat di perut Rachel.     

Rachel menggeleng sebagai jawabannya. "Nyonya, kalau mau minum ... ini, punya saya. Saya belum menyentuhnya. Silahkan meminum agar lebih segar."     

Rachel menoleh ke arah suara, lalu mengerutkan dahi. "Minuman ketimuan? Tidak. Untuk Pak Yono saja. Bapak, biar ngerasain minuman yang aku minum setiap hari."     

Glek     

Lelaki paruh baya itu menelan ludahnya dengan kasar seraya memandang kembali minuman yang sangat tidak mengenakkan di mata Pak Yono. Untuk melihat saja sudah membuat bulu kudung merinding, apalagi sampai merasakan setiap hari. Sekarang Pak Yono baru tahu perasaan ibu hamil seperti apa.     

'Kenapa Tuan Delon memesankanku minuman seperti ini? Aku kan suka yang manis-manis,' batin Pa Yono yang masih berkeringat dingin.     

Kini mulut itu mencebikkan bibirnya melihat Jessy semakin berani mengusap kulit lengan Delon dan lagi-lagi lelaki itu menghempas tangan Jessy yang begitu tidak sopan. Terdengar suara Delon yang begitu dingin hingga membuat beberpa klien di sana menunduk ketakutan. Mereka juga tidak berani melarang tindakan Jessy jika mengingat perempuan itu adalah orang berpengaruh di sini.     

"Bisa sopan? Ada sepertinya tidak mempunyai etika dalam berbisnis, Bu Jessy. Bagaimana Anda bisa melakukan hal ini sementara kita sedang berdiskusi. Jangan sampai saya mengeluarkan Anda dari proyek ini. Saya tidak masalah , jika saya akan mengganti pinalthy dalam kontrak yang telah saya tanda tangani ..."     

"Anda tinggal memilih. Ingin bersikap sopan ... atau saya akan menyuruh sekretaris saya untuk mengurus surat pembatalan kontrak," sambung Delon yang sudah mendirikan tubuh menatap tajam ke arah Rachel.     

Jenny tidak mempermasalahkan tentang sikap Dolan yang sperti ini memang siapa yang berani membayar pembatalan kontrak yang begitu bernilai sangat tinggi. Ia saja tidak sanggup apalagi perusahaan Delon yang begitu kecil setara dengan cabang. Dan Jenny meyakini jika Delon tidak akan pernah sanggup.     

Namun, Jenny harus bisa bersabar untuk bisa dekat dengan Delon, ia tidak mau sampai keluar dari proyek ini. Proyek dengan keuntungan begitu besar dan tentu bisa lebih dekat dengan Delon. Dan akan sangat rugi, jika sampai kontrak ini benar-benar terputus. Jika, melihat Delon yang memiliki relasi yang begitu jauh. Bisa saja lelaki itu berhutang untuk membatalkan perjanjian ini.     

"Kau sangat emosian, Tuan Delon."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.