HE ISN'T MYBROTHER

Telpon Dari Orang Misterius



Telpon Dari Orang Misterius

0"Kenapa dia masih di sini?!" pekik Martha dengan menunjuk tegas ke arah Lina yang kini tertunduk di hadapannya bersama dengan Renar.     
0

"Tenanglah dulu, Ma. Aku hanya belum sempat mengatakan untuk dia pergi dari rumah kita. Jangan berpikir aneh-aneh. Bukankah kau sudah mengatakan ingin percaya padaku lagi?" pertanyaan todongan itu sukses membuat Martha membuang wajah yang semula ke arah Jeno. Kini wanita paruh baya itu memicing ke arah lelaki muda yang berada di depannya.     

"Berapa lama lagi kontrak manusia ini?" Wanita paruh baya itu menujuk ke arah tubuh Renar yang sontak membuat lelaki berkemeja kotak-kotak itu menaikkan kepala dengan tubuh bergetar menatap nanar pada majikan yang kini berada di depan Renar.     

Tatapan memelas Renar, ia juruskan pada Martha. Berharap wanita paruh baya itu mengampuni dirinya yang masih membutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Supaya saat dirinya sudah menemukan wanita yang sesuai, Renar bisa langsung mengajaknya untuk berjalan di atas althar merah.     

"Ma, jangan seperti itu. Renar sudah bekerja denganku sudah bertahun-tahun lamanya. Ia adalah salah satu orangku yang setia. Dan tidak mungkin aku juga memecatnya," sahut Jeno yang membuat Renar yang mendengarnya langsung mengangguk-angguk dengan bola mata berkaca-kaca seakan ingin mendukung malaikat keuangannya itu.     

Adegan ini bagaikan pungguk yang merindukan bulan, Renar adalah pungguknya yang mengharapkan pengampunan Martha.     

"DIAM!" teriak Martha tanpa mengalihkan pandangan mematikannya pada Renar yang sudah mengantupkan kedua buku tangan di hadapan Martha. Dan seketika membuat Jeno menunduk takut pada pekikan tajam istrinya dengan menutup mulut tuanya.     

"Nyonya, itu semua adalah unsur kelemesan mulut saya semata saja. Saya tidak benar-benar sengaja mengatakan rahasia penting Nyonya, kepada Tuan Jeno," kata Renar lagi seraya melirik ke arah Jeno yang mengangguk untuk mendukung kebohongannya.     

Ketika melihat Tuan Besarnya sudah memberikan acc itu. Maka kebohongan demi kebaikan seluruh umat di bumi akan berani kembali Renar katakan agar membuat Martha lebih percaya padanya.     

"Tuan Jeno hampir gila karena kepergian Nyonya Besar. Makan pun tak pernah habis. Setiap Lina memasakkan Tuan. Tuan Jeno tidak pernah menyentuhnya ... Beliau hanya menikmati kuah mie instan saja. Tuan Jeno, begitu menyedihkan bukan, Nyonya? Itu semua karena merindukan Nyonya ...."     

Renar kembali mendramatisir keadaan saat ini. Semua orang yang berada di sana saling melebarkan telinga mereka untuk menunggu kelanjutan dari cerita Renar. Begitupula dengan Lina yang ingin tahu, tapi hatinya begitu kesal kepada Martha.     

"Karena kesukaan Nyonya dan Tuan adalah mie istan rebus dengan kuah yang akan dinikmati berdua. Jadi, Tuan hanya memakan itu setiap hari seperti anak kos yang sudah kehabisan uang di akhir bulan, Nyonya," sambung Renar yang tidak jadi membohongi wanita paruh baya itu. Karena memang semua itu adalah kenyataan yang ada.     

Selama kepergian Martha. Lelaki paruh baya itu selalu menyisakan mie isntan rebus itu ke dalam wadah berbeda. Lalu, perlahan menyeruput kuah itu yang selalu menjadi ciri khas anak kos di akhir bulan.     

Karena kedua majikan Renar begitu berbeda dengan kebiasaan orang kaya yang biasanya. Makanan kesukaan mereka tidaklah berupa daging yang dipanggang, sphagetty , atau pun daging mentah yang begitu mahal itu. Tapi, hanya cukup memasak mie instan saja, sudah membuat mereka kembali mengenang cinta masa muda mereka bedua.     

"Apa itu benar?" tanya Martha yang langsung meminta konfirmasi kepada suami tercintanya yang masih menunduk takut dengan kemarahan istrinya.     

Beberapa pelayan rumah Mauren menahan tawa mereka setelah mendengar ungkapan dari Renar yang sudah tidak asing lagi di rumah itu. Tapi, beberapa ungkapan cukup membuat mereka selalu tak percaya dengan kenyataan yang memang benar adanya.     

Mie instan tak hanya disukai oleh mereka saja, tapi majikan mereka juga. Bahkan telah menjadi makanan favorit di rumah besar ini dengan kuah yang begitu nikmat saat disruput, kata Nyonya mereka dulu.     

"Apa aku harus mengatakan hal ini lagi untuk meyakinkanmu? Aku selalu begini saat kamu memilih pergi dariku. Kuah mie instan itu selalu membuat hatiku tenang memikirkanmu saat bersamaku, menimati itu bersama," balas Jeno yang membuat Martha terdiam dengan bola mata yang berkaca-kaca.     

Sedangkan Renar langsung mengalihkan kedua manik mata berbinarnya ke arah Jeno, lalu berganti ke arah Martha. Pasangan di depannya begitu membuat jiwa kejombloannya meronta-rontak seakan ingin segera dicarikan pasangan.     

"Aa... so sweet sekali," ucap Renar tanpa sadar. Dan sontak langsung membuat ketinga orang di sana menatap tajam ke arahnya.     

"RENAR!" panggil mereka bertiga kompak. Sedangkan Renar langsung tersadar dengan tingkah bodohnya, ia langsung menundukkan pandangan dengan memukul-mukuli bibirnya merutuki atas kelemasan Renar tadi.     

"Ma ... maaf, Tuan-Nyonya."     

***     

"Sayang mau ke mana sudah rapi begini?" tanya Delon yang sudah memeluk tubuh istrinya dari belakang saat melihat perempuan cantik itu sedang memoleskan riasan natural di wajah putihnya.     

Rachel masih memoleskan riasan ke dalam area kulit wajahnya seraya membalas pertanyaan Delon yang masih belum mandi sedaritadi dan terlihat sedikit berantakkan di sekitar rambut hitam lebatnya itu.     

"Ke mana lagi, jika tidak ikut ke kantor dengan suamiku. Aku sangat bosan, jika harus tinggal di dalam apartemen sendiri, sedangkan kedua sahabatku sedang sibuk berkuliah," balas Rachel.     

Delon mengangguk-angguk paham dengan kelopak mata yang masih memejam berat. Ia masih sangat mengantuk, tapi bagaimana lagi, ia hari ini akan melaksanakan meeting dengan kliennya di dalam perusahaan.     

"Baiklah. Tapi, jangan begitu berias. Aku tidak suka mereka melihatmu ... beriaslah saat hanya ada kamu dan aku saja, tidak ada orang lain," kata Delon yang langsung membuka kedua mata, mereka saling menantap dalam pantulan itu yang menyiratkan kebahagian di wajah mereka berdua dari pantulan cermin.     

Cup     

Rachel mengulas senyum, langsung mencium rahang Delon. Lalu, dengan cepat mengembalikan tatapan ke arah pantulan cermin itu yang memperlihatkan senyum tampan sudah terbit di bibir suami tampannya itu.     

"Cepat mandi. Aku akan menunggu dengan menyiapkan keperluanmu, Kak." Delon mengangguk dan langsung menarik dagu Rachel memberi kecupan pada bibir merah tipis itu dengan singkat.     

"Sarapan pagiku ituu!" teriak Delon yang sudah berlari sebelum Rachel mengomelinya pagi ini. Perempuan cantik itu hanya menggeleng dengan senyum yang masih belum hilang dari bibirnya.     

Tidak berapa lama saat Rachel sedang mempersiapkan kemeja yang akan digunakan Delon pagi ini, tiba-tiba ponsel lelaki itu berbunyi beberapa kali. Saat bunyi pertama Rachel tidak memperdulikan, tapi saat bunyi yang ke tiga, langkah perempuan itu semakin mengikis jarak dan mulai memajukan kepalanya untuk melihat siapa pagi-pagi yang menelpon suaminya.     

Kedua mata Rachel tiba-tiba membulat sempurna saat melihat nama seseorang itu terbaca jelas di layar ponsel Delon. Dia kembali lagi setelah sekian lama mereka tidak saling bertemu.     

"Kenapa perempuan ular ini lagi? Dari mana dia mendapatkan nomor kak Delon?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.