HE ISN'T MYBROTHER

Kak Aster? Bertemu lagi



Kak Aster? Bertemu lagi

0"Suamimu ini sangat merindukan istrinya, Sayang. Lalu, harus beralasan apa lagi untuk datang menemuimu?" Delon akhirnya menyudahi ciuman di seluruh inci wajah Rachel. Meninggalkan kecupan terakhir di depan bibir merah tipis sang istri dengan gemas.     
0

Rachel mencebikkan bibirnya dengan berusaha melepaskan kedua tangan Delon yang sudah memeluk pinggang rampingnya dengan begitu possesif.     

"Galak banget, sih? Sudah tiga hari aku nggak bisa tidur lho," tambah Delon seraya mengecup kembali pipi putih Rachel.     

"Isshh... tapi, wajahku jadi basah nih," protes Rachel yang langsung di sambut senyum tanpa rasa berdosa Delon dan kembali mencium wajah putih tanpa noda itu dengan cepat. Sontak membuat kedua mata Rachel melotot horor ke arah Delon, langsung memukul lengan kekar lelaki itu.     

Bugh     

Bugh     

Bugh     

Hahahaha.     

Delon tertawa terbahak menerima pukulan bertubi-tubi dari istri cantiknya. Ia sangat merindukan saat-saat seperti ini. Saat Rachel merajuk dan memukulinya dengan gemas. Hampir tiga hari ini, Delon berpuasa tanpa kehadiran Rachel. Hidup Delon layaknya zombie dengan tumpukkan dokumen tanpa henti. Waktu beritirahat Delon juga begitu singkat, karena selalu tidak bisa pulas, jika tidak memeluk tubuh ramping Rachel.     

Aaggghhh... ingin sekali malam ini Delon tertidur di dalam pelukan Rachel. Tubuh kekarnya terasa begitu lelah.     

"Mama, bagaimana?" Delon memiringkan tubuhnya, melihat sedikit di antara celah kamar. "Udah tidur?" Rachel mengangguk sebagai jawabannya.     

"Ayo sayang. Aku ingin bersamamu malam ini .... " Delon mengulurkan salah satu buku tangan, dengan senyum tampan sebagai pemanis malam yang begitu dingin ini. Dengan senang hati, Rachel menyambut buku tangan suaminya yang meminta tangan Rachel untuk ia genggam. Malam ini Delon hanya ingin menghabiskan malam bersama dengan Rachel, istrinya.     

Daripada ia harus menghabiskan malam bersama dengan Regan yang berisikan tentang club dan wanita bayarannya saja.     

Cup     

Rachel menderatkan bibir merahnya di rahang tegas Delon dengan tersenyum cantik. "Night kiss, Suamiku," kata Rachel yang sudah mengalungkan kedua tangannya di lengan kekar Delon.     

Delon tidak mengatakan apapun setelah Rachel menciumnya di pertengahan perjalanan mereka. Hanya senyum tampan Delon yang dapat ia lihat yang selalu membuat Rachel terpesona dengan wajah dan aura kesempurna Delon.     

"Mau makan malam?" Suara Delon akhirnya keluar, saat mereka sudah sampai di depan lift.     

Rachel mengangguk cepat. "Siapa takut, ayo! Aku juga sudah lapar lagi, Kak!" Delon menarik tangan Rachel yang berada digenggaman tangannya, lalu mencium lembut jemari lentik milik istrinya.     

"Aku belum memberimu balasan ciuman selamat malam selama tiga hari ini, ya?" Rachel menautkan kedua alisnya mendengar pertanyaan Delon. Lalu serangan tadi? Bukan termasuk ciuman selamat malam?     

TING     

Pintu lift terbuka.     

Delon dengan cepat menarik pergelangan tangan Rachel untuk masuk ke dalam lift sampai tubuh ramping itu hampir saja terjatuh dalam pelukan Delon.     

"Pelan-pelan, Sayang," ucap Delon dengan terkekeh, seakan bukan dialah yang menjadi pelaku dari tersandungnya Rachel.     

Rachel mendengus kesal mendengar ucapan Delon. Ia memilih untuk membunggungi Delon seraya melipat kedua tangannya. Rachel mendumel lirih, mengumpati Delon sekuat bibirnya berucap. Bisa-bisanya Delon malah menyalahkan dirinya yang jelas-jelas itu salah lelaki tua itu, pikir Rachel.     

Saat Rachel masih asik dengan umpatan untuk Delon. Tiba-tiba Rachel melihat tangan besar ada di pertengahan leher putih Rachel, memasangkan kalung dengan leotin kecil berkilau indah sudah melekat indah di leher jenjang putihnya yang masih tertinggal beberpa jejak dari keganasan sang pemangsa ranjang.     

Rachel menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Pantulan dirinya di depan cermin di lift terlihat begitu cantik dengan tambahan aksen kalung indah itu. Rachel memutarkan tubuh menartap suaminya yang berpura-pura merajuk dengan bibir yang sengaja Delon kulum ke dalam.     

"Kak ..." panggil Rachel dengan lembut, tapi Delon yang sekarang memutar tubuhnya membelakangi Rachel.     

"Apa? Nggak usah panggil-panggil ...."     

Rachel menyelusupkan kedua tangannya masuk ke dalam tubuh Delon, memeluk dari belakang. "Kenapa papa nggak setuju kepadamu, Kak? Padahal kamu selalu tahu apa yang selalu kusuka dan tidak."     

Delon menghela napas panjang dengan halus agar Rachel tidak mendengar, ia sedikit menoleh ke arah kepala istrinya yang bersandar dalam punggung kekar Delon. Tentu alasannya Delon tahu. Tapi, ia tidak mungkin mengatakan itu untuk membuat Rachel selalu beranggapan semuanya baik.     

Tidak membenci siapa pun itu, termasuk Jeno. Bagaimanapun ia dan Rachel tumbuh dalam tangan Jeno tanpa membedakan kasih sayang antara mereka berdua.     

"Karena ... aku terlalu tampan. Lihatlah, suamimu ini selalu terlihat tampan di mana pun aku berada," sahut Delon dengan percaya diri seraya mengusap lembut punggung tangan istrinya. "Kalo aku tidak tampan, jelas kamu tidak akan mencintaiku sebesar ini ... semua perempuan mengatakan itu," tambahnya.     

Rachel langsung mencubit perut kekar Delon hingga sang empu mengaduh."Perempuan yang mana, ha? Kakak pacaran dengan siapa? Katanya hanya aku perempuan pertama di hatimu? Tapi, ternyata kamu cuma pembohong!"     

Ting!     

Bunyi lift terbuka.     

Menampilkan pemandangan hotel yang jauh lebih indah dengan deretan pohon-pohon tinggi, angin malam yang begitu kencang, menambah suasana romantis malam ini. Hanya ada beberapa pasangan yang sedang mengobrol di antara pinggiran kolam renang serta beberapa di antara kursi restautan.     

Tapi, pemandangan romantis itu tidak berlaku untuk Rachel. Ia memilih untuk berjalan lebih dulu, meninggalkan Delon yang terbahak di belakang tanpa Rachel sadari.     

"Lelaki di mana-mana memang sama aja!"     

"Bagaimana dia bisa membohongiku lagi ... setelah memberikan kalung ini, lalu apalagi besok-besok kebohongan yang akan terungkap?"     

"Jika, aku tadi nggak mancing kak Delon, pasti dia nggak akan mau jujur. Dasar lelaki buaya daaraat!" sambung Rachel dengan berjalan lebih cepat lagi, hingga tanpa sadar, ia menabrak tubuh seseorang yang begitu keras, namun terasa lebih kurus.     

"Aggghhh... maa—"     

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya mendahului Rachel dengan menundukkan kepala, ingin melihat wajah seseorang yang ia tabrak sedang tertunduk memakai topi pantai besar sehingga ia tidak bisa melihat dengan pasti, korban yang ditabraknya baik-baik saja atau tidak.     

"It's okay. Saya tidak apa-apa. Maaf, Tuan," ucap Rachel yang sudah membungkukkan tubuhnya ke arah lelaki di depannya tanpa menatap terlebih dulu.     

Rachel kembali menegakkan tubuh saat tidak mendengar apapun jawaban dari lelaki di depannya. Ia merasa sudah impas dengan meminta maaf. Ia pun langsung melanjutan kembali langkah cepatnya. Tapi, saat langkah Rachel berayun baru beberapa langkah. Pergelangan tangan Rachel dicekal, sehingga membuat tubuh itu terhenti di tempat.     

"Rachel ..." panggilnya, sehingga seseorang yang memiliki nama itu pun berbalik dan menegakkan kepala, melihat siapa yang telah memanggilnya.     

"Kak Aster?" Lelaki muda itu mengangguk, lalu melepaskan tangan Rachel dan mulai mengayun langkah ke arah Rachel.     

"Sudah lama ngga ketemu. Lo sibuk apa?" tanya Aster dengan kedua mata berbinar menatap sang pujaan hati yang kini berada di depannya dengan pertemuan yang begitu mengejutkan seperti ini.     

"Hahaha. Sibuk apa ya? Kak Aster juga sudah lama nggak pernah keliahatan di kampus," tanya balik Rachel. Ia tidak mau membahas dirinya yang jelas-jelas sudah kawin lari dengan Delon, dosen mereka berdua.     

"Gue lag—"     

Tiba-tiba fokus Aster dan Rachel teralihkan pada seseorang yang sudah berteriak di belakang mereka berdua.     

"Sayaangg!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.