HE ISN'T MYBROTHER

Kesempatan Kabur?



Kesempatan Kabur?

0"Ssst... diam! Aku hanya memintamu untuk diam. Apa kamu benar-benar ingin aku memperkosamu di sini?"     
0

"Lo pikir gue ngga bisa teriak, ha? Jangan pernah macem-macem sama gue!" pekik Rachel yang sudah tidak bisa mengendalikan emosi dan ketakutanya menjadi satu.     

"Baiklah. Mari, kita lakukan di sini ... sepertinya menyenangkan juga melakukan dengan suasana yang berbeda," sahutnya dengan nada penuh intrik. Rachel menggeram, ia sudah tidak bisa diam lagi, lebih baik dirinya tertangkap oleh Jeno daripada harus ternodai oleh iblis dari kegelapan itu.     

"Tolooo—"     

"Aku sudah bilang jangan mengeluarkan suara apa pun. Apa kamu memahaminya, hem?" bisiknya kembali dengan tangan yang sudah berlabu di depan bibir Rachel.     

Rachel menurut. Ia tidak akan melakukan hal bodoh untuk saat ini selain menurut. Rachel tidak tahu, siapa yang sedang menahan tubuhnya saat ini, apalagi tangan besar itu dengan sengaja sekarang memeluk tubuh Rachel begitu kuat, hingga ia bisa merasakan betapa besar dan kekar tubuh yang berada di belakangnya.     

"Nah, begini ... aku sangat menyukai perempuan penurut."     

'Cih, siapa juga yang pengen jadi perempuan yang lo sukai!' batin Rachel berdecih.     

Rachel tidak melihat apa pun di sini, apalagi wajah dari pria itu. Rachel benar-benar dijebak di antara kegelepan dan tangkapan Jeno. Apalagi kini Rachel merasakan tangan besar itu dengan lancang mengusap lembut perut rata Rachel, dengan napas panas yang bisa Rachel rasakan di area kulit telinganya.     

"Eum—bbbh... Jangan kurang ajaar!" Rachel melepaskan paksa tangan besar itu dari perut ratanya, tapi tenaga Rachel ternyata tak sepadan dengan lawan yang sedang ia hadapi saat ini.     

"Apa kau takut?" tanyanya dengan suara lirih tepat di telinga Rachel dengan sesekali meniupkan napas hingga membuat tubuh Rachel memanas, dan baru kali ini ia bisa merasakan tubuhnya bereaksi saat tidak bersama Delon.     

"Apa kau pikir begitu? Jika iya, tolong lepaskan aku. Kau menang! Aku benar-benar ingin pergi. Aku sudah bersuami, tolong jangan lakukan apa pun padaku, Tuan," mohon Rachel yang sudah mulai ketakutan saat dekapan tangan itu mengunci tubuhnya semakin mengkuat dan membuat Rachel tak bisa bergerak sama sekali.     

Pria misterius itu menyeringai senyum dalam kegelapan, tangan itu sudah merambat hingga tubuh bagian atas Rachel yang memang dibalut dengan kain ketat meremas dengan gerakkan lembut. Ia bisa merasakan napas perempuan yang berada di pelukannya kini menderu dengan sesekali mencoba untuk melepaskan diri dari cekraman, meskipun dengan kekuatan lemah.     

Rachel mulai manangis saat merasakan tubuhnya menegang karena telah menjadi sasaran pria lain selain suaminya. Tubuh Rachel sudah tidak bisa bergerak saat ia kembali merasakan gerakkan tangan itu semakin mengkuat dan isak tangis Rachel juga semakin menderu bebas dengan mulut yang masih dibungkam.     

Pria itu mengernyit merasakan buku tangannya basah. "Apa yang ingin kau katakan?" Dia melepaskan bungkaman dari mulut Rachel.     

"Hikss... tolong jangan lakukan ini padaku. Aku benar-benar sudah bersuami. Aku akan berikan apa pun padamu, asal kau melepaskanku. Kau butuh uang? Aku bisa memberikannya padamu ... aku tidak mau tubuhku ternodai oleh pria lain. Kumohon," pinta Rachel kembali dengan suara yang tak mampu lagi berteriak atau pun mengancam. Rachel benar-benar kehabisan tenaga, ia mencoba untuk terakhir kalinya.     

"Kenapa harus menangis? Suamimu tidak ada, kau tak perlu cemas. Kita akan bersenang-senang di sini," ucapnya dengan menggigit gemas telinga Rachel dan seketika membuat Rachel menghindar, memiringkan kepala untuk tidak lagi mendapatkan sentuhan jahanam itu.     

"Jangan sentuh aku! Dasar pria brengsek! Kau akan mati di tangan suamiku. Aku pastikan itu!" pekik Rachel dengan tubuh yang kembali semakin meronta, namun cengkraman itu malah semakin menguat membuat tenaga di tubuh Rachel yang tersisa seakan terserap tak tersisa, sekarang hanya tertinggal tubuh yang ditahan berdiri dan isak tangis yang hingga sampai saat ini belum juga berhenti.     

Senyum pria misterius dari kegelapan itu semakin menang dalam pertanda seringai sudut bibir yang terangkat dengan mata yang menyipit.     

"Jangan menangis, aku tidak suka melihatmu menangis." Pria itu melesatkan bibirnya di leher jenjang Rachel hingga membuat bibir Rachel mendesah dengan tubuh bergetar karena serangan yang tak mampu ia lawan.     

'Ya Tuhan... apa lagi yang harus kulakukan. Tolong bantu aku dari pria brengsek penghancur mahkotaku sebagai seorang istri,' batin Rachel yang hanya menggerakkan kembali kepala menghindar agar bibir itu terlepas dari leher putih Rachel yang sudah terbanjiri oleh peluh dan air mata yang semakin menderas.     

"Kau takut denganku?" tanyanya, sehingga membuat Rachel memutar kepala tanpa melihat siapa yang berbicara, tapi napas itu sudah tidak lagi ia rasakan. Rachel pun lega saat bibir tebal itu sudah tak lagi mensesap kulit lehernya.     

"Apa aku harus menjawabnya? Bukankah seluruh tubuhku sudah mengatakan? Kau memang pria tuli dan brengsek!"     

Pria itu terkekeh dengan apa yang ia dengar. Sepertinya ia memang sudah keterlaluan membuat tubuh dan kaki jenjang perempuan yang masih berada dipelukannya ini bergetar hebat. Jika, ia benar-benar memperkosa perempuan itu, ia pun juga tidak akan pernah disalahkan siapa pun. Memang siapa yang akan menyalahkan dirinya?     

"Tapi, kurasa kau memang menyukai pria brengsek sepertiku bukan, Nona?"     

Rachel berdecih, dengan wajah menegang memunculkan semburat amarah yang luar biasa di wajahnya. Jika pria di belakangnya tau wajah Rachel yang begitu menyeramkan saat marah, pasti akan berpikir ulang untuk mau menyetuh Rachel, pikirnya.     

"Cih, jangan harap. Gue ngga pernah menyukai siapa pun!"     

"Termasuk suamimu?"     

Ha?     

"Tentu dia terkecuali. Jangan sampai kau menjadi seonggok daging yang siap dimakan binatang buas, jika suamiku tahu, kau menyentuh tubuhku selancang itu!"     

Pria dalam kegelapan itu kembali menaikkan sudut bibirnya, tangan besar itu mulai bergerak di tubuh Rachel dan perlahan semakin mengunci kembali. Seakan sengaja tidak membiarkan kegelapan ini menjadi penghalang di antara mereka untuk bisa saling bersentuhan.     

"Aku menyelamatkanmu darinya, kau juga belum memberikan hadiah untukku, Nona. Aku sedikit kecewa akan hal itu."     

Kedua tangan Rachel semakin meremas kuat saat tangan pria itu mengusap pangkal paha yang terlapisi celana jeans. Tapi, sepertinya ada yang salah di sini. Rachel mulai memicingkan mata saat ia mengingat penyamaran dirinya, yang tentu membuat siapa pun yang melihat pasti sudah bisa menyangka, jika ia seorang pria bukan seorang perempuan.     

Kenapa pria ini bisa tahu, jika dirinya adalah seorang permpuan, lalu dengan gerakkan tangan besar itu. Seakan dia tahu di mana-mana bagian-bagian berpengaruh bagi Rachel.     

"Kau siapa, ha? Jangan membuatku semakin kesal!" berang Rachel yang langsung menginjak kaki pria yang ada di belakangnya hingga dia mengaduh dan melepaskan pelukan itu dari tubuh Rachel.     

"AWWKH!"     

Rachel tersenyum senang saat tubuhnya sudah terbebas sehingga ia bisa dengan bebas kabur, namun baru mau berniat berlari, tubuhnya sudah kembali ditarik kembali ke balakang.     

"Mau ke mana, Sayang?"     

"Aaaaghhhh... gue mau keluaaar! Brengseekk!" pekik Rachel kembali.     

"Jangan harap kamu bisa lari dariku, dasar rubah kecil!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.