HE ISN'T MYBROTHER

Godaan Istri (Delon)



Godaan Istri (Delon)

0"Aku memang selalu tahu apa yang kamu sukai, Kak," kata Rachel dengan nada membulat. Ia memainkan jemari lentiknya di depan dada kekar Delon, dengan gaya memutar manja. Semua yang dilakukan Rachel tidak lepas dari pandangan Delon.     
0

Delon mengambil jemari lentik yang bermain di depan dadanya, membawa hingga ke depan bibir tebal Delon, mencium dengan dalam kedua mata hitam legam itu bergerak ke atas untuk menatap Rachel yang tersenyum ke arahnya. Delon selalu terpesona dengan senyum itu sejak kecil. Rachel selalu berhasil meracuni otaknya.     

"Kamu sangat cantik, Sayang ..." ucap Delon merasakan bibir tipis merah candunya yang ia tahan dari kegelapan. Ia bisa saja menikmati bibir istrinya di sana, tapi Delon sangat tidak suka, jika tidak melihat wajah cantik ini melenguh karenanya.     

Rachel melepaskan pagutan bibir mereka yang sedang panas-panasnya, sehingga membuat Delon terpaksa membuka matanya kembali, menatap sendu mata coklat di depan matanya.     

"Kamu pria ke seribu yang sudah memujiku. Aku tidak terkejut, karena stok pujian untukku masih penuh."     

"Tidak boleh."     

"Hanya aku yang boleh mengatakannya. Biar kubunuh lelaki yang memujimu." Delon menarik tubuh Rachel semakin mendekat ke arahnya, tak membiarkan jarak mereka menjauh.     

Delon melesatkan bibir tebalnya pada leher jenjang Rachel. Menyesap begitu memburu, bahkan Rachel bisa merasakan napas panas yang membuat lelakinya cemburu saat ini. Rachel hanya mengulas senyum senang bisa menggoda Delon seraya mengusap lembut kepala belakang, seakan membiarkan suaminya menciptakan tanda merah pada leher putih Rachel seperti biasa. Delon akan sangat manja, jika seperti ini bahkan melupakan, jika umurnya sudah hampir mendekatai kepala tiga.     

"Eumbnhh... aagh... Kak, kita akan di sini sampe ujianku selesai?" Denis mengangguk dengan tangan yang sudah berjalan-jalan di balik baju rumahan berbahan satin, meninggikan bra yang dipakai Rachel, sehingga mempermudah tangan besar Delon untuk masuk.     

"Apa Aku bisa membawa Vio dan Sellyn?" pertanyaan Rachel sukses membuat Delon menyudahi aktivitas kesukaan Delon dan membuat kepala Rachel kembali lurus menatap mata berkabut suaminya.     

"Kenapa harus membawa mereka? Apa mereka sudah tidak mempunyai orang tua? Aku tidak mau. Mereka pasti akan mengganggu kita memproduksi junior Delon. Tidak perlu mengajak mereka." Delon kembali menelusup ke leher jenjang Rachel semakin membuat tanda merah yang begitu apik di matanya. Ini akan menjadi mahakarya yang begitu luar biasa, pikir Delon terkekeh.     

Rachel cepat-cepet membalas penolakan Delon. "Mereka memang masih mempunyai keluarga. Tapi, aku tidak akan mudah beradaptasi di sana dengan cepat. Aku hanya ingin mereka ikut, agar aku tidak terlalu kesepian nanti di sana," kata Rachel dengan nada sendu. Biasanya dengan trik seperti ini Delon akan luluh dengan permintaan Rachel.     

Mana bisa Delon menolak permintaan Rachel selama ini. Delon selalu bisa membuat Rachel bahagia sebelum bahkan sesudah menjadi istri. Lelaki tampan ini tak pernah berubah untuk memperlakukan Rachel sebagai seorang ratu di hati maupun di apartemen ini. Rachel begitu beruntung bisa memiliki Delon. Jika, papanya tahu, apa yang sudah Delon korbankan untuk Rachel pasti papa Jeno memahami dan mulai meluluh.     

Delon bergeming ia semakin gencar membuat tubuh Rachel memanas seperti waktu di gudang. Lelaki ini memang selalu bisa membakar api hasrat yang berada di dasar jiwa Rachel yang tidak sembarangan lelaki lain bisa mengambilnya. Rachel mengusap kasar rambut kepala belakang Delon saat merasakan jemari besar Delon mempermainkan kedua titik sensitifnya.     

Rasanya Rachel ingin melakukan semua hal dengan Delon dengan status mereka yang baru, membuat semuanya menjadi lebih tenang. Tidak harus bersembunyi-bunyi untuk membuat dunia dalam genggaman mereka berdua.     

"Tidak tahu, lihat nanti. Kita saja belum menyiram bunga matahari hari ini. Nanti layu, aku yang akan sedih karena tidak bisa dipetik," ucap ambigu Delon yang membuat Rachel mengernyit, melirik ke arah wajah Delon yang masih berada di lehernya.     

"Bunga? Menyiram? Kita 'kan ngga punya tanaman, Kak. Sejak kapan kamu suka tanaman? Pakai mau menyiram, atau kamu—" Rachel melototkan mata curiga. Ia tidak pernah melihat Delon menyukai tanaman, tapi kali ini lelaki yang berada di pelukannya malah membahas tentang tanaman.     

Ini juga membingungkan untuk Rachel, mereka memang tidak menanam tanaman bunga atau sejenisnya. Apalagi ini bunga matahari. Mana ada? Rachel saja menanam rumput bisa mati, apalagi bunga. Lalu bunga siapa yang dimaksud? Apa Delon keceplosan?     

Delon melepaskan bibirnya pada leher Rachel, dengan terkekeh kecil menatap keluguan istrinya. Semua yang dikatakan Rachel memang semua benar, tapi bukan tanaman yang sebenarnya yang dimaksud Delon. Apalagi kecurigaan Rachel, itu sangat salah sekali. Delon bahkan tak tertarik dengan perempuan di luaran sana. Hanya Rachel yang bisa membuatnya menjadi lelaki bodoh. Saat semua mata menatapnya sempurna.     

"Ini ... loh, Sayang. Kamu tidak merindukan ini." Delon meletakkan tangan Rachel di permukaan benda yang sudah menggembung dibalik resleting Delon. Rachel menghela napas panjang mendapati kepahaman yang begitu lambat saat menghadapi perkataan lelaki dewasa seperti Delon. Beruntung Delon tidak mengatakan dengan frontal. Bisa-bisa bantal menyambar di wajah tampannya.     

"Nggaak. Aku masih capek kamu bekap tadi. Kamu pikir aku udah ngelupain dendamku ini, tadi? Lihat ini mataku yang cantik dan mempesona menjadi sembab gara-gara kamu," protes Rachel yang langsung membuat Delon mendudukkan dirinya sejajar dengan Rachel, mereka kini berhadap-hadapan saling pandang sengit seakan seperti seorang lawan yang akan melakukan sebuah pertandingan.     

"Kamu dosa!"     

"Maksudku ... kamu dosa menolak melayani suami. Apalagi kalo suaminya sudah bersemangat kayak gini. Dendam itu urusan nanti, yang terpenting kita harus saling melayani dulu, deal?" tambah Delon dengan melipat kedua tangannya menatap lekat kedua mata coklat yang kini juga menatapnya masih dengan aura yang membunuh. Sepertinya penculikkan itu masih membekas di otak istrinya. Ini tidak akan mudah untuk Delon membuat juniornya mandi cepat.     

"BIG NO!" Rachel menyilangkan kedua tangannya.     

Kamu juga dosa! Mana ada suami yang menculik istrinya sendiri, sampai membuat hampir mati," sarkas Rachel. "Kamu juga menyuruhku menjadi seorang pemulung untuk mengelabuhi mata para anak buah papa. Apa yang ingin kamu katakan lagi? Beginikah cara mantan dosen tampan mengatasi masalah?"     

Hahaha.     

Delon terbahak terpingkal saat mengingat pilihan itu harus ia pilih untuk bisa mengelabuhi mata para anak buah Jeno. Rachel yang selama ini tidak pernah melakukan hal seperti itu membuatnya menggerutu di setiap langkah mereka mengalun, tadi. Hingga membuat Delon tak henti-hentinya terkekeh dalam hati. Akhirnya kali ini ia bisa melampiaskan tawa yang ia tahan dan hampir melupakan.     

"Apa kamu marah karena itu?"     

"Jelas! Apa lagi memang? Dasar suami berdosa!"     

Bisa saja Delon memanggil hellikopternya untuk menjembut mereka kedua. Tapi, itu akan menimbulkan kecurigaan terhadap Jeno,dan juga Rachel yang hanya mengetahui, jika Delon memiliki cabang dari usahanya selama berkuliah di luar negeri.     

"Jangan membuatku takut, Kak. Kamu jangan-jangan sudah menjadi gila?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.