HE ISN'T MYBROTHER

Aku Tidak Mau Pisah Ranjang (Delon)



Aku Tidak Mau Pisah Ranjang (Delon)

0"Bagaimana keadaan Mami, apa sudah semakin membaik?" tanya Jenny pada Tio yang sekarang berada di samping tubuh lemah istrinya. Semenjak kepergian Jenny semua terasa hancur, tidak ada harapan lagi saat mendengar segala kejahatan yang putrinya lakukan selama ini. Tio yang sebagai ayah juga sudah merasa gagal karena telah salah mendidik Jenny yang kini berdiri menamati tubuh Sesil.     
0

"Kau bisa melihat sendiri bagaimana keadaan Mamimu seperti apa ... ini semua juga karenamu, Jenny. Seandai—"     

"Seandainya apa? Tidak ada yang terjadi dengan kebetulan, Pi. Aku mempunyai pilihanku sendiri apa yang kuinginkan, tentunya harus kudapat. Karena Papi tidak bisa mendapatkan itu. Padahal kekuasaan Papi begitu besar," balas Jenny dengan nada dinginnya. Ia tidak mau menjadi pihak yang disalahkan.     

Jenny tidak peduli dengan perasaan Tio saat ini. Yang ia mau tahu hanya perusahaan Tio harus menjadi miliknya dan ia bisa kembali dekat dengan Delon sebagai pemimpin utama dalam perusahaan keluarganya. Mau—tidak mau Tio harus memberikan itu kepada Jenny.     

"Jangan memaksakan kehendak. Dia sudah menjadi milik keponakanmu sendiri, berbaiklah padanya. Kalian itu bersaudara. Papi begitu membenci sifat Papi yang terdahulu karena telah membuat perusahaan Mauren hampir gulung tikar ..."     

"Jadi, Papi mohon jangan ulangi dosa tak termaafkan itu, Jenny. Papi melihatmu pulang saja sudah begitu senang," tambah Tio dengan mendongak melihat wajah putri yang selama ini lelaki paruh baya itu lindungi dengan apapun.     

Bahkan jika nyawanya bisa membuat Jennya bahagia, ia akan memberikan itu. Kasih orang tua tak terbalas, namun sayangnya pemikiran Jenny sungguh berbeda dengan Tio.     

Perempuan bersurai hitam lurus itu mengendikkan bahu masih tak mengalihkan pandangannya pada sosok yang masih saja memejamkan mata hingga saat ini. Tatapan mata itu mensyaratkan tatapan acuh tak acuhnya.     

"Aku ingin menjadi pimpinan utama menggantikan Papi. Bukankah Papi harus mengurus Mami? Aku ingin memimpin perusahaan kita, aku ingin memulainya dari awal," ucap Jenny terlihat sungguh-sungguh.     

Tio yang mendengarnya hanya bisa menghela napas panjang, apa yang dikatakan Jenny memang benar ia memang harus mengurus istrinya. Ia tidak percaya siapa pun untuk menjaga sang istri walau tubuh tua itu juga ikut lemah. Tapi, apa keputusan menyerahkan kekuasaan kepemimpinan kepada Jenny adalah benar?     

Lelaki paruh baya itu masih saja terdiam dengan berkutat dengan pikirannya sendiri, tapi kekuasaan itu jika tidak jatuh pada tangan Jenny, lalu jatuh ditangan siapa? Ia hanya memiliki Jenny yang sebagai pewaris utama. Namun, saat mengingat segala apa yang dilakukan ... Tio sangat susah untuk melepas perusahaannya.     

"Papi ... aku tahu Papi masih saja ragu padaku. Tapi, setiap orang mempunyai kesempatan kedua bukan? Kenapa itu tidak berlaku padaku? Aku sudah melupakan Delon, jika dia mencintai Rachel, aku bisa apa?" Jenny menurunkan pandangan meyakinkan pada kedua bola mata hitamnya yang membuat Tio berkaca-kaca mendengar segala ungkapan yang dikatakan putrinya.     

'Iya, benar setiap manusia mempunyai kesempatan kedua ... dan itu juga berlaku untukmu Jenny. Aku harap apa yang dikatakan hari ini adalah benar,' batin Tio sendu.     

"Kamu memang benar, Jenny. Maafkan Papi yang tidak memahamimu selama ini, dan hanya menghakimu dalam pemikiran Papi. Kamu berhak akan kesempatan kedua tersebut." Lanjut Tio yang perlahan mendirikan tubuh dengan tertatih, Jenny pun langsung membantu sang Papi untuk berdiri di hadapannya.     

Kini tatapan anak dan ayah saling menyatu mengungkapkan perasaan yang sudah terlalu lama tersimpan karena rasa ego dan empati yang hilang. Tio memeluk tubuh putrinya dengan hangat, ia tidak akan mengulangi yang terjadi di masa lalu. Biarkan semuanya terkubur dalam, sedalam lautan luas.     

"Papi serahkan padamu. Jaga baik-baik kepercayaan, Papi. Papi hanya memilikimu, Jenny. Apapun yang kamu pikirkan ... ingatlah ini. Papi sudah semakin tua, dan tidak mungkin terus menjagamu," kata Tio yang dibalas dengan anggukan Jenny.     

"Terima kasih, Pi. Jenny akan membuat perusahaan kita semakin berjaya." Jenny masih membalas pelukan Tio dengan sudut bibir yang terangkat.     

"Berjanjilah."     

***     

"Mama, apa yang harus aku lakukan jika seperti ini? Aku tidak tahu harus melakukan apa selain menyuapi Rachel," ujar Delon yang kini berdiri di samping wanita paruh baya yang sedang mengusap lembut pucuk rambut sang putri dengan seulas senyum tua bahagianya.     

"Jangan bodoh, Delon. Papamu dulu juga tidak tahu harus melakukan apa saat Mama sedang hamil Rachel, kenapa sekarang menular ke kamu. Ishh dasar lelaki," sahut Martha kesal.     

Pandangan Martha masih tidak beralih pada kelopak mata yang sekarang sedang terpejam dengan begitu damai. Seperti tidak merasakan bagaimana kesusahan menjalani kehamilan muda yang cukup menguras tenaga setiap wanita, tak terkucuali sang putri.     

Ia yang begitu terkejut saat menerima pesan dari Delon mengenai kabar bahagia ini, Martha pun langsung memusatkan pikirannya pada sang putri dan calon cucunya yang masih begitu muda. Ia tahu kecemasan ini akan terjadi pada ayah muda seperti Delon.     

Maka dari itu, ia tidak membiarkan suster yang menjaga Rachel pergi. Ia akan memantau Rachel dari sang suster. Ia tidak bisa mengandalkan Delon yang sekarang terlihat sedang menggigit jarinya menatap sendu putrinya yang masih tertidur nyenyak.     

"Tidur, Delon. Kamu juga butuh istirahat. Rachel memang sudah biasa tertidur lalu terbangun lagi setelah itu tertidur kembali. Itu adalah hormon dari ibu muda yang sedang hamil. Jadi, jangan cemas ..."     

"Bukankah suster juga sudah mengatakan jika fase mual pada Rachel hanya terjadi dalam beberapa bulan awal?" Delon yang mendengar perkataan Martha langsung menoleh lalu mengangguk frustasi.     

"Lalu apa yang kamu cemaskan?" Martha sekarang menatap mantunya dengan tajam, seakan seprti sang mertua yang tidak menyukai menantunya.     

"Aku hanya takut Rachel kembali tidak suka dengan aroma tubuhku, Mam. Bagaimana aku bisa tidur tenang jika begitu? Aku akan menjadi zombie di setiap malam, Ma. Apa tidak ada yang bisa menghilangkan itu?" tanya Delon dengan gusar, ia tidak mau Rachel masih menghindarinya hingga saat ini.     

Bahkan saat Delon memindahkan Rachel, perempuan itu menolak Delon menyentuhnya karena bau dalam tubuh Delon membuatnya pusing. Padahal sebelum itu Rachel masih baik-baik saja tidak menghindarinya sama sekali. Kenapa sekarang hal itu terjadi lagi?     

Martha menahan tawa mendengar apa yang dikatakan Delon. Apa sefrustasi ini Delon didiamkan oleh putrinya selama kehamilan ini. Wanita paruh baya itu menggeleng tak percaya mantunya yan tidak paham mengenai kondisi Rachel yang begitu sensitif dengan berbagai bau. Dan termasuk bau dari tubuh suaminya sendiri.     

"Tenang, Delon. Rachel memang sedang sensitif dengan berbagai bau ... termasuk kamu. Mending kamu sementara tidur di kamar yang berbeda."     

Delon yang mendengarkan perkataan Martha langsung membulatkan matanya lebar. Bagaimana bisa itu terjadi?     

"Mana bisa seperti itu, Ma! Aku tidak mau pisah ranjang dengan istriku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.