HE ISN'T MYBROTHER

Serangan Balik dari Delon



Serangan Balik dari Delon

0Makan malam ini begitu memuakkan untuk Delon. Ingin sekali ia menumpahkan seluruh makanan yang berada di piringnya di atas kepala Aster yang selalu menatap istrinya tanpa jeda sejak ia merelakan bangkunya direbut pemuda itu.     
0

"Ini makanlah ... kamu biasanya menyukai in—"     

"Terima kasih, Pak. Lo suka sayuran ini, Chel? Ini gue ambilin." Aster langsung merebut paksa oseng sayuran yang tadi sempat Delon ingin ambilkan untuk Rachel, tapi tiba-tiba Aster dengan tampang tanpa rasa berdosanya malah merebut dan memberikan di piring Rachel.     

"Udah ... cukup-cukup. Gue cuma makan beberapa aja, udah malem juga," sahut Rachel menyegah Aster untuk mengambilkan sayuran itu ke piring Rachel.     

Delon menyeringai senyumnya mendapati wajah kecewa dari Aster. "Benar, jangan terlalu makan sayuran itu. Makan daging yang suadah kupotong saja," kata Delon yang langsung meletakkan sepotong daging itu ke pring Rachel.     

"Gue juga punya daging. Apa lo mau nambah lagi?" Rachel menggeleng dengan cepat, lalu menyingkirkan piringnya dari sisi Aster.     

"Nggak, udah cukup! Daging dari Kak Delon udah lebih buat gue. Lo makan aja," tolak Rachel yang membuat Aster mengangguk, mengarahkan pandangan tajam ke arah lelaki di depan Aster yang sepertinya begitu sengaja membuat Aster tidak bisa memberikan perhatian kepada sang pujaan hati.     

Namun, bukan Aster namanya, jika pantang pulang sebelum berperang.     

"Lo kalo makan yang benar, Chel ... nih liat, belepotan," kata Aster yang mengusap kotoran kecil akibat sayuran di area bibirnya dengan menggunakan tisu. Rachel mengikuti arah tisu Aster.     

"Thanks. Gue bisa bersihin sendiri."     

Sontak Delon yang melihat adegan kelancang Aster hanya bisa mengepalkan buku tangannya erat. Rasanya kedua mata itu memanas, ingin sekali ia menendang bebas pemuda yang berada di depannya sejauh mungkin. Dia benar-benar telah membuat kesabaran Delon sampai pada leher tegasnya, terasa mencekat di sana.     

Jika, tidak mengetahui maksud dari Rachel menyembunyikan status mereka, ia sudah benar-benar akan mengumumkan kepada semua orang, jika Rachel adalah istrinya dan hanya Delon yang boleh memiliki perempuan cantik itu. Tidak lelaki lain.     

"Lo harus makan yang banyak. Badan lo kurus banget," kata Aster yang langsung membuat Rachel melihat tubuhnya sendiri dengan mengernyit, menolak apa yang dikatakan Aster padanya.     

"Nggak, badan gue masih sama, nggak kurus-kurus banget," ujar Rachel langsung menatap ke arah Aster tanpa memperhatikan Delon yang sedang mengunyah daging dengan penekanan seraya melirik tajam ke arah istri yang seakan melupakan dirinya ada di sana.     

"Ahh... masak, iya, sih? Apa mata gue yang salah ya, malam-malam gini," balas Aster dengan terkekeh.     

Tidak berapa lama, saat Aster masih mencecar pertanyaan yang sesekali mengundang tawa Rachel, tiba-tiba suara yang mengejutkan datang dari belakang Delon, membuat selurh pandangan mengarah kepada pusat suara tersebut. Terkecuali Delon yang sama sekali tidak berniat membalik tubuh.     

"Hallo, Aster! Kamu sedang bersama siapa?" Suara itu membuat Rachel mengangkat wajah cantiknya, memandang ke arah seorang wanita dengan surai hitam sebahu, nampak begitu dewasa dan manis.     

Aster mengulas senyum menyambut kedatangan orang yang membuatnya sedaritadi terlalu lama menunggu. Beruntung ia bisa bertemu dengan Rachel dan menguarkan kekesalannya berganti dengan kebahagian yang luar biasa seakan ia berharap bahwa malam ini jangan sampai cepat berlalu.     

"Kakak, lama sekali. Aku sampai menjadi jamur hanya menunggu Kakak saja. Sana cepetan duduk, dasar lambat!" dengus kesal Aster.     

Wanita itu mnurut, ia langsung mendudukan tubuhnya di samping Delon. Namun, tiba-tiba mata wanita itu teralihkan pada sosok yang telah mencuri perhatiannya daripada melihat makanan lezat yang berada di hadapannya kini.     

"Chel, kenalin ... ini Kakak gue, Desi. Kak, kenalin ini temen kampusku, Rachel namanya," ucap Aster yang langsung mendapat jabatan tangan dari wanita berambut sebahu itu di depannya.     

"Hallo, aku Dessy. Kamu cantik sekali," puji Dessy yang membuat Rachel membalas jabatan tangan itu dengan teersenyum ramah juga.     

"Hai, Kak Dessy. Aku Rachel. Senang bisa berkenalan dengan Kak Dessy." Mereka berdua saling berjabat tangan, tapi perhatian Dessy masih beralih kepada lelaki tampan yang sedari tadi menunduk memakan makannya yang begitu nampak tidak menyukai pembahasan dari mereka bertiga.     

"Iya, Rachel. Senang berkenalan denganmu juga, kamu memang sangat cantik. Pantas saja Adikku begtitu antusias denganmu. Lihatlah senyumnya, seperti orang gila," ucap Dessy dengan terkekeh menunjuk ke arah Aster.     

Delon berdecih melihat Aster yang sama sekali tidak tersinggung dengan apa yang dikatakan wanita di sampingnya. Ingin sekali Delon menarik paksa istrinya untuk tidak berdekatan dengan mantan mahasiswanya itu. Muak sekali dengan senyuman Aster.     

Dessy mencoba menepuk lengan kekar Delon, hingga membuat sang empu menoleh datar ke arah tepukkan pada lengan kekarnya.     

"Maaf, Anda siapa? Boleh tau nama, Tuan?"     

"Tidak perlu. Namaku tidak terlalu penting," jawab Delon dingin. Sontak balasan Delon menjadi bahan tawa dalam hati Rachel. Semua wanita pasti akan tertuju pada Delon yang memang nampak begitu tampan di bawah cahaya tamaran malam ini. Tapi, seberapa pun usaha mereka, ia pastikan akan berakhir dengan mengenaskan.     

'Hahaha. Belum tahu dia ... suamiku adalah tipe yang tak bisa jauh dari istrinya,' batin Rachel terasa senang melihat ekpresi Delon yang begitu ketara tidak menyukai Kakak dari Aster.     

"Pak Delon ini adalah mantan dosenku, Kak ..." ucap Aster yang membuat Dessy mengangguk-angguk seraya menoleh ke arah pusat suara, lalu ia kembali pada porosnya, sang lelaki tampan yang sepertinya masih sendiri dan belum terikat apa pun, terlihat dari jemari yang sepi.     

"Pak Delon ... apa kau mendengarku?" Delon hanya membalas dengan anggukkan seraya memandang ke arah Rachel yang sudah mengodenya untuk tetap diam dengan menaruh jari telunjuk di depan bibir merah tipis itu.     

Namun, Delon menaikkan sudut bibirnya saat melihat istrinya yang berkali-kali mencoba memperingatkan untuk tidak menanggapi apa pun pertanyaan dari wanita di sampingnya. Dan ini waktunya Delon membalaskan apa yang tadi ia rasakan.     

"Ada apa, Nona? Sepertinya kau memperlukan bantuan dariku?" tanya Delon yang sontak membuat Dessy terpanah tak berdaya melihat wajah sempurna dari lelaki yang baru pertama kali ia temui ini. Tak ada cacat sama sekali dalam wajah lelaki itu, hanya ekspresi dingin itu yang mampu meluluh lantakkan hati siapa pun yang melihat.     

"Aaa... itu, Pak Delon ... apa kau ingin berkeliling pemandangan hotel ini?" tawar Dessy yang berharap jawaban itu adalah iya. Dengan harap-harap cemas, Dessy menautkan jemari, memijat-mijat tak beraturan di sana untuk melampiaskan rasa gugupnya malam ini.     

Bagaimana Dessy tidak gugup, saat mata hitam itu tarasa begitu membius, apalagi ditambah dengan tubuh kekar dengan otot tegas di mana pun itu berada. Ini akan menjadi malam yang panjang untuk Dessy, jika ia bisa mengahabiskan malam yang dingin ini di atas ranjang dengan bermandikan peluh bersama dengan Delon.     

"Tentu, dengan senang hati."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.