HE ISN'T MYBROTHER

Berita Bahagia



Berita Bahagia

"Aku sudah katakan jangan peluk aku! Kenapa kamu masih aja nggak mau denger, sih?" Rachel menutup mulutnya. Terasa ingin mengeluarkan isi perutnya kembali saat ia merasakan bau tubuh Delon yang begitu membuat kepalanya pusing.     

Delon berubah begitu panik. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia hanya rela saja dimarahi Rachel yang sudah berlari cepat ke arah kamar mandi, meninggalkan Delon yang juga sudah berada di depan pintu kamar mandi yang ditutup Rachel dari dalam.     

"Aku masuk, ya, Sayang? Aku khawatir sama kamu. Seharusnya nggak perlu ditutup pintunya, biar aku bisa masuk!" teriak Delon yang masih bersikekeh untuk masuk menemui istrinya yang terdengar masih suara muntah-muntah.     

Delon sebagai seorang suami sudah berubah cemas dan kalang kabut. Padahal hari ini ia harus melakukan pimpinan rapat, sedangkan Rachel sedang dalam keadaan mengkhawatirkan. Bagaimana bisa ia meninggalkan Rachel dalam keadaan segenting ini.     

Ini juga karena kesalahan Delon. Seharusnya ia menurut dan tidak melanggar pantangan istrinya yang melarang untuk memeluk tubuh itu. Tapi, ia malah dengan tanpa malunya langsung memeluk dan melupakan pantangan tersebut. Dan, sekarang, lihatlah ... apa yang terjadi? Rachel memperjuangkan tubuhnya sendiri di dalam sana. Pasti sangat sulit mengeluarkan rasa mual itu.     

"Aaarrgghh! Bagaimana aku bisa sebodoh ini, sih?" Delon menjambak rambutnya sendiri dengan perasaan frustasi.     

Terdengar suara Rachel masih mengeluarkan rasa mual-mualnya. Dan membuat lelaki itu kembali menatap pintu itu yang menjadi pembatas dirinya dan Rachel.     

Hueek ...!     

Hueek ...!     

Hueek ...!     

"Sayang, jawab pertanyaanku! Ayolah bersuara, katakan apapun agar aku tidak cemas!" teriak Delon kembali. Tapi, lagi-lagi Rachel tidak menjawab.     

Rachel sudah kehilangan beberapa cairan dalam tubuhnya karena terlalu banyak mengeluarkan apapun yang ada di perutnya hingga tak tersisa. Ini adalah muntahan yang sudah kesekian kali yang baru Delon ketahui. Mata Rachel melirik ke arah pintu dengan tatapan lemah saat mendengar suara Delon yang memanggilnya. Tapi, ia tidak bisa menjawab panggilan itu, tubuhnya terasa lemah, bahkan bibirnya ikut-ikutan tidak mau bergerak.     

Perempuan itu berharap, jika Delon mendobrak pintu yang Rachel kunci. Tubuhnya tidak menggapai knop kunci tersebut. Ia hanya bisa bersanggah pada westafel dengan tubuh lemah Rachel.     

"Kak ... to ... tolong." Suara itu begitu lirih. Delon tidak akan mampu untuk mendengarnya. Akhirnya Rachel melihat ada sebuah tempat sabun yang tergeletak di bawah lantai kamar mandi. Ia pun langsung mengambil dan melemparnya ke arah pintu. Dan suara itu cukup terdengar kencang, dan mungkin saja lelaki di luar sana mendengar.     

"Cepat kesi ... kesini, Kak," lirih Rachel kembali yang sekarang sudah terjatuh tak berdaya di atas lantai. Ia sempat ingin mendirikan tubuhnya, tapi lagi-lagi tubuh itu tak mempunyai tenaga apapun.     

PRAK     

Suara benda terlempar begitu mengejutkan Delon dan langsung membaut tubuhnya terkesiap yang tadi ia memunggungi pintu tersebut. Kini lelaki itu memutar tubuh, hingga berhadap-hadapan.     

"Sayaaang! Kamu mendengarku?" teriak Delon kembali karena sudah tidak mendengar suara istrinya yang muntah-muntah atau suara air. Tapi, teriakannya masih saja tak kunjung mendapat jawaban dari Rachel.     

"Sial. Kenapa bisa tidak dijawab, aku jadi semakin cemas. Sudah selama ini, dia belum juga mau keluar!" Delon menaikkan tatapan bola mata hitam pekat ke arah jarum jam yang tergantung pada dinding kamar pribadinya.     

Delon menggeleng kepala, sudah tidak sabar menunggu lebih lama lagi. Dia adalah seorang suami yang sangat mencemaskan keadaan Rachel di dalam seperti apa. Ia tidak bisa diam saja seperti orang bodoh tanpa tahu kejadian apa yang terjadi di dalam sana.     

"Sayang, apapun yang kamu lakukan, jangan di belakang pintu ... aku akan mendobraknya! Aku terlalu takut kamu terjadi sesuatu di dalam sana!" Delon bersiapa untuk berancang-ancang. Pintu ini tidak terlalu sulit ditakhlukan Delon.     

"Kamu harus baik-baik saja di dalam sana, Sayang," gumam Delon dengan pikiran yang sudah campur aduk mendapati kelimat terakhirnya juga tidak dijawab Rachel.     

BRAK     

Sekali tendang dengan kaki panjang Delon, pintu berhasil terbuka dengan paksa. Engsel pengait yang berada di atas pintu itu hingga terlepas. Sekarang kedua mata lelaki itu ditampilkan seseorang wanita cantik yang sudah tak sadarkan diri di bawah lantai dengan tubuh terlentang wajahnya begitu pucat pasi.     

Dengan langkah cepat Delon langsung berlari ke dalam kamar mandi, dan langsung mempong tubuh ramping itu pergi dari sana. Tubuh Rachele begitu panas ia rasakan. Padahal Delon hanya menyentuh dari tubuh Rachel yang masih terbalut dengan pakaian, tapi suhu tubuh itu bisa rasakan begitu ketara.     

"Astaga, kamu sangat panas, Sayang," gumam Delon dengan raut wajah yang begitu semakin cemas melihat istrinya sama sekali tidak bergerak dalam gendongan Delon.     

Lelaki itu dengan cepat menidurkan tubuh ramping itu yang semakin terasa ringan dipelukan Delon di atas tempat tidur besarnya dengan menyelimuti dengan selimut tebal juga.     

Delon memijat dahinya seraya menempelkan ponselnya di dekat telinga. Berharap dokter yang selalu menangani lelaki itu segera datang dengan suster yang harus ia pesan. Ia tidak paham merawat orang sakit. Ia takut salah memberikan obat kepada Rachel.     

"Cepat ke kantor cabang. Aku perlu bantuanmu," ucap gusar Delon saat panggilan itu sudah tersambung dengan dokter yang khusus menangani dirinya dan tahu bagaimana kondisi tubuh Delon seperti apa.     

Setelah panggilan itu berakhir, akhirnya Delon kembali menuju ke tempat tidur Rachel, memasukkan tubuhnya untuk membuat Rachel merasa tidak sendiri. Lelaki itu memeluk tubuh ramping tersebut dengan begitu erat seperti saat ia merawat Rachel kecil. Ia yang tidak tahu apa-apa hanya bisa memeluk dan membuat gadis kecil itu tertidur dengan nyenyak.     

Dan ampuhnya pagi harinya Rachel sudah sembuh karena pelukan Delon. Tapi, senggang beberapa hari dirinyalah bergantian demam. Lelaki itu jika mengingatnya kembali begitu lucu, momen yang tak pernah bisa dilupakan Delon selama hidupnnya.     

Dan juga akhirnya Rachellah yang merawatnya dengan begitu dengan perhatian hingga tidak membutuh waktu lama demam yang bersarang pada tubuh Delon pergi.     

Tidak berapa lama suara ketukan pintu terdengar begitu jelas dengan diikuti Regan dibalakang Dokter dan Suter tersebut.     

Tok ...!     

Tok ...!     

Tok ...!     

"Masuk!" perintah Delon sehingga membuat mereka yang berada di luar pun langsung masuk dengan cepat mendapati kondisi yang begitu mengjhawatirkan, jika mendengar apa yang telah diceritakan Delon di telpon.     

"Cepat periksa. Jangan terlalu membuang waktu. Istriku sedang demam dan cepat redakan demamnya. Jangan buat dia tersiksa dan jangan suntik terlalu dalam. Dia pasti kesakitan," ucap Delon yang membuat Regan ternganga tak percaya mendengarnya.     

"Lo diem. Lo yang kebanyakan minta! Biarin Dokter Sanjaya periksa keadaan Rachel, kita bicara di luar," ajak Regan yang hanya dijawab dengan tatapan ragu dari Delon yang tak tega meninggalkan Rachel.     

Dokter mulai mengecek denyut nadi di tangan perempuan itu, lalu yang terakhir mengecek detak jantung.     

"Infus, Sus ... Nyonya kehilangan banyak cairan," perintah Dokter Sanjaay yang langsung diangguki sang Suster.     

"Bagaimana keadaan Nyonya, Dok?"     

"Nyonya ternyata sedang hamil muda ... usianya sudah tiga minggu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.