HE ISN'T MYBROTHER

Penolakan yang Menyakitkan (Regan)



Penolakan yang Menyakitkan (Regan)

0"Tuan Antoni, Anda gagal lagi dalam mengakuisisi cabang dari perusahaan tuan Delon. Apa yang harus saya lakukan lagi?"     
0

"Penyadapan data kita juga sudah gagal karena pengamanan mereka begitu ketat dan tidak begitu mudah ditembus oleh orang kita ... meskipun itu hanya anak cabangnya saja," ucapnnya pada lelaki bertubuh kekar yang kini sedang memutar kursi kebesaran menghadap terbalik dari meja kerja dan asisten pribadinya.     

"Kalau begitu dapatkan data istrinya. Aku dengar-dengar Delon sudah menikah, apa itu benar?"     

Asisten pribadi Antoni tidak bisa mengangguk ataupun menggeleng sebagai jawabannya. Tapi, dia hanya berkata, "Saya juga mendapatkan berita itu, Tuan Antoni. Namun, tuan Delon belum mengonfirmasi tentang pernikahan itu benar terjadi atau tidak," jawabnya dengan hormat sesuai dengan data yang ia dapatkan. Sehingga ia belum bisa memberikan laporan yang begitu akurat saat ini untuk Antoni.     

"Sayang sekali. Cepatlah cari beritanya, aku ingin memberikan kado pernikahan untuk sahabatku ..."     

"Ohiya, jangan lupa ubah semua dataku. Aku ingin menjadi investor di perusahaan JM Corp. Itu akan sangat menguntungkanku kan?" sambung Antoni dengan membelai benda kecil yang berukuran satu jengkal tangnnya.     

Asisten pribadi Antoni mengangguk sebagai jawaban kesanggupannya. "Sesuai dengan perintah, Tuan. Saya akan laksanakan secepat mungkin. Sepertinya tuan Jeno lebih ceroboh untuk mengelola perusahaan, jika tuan ingin mendapatakan perusahaan itu. Itu akan mempermudah kita mendapatkan perusahaan tuan Delon ... pasti data mereka juga berhubungan."     

"Apa benar begitu? Lalu, kenapa sistem Delon sangat sulit dipecahkan padahal kita sudah mempergunakan orang dengan kecerdasan IT tinggi, tapi tetap tidak bisa?"     

"Saya pun juga tidak tahu, Tuan."     

Antoni bergeming, jawaban itu tentu tidak bisa dipahami oleh orang biasa seperti Ardi. Ini akan lebih dipahami, jika pembuat sistemlah yang mengatakan sendiri.     

Apa perlu aku culik dia dulu? Hmm... sepertinya menarik.     

Antoni mengangguk-angguk dengan memutar pena yang berada di sela jemarinya. "Sangat disayangkan, jika putri Jeno sudah dinikahkan dengan Delon. Ardi, kamu carikan aku foto dari putri Jeno yang terkenal akan kecantikannya itu," kata Antoni seraya memutar bangku kebesaran itu hingga kedua mata antara bawahan dan atasan saling menatap.     

"Turunkan tatapanmu ... atau benda kesayanganku ini akan menyapamu?" Antoni memperlihatkan pena berbalut warna gold yang berukuran kecil hanya sejengkal tangan. Namun, mengandung racun yang begitu mematikan. Sekali ada seseorang yang tersentuh ujung pena itu pasti akan mati membiru.     

Ardi menurut. Dengan gugup ia menurunkankan pandangannya dengan tubuh bergetar tak mampu lagi menatap mata Antoni. Lelaki itu memang selalu melakukan hal gila dan semaunya. Apa pun yang ia inginkan harus tercapai, termasuk memiliki perusahaan Delon yang berada di Amerika.     

"Hahaha. Ardi jangan terlalu tegang. Kau membuatku tertawa!"     

***     

Delon terpaksa menjalani kehidupan sehari-harinya kini hanya ditemani dengan Regan yang memang memaksa akan menyelesaikan tugas pekerjaan kantor di apartemen Delon. Regan tidak mungkin pulang dan membawa berbagai dokumen itu, pasti akan membuat telinga lelaki berkaca mata itu sakit karena mendengar ocehan mamanya yang bagai petir di siang bolong.     

Sekarang merka sedang memilah dokumen mana yanga paling utama untuk dikerjakan. Karena perusahaan baru Delon kembali terbangun, kini pekerjaan Regan bertambah berkali-kali lipat.     

"Boss, gue butuh wakil ... kalo kayak begini terus, bisa mati muda gue," oceh Regan seraya membaca dokumen yang sedang ia periksa saat ini.     

Sedangkan pikiran Deon entah ke mana, hanya nama Rachel yang kini menjadi pusat dari kegilaan Delon tanpa mendengar apa yang sedang dikatakan Regan. Ia sangat merindukan Rachel, sudah tiga hari tidur selalu tidak bisa nyenyak. Ia ingin sekali memeluk tubuh ramping itu lagi. Delon kini benar-benar menjadi suami yang possesif.     

"Yang ini juga ... yang ini ... dan yang ini." Delon melemparakan semua berkas ke dalam meja Regan yang sedang diperiksa olehnya hingga tumpukan yang Delon diberikan ke arah Regan telah membubung tinggi, dan itu membuat mulut Regan ternganga tak percaya.     

"Hei, lo stresss?" sungut Regan yang sudah mendirikkan tubuh, menggulirkan bola mata hitamnya pada tumpukkan dokumen itu, dan masih saja belum berhenti hingga saat ini.     

"Lo harus kerjain. Ini juga ..."     

Regan menggembungkan wajah dengan warna yang sudah memerah padam, dengan kulit hidung mancung berkerut, menatap menyala pada Bossnya itu.     

"Hari ini harus selesai. Jangan sampai ada yang terle—"     

BRAK     

Regan menggebrak meja kerjanya dengan keras, mata memicing tajam ke arah Delon yang terhenyak karena kerasnya pukulan Regan. Hingga kedua mata Delon terangkat, menatap mata Regan yang sudah memerah api seakan seorang raja neraka yang bar terlahir kembali.     

"Lo mau bikin gue bener-benar gila?!" tungkas Regan yang sudah berkacak pinggang di depan Delon yang langsung mamasang mode dan berdarah dingin. Ia berdehem untuk membuyarkan rasa keterkejutannya tadi.     

"Hehm."     

"Bersikap sopanlah. Kita sedang bekerja. Aku tidak sedang berkonsultasi, maka lakukan tugasmu dengan sebaik mugkin." Regan ternganga mendengar perkataan Delon yang sungguh di luar dugaan. Bagaimana bisa dia bersikap profresional, jika tadi sikapnya saja seperti seorang suami yang ditinggal istrinya minggat.     

"Gue pusing, nggak usah dibahas," ujar Delon kembali memegang salah satu dokumennya.     

Regan mengangguk dengan menyunggingkan senyum saat melihat Delon yang kembali membuka dokumen berkas perusahaan. Dengan cepat Regan mendudukkan kembali, lalu mengambil paksa berkas yang berada di tangan Delon hingga membuat Delon menaikkan satu alisnya mengernyit dengan berganti menatap memicing tajam ke arah Regan.     

"Lo bisa ke gue ... lo pasti kayak suami kesepian 'kan? Mau ikut gue?" Regan menunjuk ke tubuhnya,     

"Kita bisa main sampe pagi. Mumpung Rachel nggak ada di rumah. Gimana? Lo 'kan udah ngerasain enaknya surga dunia, sekarang lo pasti ketagihan ... gue punya langganan yang bisa bikin melek-merem ..."     

"Gue jamin kalo buat Boss gue. Mana berani gue bohong," sambung Regan dengan menaik-turunkan alisnya senyumnya tergambar dengan begitu penuh arti.     

Delon tersenyum, mengangguk, lalu mendirikkan tubuhnya menarik tangan Regan. "Apa benar seenak itu?" Regan langsung mengangguk cepat dengan senyum yang masih tak lepas dari bibirnya. Kini langkah mereka beriringan untuk sampai ke pintu keluar ruang kerja Delon.     

"Gue nggak akan bilang-bilang sama Rachel, bener! Tenang aja, rahasia lo gue jamin, aman," kata Regan lagi yang sudah berantusias dan berpikir, jika Delon akan benar-benar menghabiskan malam ini tanpa Rachel dengan bersenang-senang dengan wanita bayaran yang menjadi langganan Regan selama ini di salah satu club.     

"Tapi, lo harus siap ...." Delon sengaja memotong kalimatnya hingga membuat Regan kembali mengernyit.     

"Gue udah—"     

DUGH     

Delon menendang pantat Regan hingga tersungkur di atas lantai. Pintu ruang kerja Delon langsung terkunci rapat dari dalam.     

"Aaaghhh! Gilaaa lo, Boss!" teriak Regan.     

"Sebar lowongan terbaru untuk asisten pribadi!" teriak Delon yang membuat Regan melotot horor, mulutnya langsung mengatup.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.