HE ISN'T MYBROTHER

Ketika Ketampanan Dikalahkan



Ketika Ketampanan Dikalahkan

0"Apa yang kamu lakukan di sini, Sayang? Bukankah, aku menyuruhmu menunggu di restauran?" Pertanyaan Delon sukses membuat Aster ternganga tak percaya dengan panggilan yang ditujukan kepada Rachel. Apalagi didukung dengan mengusap gemas pucuk kepala Rachel. Benar-benar membuat Aster bingung.     
0

Setelah panggilan pertama yang Aster dengar. Ia kira panggilan dari Delon yang notaben adalah mantan dosennya ditujukan kepada tamu lain di hotel ini, ternyata tubuh kekar itu malah berjalan mengikis jarak di antara mereka bertiga.     

"Kakak ... sudah di sini?" tanya Rachel yang sudah menguarkan kekesalannya, menoleh ke arah Delon yang disambut dengan senyum tampan dari lelaki itu.     

"Ada hubungan apa antara Pak Delon dengan Rachel? Setahuku kalian berdua sau—"     

"Saudara. Iya, memang, kami saudara. Kami sedang mau makan malam, sangat lapar sekali berada di dalam kamar," sahut Rachel dengan cepat, hingga membuat kening Delon berkerut tebal mendengar apa yang telah dikatakan Rachel.     

Berbeda dengan Aster, senyum cerahnya kembali terbit saat mendengar penjelasan dari Rachel seraya mengangguk-angguk paham. Hampir saja jantung Aster lepas hanya karena mendengar panggilan 'sayang' itu yang siapa pun berhak memanggil, namun dengan status yang sudah jelas, seperti hubungan adik dan kakak itu.     

Delon benar-benar tidak terima dengan apa yang dikatakan Rachel, dan ekpresi wajah yang ditunjukkan Aster di depan pantulan kedua manik hitam legamnya itu. Pupil mata Delon tiba-tiba mengecil dengan kulit hidung mengkerut. Langkahnya mengayun dengan lengan kemeja yang sedikit ia tarik, Delon ingin menunjukkan kepada pemuda itu ... apa artinya mengganggu istri lelaki lain.     

"Beran—"     

"Kak, kamu sudah lapar kan?" Rachel menarik lengan tangan kekar Delon dengan menekankan setiap katanya, kedua manik mata coklat Rachel memandang begitu mematikan dan membuat nyali Delon yang terkenal sebagai lelaki dingin dan bengis itu, tiba-tiba nyalinya menciut, seperti krupuk yang tersiram air.     

Delon menelan salivanya kasar saat merasakan genggaman tangan Rachel pada lengan ekar Delon menguat.     

'Astaga, kenapa bisa istriku sekejam ini ...,' batin Delon mendesah kesal.     

Aster dengan percaya dirinya langsung dengan cepat menawarkan tempat duduk yang sengaja ia sudah pilih tadi bersama sang kakak, di mana tempat duduk itu begitu menawarkan keindahan dari pesona hotel tersebut.     

"Kita ke sana saja ...." Aster menunjuk ke arah bangku restaurant yang berada di ujung. Di mana mereka dapat dengan gampang melihat pemandangan malam keramaian jalan pinggiran ibu kota dengan penataan lampu yang begitu apik memanjakan mata. Apalagi ditambah dengan pepohonan yang menjulang tinggi di berbagai pinggir jalanan hotel. Seperti Hawai yang dengan sengaja dipindah di hotel ini.     

"Tidak perlu. Aku sudah mempunyai tempat sendiri," tolak Delon yang tak membuat Aster pantang mundur dalam menakhlukan Kakak dari pujaan hatinya itu. Senyum lelaki muda itu masih saja tergores lebar di wajah Aster saat menanggapi kedinginan Delon.     

"Pak Delon jangan khawatir, di sana sudah kupilihkan tempat yang begitu romantis. Aku tidak akan pernah mengecewakan kalian ..."     

"Ayo, Chel!" sambung Aster yang langsung membawa lengan tangan Rachel menuju ke tempat di mana ia sudah pilihkan tadi. Yang tadi hanya untuk Aster dan kakaknya yang sedang mengurus sesuatu dengan temannya.     

Delon melebarkan matanya sempurna dengan menggegam kedua buku tangan dengan begitu erat di kedua sisi paha saat melihat istrinya digandeng oleh lelaki lain di depan mata Delon. Kilatan petir mulai muncul di atas kepala Delon sesaat melihat Rachel yang hanya menoleh ke arahnya sebentar dan langsung mengembalikan kepala ke depan. Kilatan dari langit hitam di atas kepala Delon semakin pekat seiring dengan napas yang memburu panas yang berasal dari kecemburuan Delon.     

"Haaah!"     

"Dia bercanda denganku? Aku ini suaminya ... kenapa aku malah yang ditinggal di sini?"     

"Brengsek pemuda itu, cari mati dia denganku!" sungut Delon dengan menunjuk tajam ke arah punggung Aster yang terlihat tertawa seiring dengan berjalan dengan Rachel.     

Siapa lelaki yang tidak terpanah dan merasa terhormat bisa berjalan beriringan dengan primadona kampus itu. Begitupula dengan Aster. Ia pun begitu beruntung malam ini bisa berjalan seperti ini menikmati waktu berdua dengan Rachel, perempuan yang pertama membuat Aster begitu merasa nyaman dengan apa pun yang dikeluarkan dari mulut perempuan cantik itu.     

Meskipun kabar tidak mengenakkan tentang Rachel juga sudah sampai di telinga Aster, namun ia tidak peduli. Cinta itu memang membodohkan siapa pun serta menulikan apa yang seharusnya dia dengar, bukan?     

Rachel sedikit tidak enak meninggalkan Delon di sana dengan amarah yang membara pastinya. Ia juga tidak mempunyai pilihan untuk tetap mengakui status mereka yang belum berubah. Karena berita di kampus yang semakin beredar memanas tentang dirinya. Ini tidak akan baik, jika sampai mengenai Delon dan menyeretnya ke dalam berita bohong itu.     

"Apa lo suka, Chel?"     

Rachel terkesiap dengan pertanyaan Aster, dengan cepat ia memutar kepala ke arah pusat suara itu. Rachel mengangguk cepat dengan senyum canggungnya. Pikiran Rachel masih berpusat pada tubuh kekar yang kini telah berada di sampingnya.     

"Suka, Kak. Selera lo emang keren," balas Rachel dengan masih menaruh senyum canggung itu dalam wajah cantiknya.     

"Apanya yang keren?" Suara itu membuat Rachel mendelikkan kedua matanya. Bukan suara itu maksud Rachel, tapi tangan besar yang sudah memeluk possesif pinggang ramping Rachel tanpa diketahui Aster yang dihalangi oleh himpitan tubuh tegap Delon.     

'Kak Delon benar-benar membuatku pusing,' batin Rachel seraya mengehela napas panjangnya halus.     

Aster mengalihkan pandangan ke arah Delon yang ternyata sudah sampai di luar dugaannya. Ia kira Delon akan bermurah hati untuk membiarkan dirinya mendekati Rachel.     

"Oh, Pak Delon sudah berada di sini?"     

"Jelas tubuh sebesar ini berdiri di sini ... jelas aku sudah di sini. Apa kau buta!" jawab Delon bernada dingin, hingga membuat Rachel harus menetralkan situasi berbahaya ini. Bisa-bisa mereka berdua baku hantam hanya karena saling berucap.     

"Baiklah, Pak Delon, maafkan aku. Aku hanya melihat pesona dari Rachel saja. Maka dari itu aku sedikit tidak melihat kedatangan Pak Delon," ujar Aster yang membuat Delon menggeram kuat.     

"Baiklah-baiklah, ayo duduk. Aku sudah lelah terlalu lama berdiri." Rachel perlahan mendudukkan tubuhnya, namun tiba-tiba Aster berputar berlari ke arah Rachel yang langsung membuat Delon melepaskan paksa pelukan tanganya pada pinggang Rachel.     

"Hei, apa kau gilaa! Ini kursiku!" pekik Delon saat tiba-tiba Aster menggeser tubuhnya, dan menempati kursi yang seharusnya menjadi kekuasaan Delon.     

Aster menghiraukan ocehan Delon, ia sudah tidak peduli dengan restu yang akan didapatkan dari Delon. Ia sudah merasakan, jika Delon memang tidak menyukainya. Maka dari itu, malam ini harus menjadi malam yang spesial untuk dirinya dan Rachel bersama. Belum tentu di hari lain, ia bisa bersama dengan Rachel.     

"Maaf, Pak. Pak Delon bisa duduk di bangku yang lain ... Bapak selalu bersama dengan Rachel setiap hari kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.