HE ISN'T MYBROTHER

Penolakan Rachel



Penolakan Rachel

0"Aku masih tidak mau keluar. Aku mau di sini meskipun aku harus di ruang tamu atau di sofa. Itu tidak masalah untukku."     
0

Rachel masih terdiam dengan pikirannya sendiri, sedang Mama Martha sudah tak tahan melihat ekspresi yang sangat kasihan dari Delon. Ingin rasanya wanita paruh baya itu tertawa terbahak sekarang juga, tapi rasanya masih tidak rela, jika belum menyiksa sang menantu.     

"Keluar sana. Sebentar lagi supir mama akan segera membereskan bajumu. Kamu sangat mengecewakabku. Kenapa aku selalu tahu dari orang lain? Apa kejujuran sangat mahal keluar dari mulutmu?"     

"Pergilah ... aku bisa mengurus anakku sendiri meski tanpa bantuan darimu," tambah Rachel yang semakin membuat Delon menjambak rambutnya sendiri dengan begitu kuat.     

"Bukan seperti itu, Sayang. Dengarkan aku dulu, itu Regan yang membohongiku. Kalau kamu tidak percaya bisa tanya sendiri ... orangnya masih hidup di sana. Sebenarnya sudah ingin kubunuh sampai tak terlihat lagi. Tapi, dia meminta belas kasihku. Ayolah, jangan seperti itu Rachel... aku harus apa agar kamu memafkanku dan tidak memintaku pergi?"     

Perempuan lemah itu menggeleng dengan tanpa ekspresi tidak menatap saat Delon menatap sepasang mata coklatnya yang sedikit jauh jarak di antara mereka. Lelaki itu kecewa, ia berharap tatapan sendunya dibalas sang istri, tapi apadaya, Rachel telah bersabda maka tidak akan kata tidak lagi.     

"Sayang kamu pikir-pikir dulu. Jangan langsung mengusirku, karena Mama tidak mungkin tidur disini dan kamu pasti akan sendirian. Lalu, Kalau mati lampu bagaimana? Tentu aku harus di sana, dong, sama kamu." Delon masih berusaha untuk membuat perempuan itu takut. Tapi, kenyataan pahit yang diterima Delon. Rachel membuang wajah tak menatap ke arahnya.     

"Kata siapa Mama akan pulang ke rumah? Mama akan menjaga Rachel," sahutnya tiba-tiba, tapi tidak membuat pandangan Delon teralih pada sosok cantik itu, meski dengan tubuh lemahnya sedang marah pada Delon.     

Delon melotot dengan jawaban Martha. Ini tidak sesuai dengan ekspetasinya, meskipu ia tadi sempat menyuruh Regan untuk mencari hotel. Tapi, ia urungkan karena Delon sangat merindukan pelukan Rachel.     

"Maaaaaa! Jangan ambil resiko buat nemenin Rachel!" teriak Delon yang langsung mengalihkan pandangan ke arah wanita paruh baya tersebut. Sedangkan Martha begitu terkejut dengan larangan Delon yang tiba-tiba itu hingga membuat Martha kembali mengusap dada.     

"Resiko apa? Mama kan sangat cemas dengan istrimu. Dia juga masih putri kandung Mama, lalu masalahnya di mana?" tanya Martha penasaran. Di sisi lain Rachel sudah tahu rencana terselubung Delon untuk mempengaruhi Mamanya. Ia ingin tahu wanita paruh baya yang tadinya ingin mendukung rencananya, apakah akan terpengaruh dengan kompor Delon.     

"Jangan ambil resiko buat ngebiarin sekretaris baru itu dekat dengan papa. Bagaimana, jika mereka berduan tanpa sepengatahuan Mama? Mereka mengambil kesempatan, dan itu sangat menyakitkan. Karyawanku sampai bertengkar di kantor hanya ketahuan berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri," bohong Delon yang sepertinya mulai membuat wajah itu goyah dalam keputusan awal.     

Rencana Delon sepertinya akan berhasil untuk tetap tidur di apartemennya sendiri, melihat tambahan reaksi tatapan kosong pada Mama Martha. Lalu, menoleh ke arah Rachel. Belum juga wanita paruh baya itu berucah, perempuan cantik ittu mengangguk dengan senyum simpulnya.     

"Kalau Mama udah selesai mengecek keadaan di rumah, Mama akan kesini lagi," ucap Martha yang kembali diangguki Rachel pelan. "Kamu jangan lupa istirahat, jangan biarin lelaki itu masuk ke kamar kalau tidak ada Mama ... beraninya menduakan anak Mama yang cantik ini." Lanjut Martha menujuk ke arah Delon yang masih bersujud di atas lantai, lalu mengusap lembut wajah pucat Rachel.     

Wanita paruh baya itu pun langsung menyaut tas branded-nya dan berlalu pergi dengan cepat, ia takut apa yang dikatakan Delon benar. Mereka berdua mencari kesempatan saat Martha pergi. Biasanya memang banyak kasus begitu, menunggu sang Nyonya besar untuk pergi, lalu mereka berbuat bejat di rumah yang selama ini selalu diagungkan Martha.     

Dengan langkah cepat Martha sudah sampai di bawah, melihat sang supir sedang makan mie kuah cup, buatnya yang sedang memasukkan beberapa helai mie tersebut harus menghentikan di pertengahan jalan karena terkejut dengan kedatangan sang Majikan.     

"Nyony—"     

"Nggak usah kebanyakan nanya, ayo pulang!" perintah Martha yang langsung masuk ke dalam mobil. Sedangkan sang supir harus meletakkan mie kuah cup nya di tempat sampah kerena melihat mood sang majikan kembali buruk lagi setelah acara kabur-kabur kemarin.     

"Langsung pulang," ulang perintah Martha yang dijawab dengan anggukkan patuh dari sang supir yang sedikit menggetarkan punggung karena melihat wajah bule itu begitu menyeramkan.     

'Sebenarnya ada apa lagi? Perasaan semua udah baik-baik aja?' batin sang supir yang begitu aneh dengan perubahan sang Majikan.     

Terdengar suara yang menambah bulu kuduk sang supir bergidik. "Kalau sampai benar ketahuan, akan kupastikan kedua orang itu lenyap dari muka bumi ini. Kuinjak-injak hingga tak tersisa!"     

Setelah mobil silver itu keluar dari halaman apartemen Delon, ternyata ada seseorang yang begitu senang melihat kepergian sang mobil yang dillihat dari kaca jendela kamarnya. Garis melengkung pada bibir itu begitu jelas tercetak di sana. Benar-benar suatu pencapaian yang harus dirayakan, pikir lelaki itu.     

Tapi, saat telinganya mendengar suara yang begitu familiar di genddang telinga lelaki itu, ia pun membalikan badan dengan senyum yang masih terbit hingga saat ini.     

"Bagaimana rencanamu sudah berhasil? Sekarang, giliran kamu yang pergi."     

Lelaki itu benar-benar membalikkan tubuh sempurna berhadapan dengan tubuh jauh di sana yang sedang duduk di atas ranjang dengan memalingkan wajah dalam mengucapkan. Ia mengusap kepala belakang untuk menyamarkan rencananya ternyata sudah ketahuan.     

"Bukan seperti itu, aku hanya mengingatkan mama untuk memantau papa. Kamu sendiri yang mengingatkan aku kalau punya sekretaris perempuan muda, pasti berakhir pada rencana buruk ..." jawaban dari lelaki itu tidak membuat Rachel mengembalikan tatapan untuk menatap dirinya yang kini sudah semakin dekat dengan perempuan itu.     

"Itu memang rencanamu! Kenapa masih juga beralasan," ungkap perempuan itu dengan nada sinisnya. Bahkan, suara berdecih dari Rachel begitu terdengar nyaring.     

"Sayang ..." panggilnya seraya mengayun langkah ke arah sang tubuh lemah tersebut.     

"Aku keluar, tapi jangan usir aku, ya? Aku harus menjaga kalian berdua dengan tanganku sendiri, lihatlah mama sudah tidak berada di sini," kata Delon dengan terkekeh di dalam hati.     

Ia sudah tahu kalau mamanya akan ampuh untuk mau pulang, jika itu menyangkut papanya yang wanita itu jaga dengan begitu posessif. Apalagi saat ada insiden tersebut, semakin membuat senjata ampuh untuk Delon melebihi peluru tajam.     

"Lihat aku ... kenapa kamu tidak kasihan padaku, Sayang. Aku sangat ingin memelukmu. Tadi, aku menginginkan rujak ... tapi, aku lebih menginginkan pelukanmu, Chel. Ayolah berdamai denganku," rengek Delon tidak ada putusnya.     

"TIDAK!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.