HE ISN'T MYBROTHER

Kenapa Lo Ke sini? (Regan)



Kenapa Lo Ke sini? (Regan)

0"Sayang, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Delon, lalu beralih menyebar pandangan tajam ke arah gerombolan karyawannya. "Dan kalian semua kenapa masih di sini? Apa pekerjaan kalian sudah selesai?" Suara tegas itu tiba-tiba menggaung di telinga mereka. Tidak seperti nada saat bertanya pada Rachel.     
0

"Ma ... maaf, Tuan Delon. Kami hanya sedang melepas rindu dengan Nona Rachel," jawab salah satu dari mereka yang tadi juga mendengar sedikit cerita yang sedang diceritakan oleh Rachel membuat mereka tertawa terbahak. Hingga lupa, jika sudah ada Tuan mereka telah berdiri tegak dibelakang tubuh Rachel yang menyanggah pipihnya di salah satu meja karyawan Delon.     

"Bubar!"     

Mereka semua langsung membubarkan diri walau cerita yang sedang diceritakan Rachel masih begitu membuat penasaran untuk mendengar kelanjutannya lagi. Tapi, sayang, rupiah lebih berkuasa di atas kehendak mereka.     

Rachel menghela napas panjang menatap jengah dengan apa yang dilakukan Delon. Ia mendirikan tubuh lalu mengangkat dagu ke arah Regan yang sudah berdiri di belakang Delon dan Rachel kembali mengacuhkan Delon yang menoleh mengikuti gerak tubuh istrinya.     

"Kak Regan gue mau ke ruangan lo. Gue capek gue mau istirahat." Regan menautkan kedua alisnya menatap bingung pada tubuh tak bersemangat Rachel. Sedangkan Delon sudah mengayun langkah kembali mundur mendekati Rachel, meraih jemari lentik perempuan itu, tapi dengan cepat Rachel menghempas tangannya.     

"Sayang kamu baru datang, tapi bilang capek ... kalau capek kamu bisa tidur di ruanganku. Kenapa harus di ruangan Regan? Aku bisa memelukmu sampai kamu tertidur nanti. Tapi, kalau di ruangan Regan, siapa yan—"     

"Kak Regan ... Kak Regan bisa memelukku sampai aku tertidur. Kenapa kamu jadi lebih cerewet sekarang." Rachel membuang wajah dengan melipat kedua tangannya. Tidak ada yang membuat Rachel ingin dekat dengan Delon. Semakin dirinya dekat seperti ini, semakin Rachel ia mengingat perkataan Jenny.     

Delon mengusap wajah tampannya dengan kasar, memaksa memegang kedua bahu Rachel untuk menatap dirinya. Tapi, lagi-lagi, wajah cantik itu masih tertekuk tebal dengan membuang pandangan ke arah samping.     

"Oke-oke, kamu mau tidur di ruangan Regan itu tidak masalah. Tapi, di sana tidak ada kasur besar seperti di ruanganku, banyak serangga yang bertebaran, dan sering mati lampu. Apa kamu benar ingin tidur di sana?" tanya ulang Delon yang memilih mendramatisir keadaan di ruangan Regan. Berharap istrinya takut dan mengurungkan niat.     

Delon begitu tahu, bagaimana Rachel tidak menyukai ruangan yang tidak sesuai dengan standar kebersihan perempuan itu. Apalagi, jika sudah ada satu atau dua serangga. Pasti perempuan itu tidak ingin lagi menggunakan atau masuk ke dalam ruangan tersebut.     

Sedangkan Regan mencebikkan bibirnya karena merasa ruangannya masih baik-baik saja untuk ditempati selama ini. Tidak ada serangga atau insiden mati lampu juga. Semua sudut ruangan kantor itu masih oke untuk ia gunakan. Tidak seperti apa yang diceritakan Delon dan sarat akan kejorokan sang penghuni ruangan. Meski tidak ada kasur besar. Setidaknya sofa pun bisa digunakan untuk sekedar hanya tidur saja.     

"Kamu pasti tidak mau kan? Ayo kita tidur di ruanganku. Aku akan memelukmu, sampai kamu tertidur, Sayang," ucap Delon yang ingin meraih pergelangan tangan Rachel.     

Tapi, perempuan itu malah berlari ke arah Regan dengan memegang lengan kekar lelaki berkaca mata itu. Sontak membuat Delon mengeraskan rahangnya dan kedua bola mata tajam itu memanas.     

Regan yang menyadari situasi tidak mengenakan untuk dirinya memillih untuk berkubu kepada Delon sebagai pemasok ATM-nya selama ini. Jika, lelaki di depannya mulai cemburu karena Rachel yang memilih mendekati dirinya sendiri, ini bisa-bisa berbahaya untuk Regan dan kelangsungan hidup ke depan. Ia harus melakukan sesuatu bukan?     

"Nyonya, sebaiknya Anda ikut Boss Delon ... semua yang dikatakan Boss Delon adalah benar. Nyonya muda tidak akan bisa betah, jika di ruangan saya," jelas bohong Regan yang langsung mendapat gelengan kepala Rachel.     

"Aku tidak peduli. Lebih baik mati ketakutan daripada seruangan dengan tukang pembohong," ketus perempuan itu dengan tubuh yang semakin dekat dengan Regan menghindari menyentuh tubuh Delon.     

Delon memijat keningnya yang berkerut. Ini semua juga karena dirinya yang tidak jujur dan memilih untuk menyembunyikan semua untuk menjaga hati Rachel agar tidak sakit karena Jenny. Tapi, kenyataannya keputusan itu malah membuat ia jauh dari Rachel dan mengembangkan pemikiran yang di luar Delon inginkan di otak Rcahel.     

Delon akhirnya mengkode Regan dengan tarikan kepala kebelakang untuk membawa Rachel ke ruangan yang diminta perempuan itu. Hanya dengan menuruti permintaan istrinya mungkin Rachel akan perlahan mau mendengarnya nanti.     

Regan mengangguk samar, lalu menggulirkan bola mata hitamnya ke arah Rachel yang memilih menyembunyikan wajah dingin itu di balik punggung Regan.     

"Nyonya muda ayo ke ruanganku. Anda bisa istirahat di sana," ucap Regan yang langsung diangguki Rachel tanpa menatap wajah frustasi Delon yang menatap kepergian tubuh ramping itu melewati dirinya.     

Lelaki itu memutar tubuh hingga kedua mata tajam elangnya menatap punggung kecil yang selalu membuat seorang Delon bisa melepaskan segala permasalahannya dengan sejenak.     

"Kau harus membayar ini semua, Jenny. Rasa sakit dan air mata Rachel, harus menjadi pembayaran setimpal dengan kesengsaraanmu," gumam Delon mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Seaakan siap untuk memberikan pembalasan di detik ini juga untuk sang perusak rumah tangganya.     

Delon merogoh ponselnya, lalu membuka pesan mengetik beberapa kalimat untuk ia kirimkan kepada anak buahnya.     

Sedangakan di sisi lain. Rachel kembali mengingat apa yang dikatakan Delon padanya bahwa ruangan Regan sangatlah kotor hingga serangga yang paling perempuan itu takuti banyak terdapat di ruangan ini.     

Regan meletakkan tas kerjanya di atas meja kerja, lalu menghempas keras tubuh kekar itu di atas kursi kebesaran dengan menatap Rachel yang masih menyebar kewaspadaan untuk bisa duduk di atas sofa kantornya.     

"Duduk. Kenapa lo masih berdiri aja? Tenang semua bersih, nggak ada serangga. Ruangan ini selalu dibersihkan, walaupun gue jarang pergi ke kantor," ujar Regan yang membuat perempuan itu merogoh semprotan anti serangga dari dalam tas kecilnya yang selalu ia bawa ke mana pun Rachel berada.     

Regan yang melihat kelakuan Rachel hanya bisa menggeleng dengan tawa geli yang mengiringi setiap gerakan perempuan itu hingga ke kolong-kolong sofa.     

"Lo harusnya bukan di ruangan gue. Lo tuh harusnya—"     

"Udah diem! Gue capek mau tidur!" bentak Rachel yang langsung memposisikan dirinya berbaring di atas sofa ruang kerja Regan yang sangat jarang lelaki berkaca mata itu kunjungi.     

Tapi, senyum Regan tertarik melengkung di bibir, melihat perusahaan ini yang membuat Delon memacu keadaan untuk meningkatkan kekuatan lelaki itu sehingga menghasilkan perusahaan utama beserta cabang-cabang yang tersebar di berbagai negara Eropa.     

"Udah berapa tahun gue nggak ke ruangan ini? Benar-benar masih seperti yang dulu. Hanya karena mengikuti drama gila Delon ... gue jadi—"     

Regan memicingkan mata saat tubuh Rachel terangkat.     

"Ngapaain lo ke sini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.