HE ISN'T MYBROTHER

Vio Vs Rere



Vio Vs Rere

0"Ngga ... yang gue maksud punya Vio!" Nino memutar bola mata.     
0

"Ehh... Astaga mulut gue! Maaf, bukan gitu maksud gue!" sambung Nino langsung menutup mulutnya saat Vio melototi dirinya dengan bola mata yang hampir lepas dari sangkarnya.     

"Iya emang mulut lo tuh harus ditutup sama tas gue! Dasar cowok mulut lemess!" Sellyn dan Rachel terpingkal mendapati Vio yang langsung memukul tubuh Nino yang berada di bawahnya dengan tas punggungnya.     

Bagaimana bisa Nino mengatakan hal sevulgar itu, padahal Nino hanya tidak sengaja memegang belum pernah merasakan, meremas, atau hal lainnya, kenapa bisa mengatakan hal yang memalukan seperti itu di depan Rachel dan Sellyn, pikir Vio kesal setengah mati. Ingin sekali Vio membunuh Nino saat ini juga.     

Bugh     

Bugh     

Bugh     

"Cowok ressee! Gilaa, sinting!" Vio masih memukuli tubuh Nino tanpa ampun, hingga tubuh tinggi itu meriungkuk di atas rumput hijau dengan kedua tangan yang melindungi kepala.     

"Ampun... ampun! Gila banget, lo cewek apa monster? Dibilang gede ya harusnya bersyukur, banyak cewek minta diremas gue, lo yang cuma ngga sengaja kepegang aja ngamuknya kayak ngga dikasih jatah seminggu," keluh Nino yang semakin membuat Vio membulatkan matanya, menggeleng kepalanya tak percaya dengan apa yang ia dengarnya tadi dari mulut Nino. Pukulan itu semakin menguat seiring dengan rasa malu yang dilanda Vio di depan kedua sahabatnya.     

Gila, ini benar-benar gilaaa! Nino udah bikin gue malu tujuh turunan, gumam Vio di dalam hati.     

"Apa lagi? Kenapa masih marah sih? Gue Salah lagi. Yaa Tuhaan!" Nino langsung memukuli mulutnya yang begitu lancar layaknya jalan tol, mulut Nino memang selalu mengatakan apa yang ada dipikirannya tanpa berpikir ulang. Menurut Nino dada Vio memang besar, hanya cuma sekedar memegang, tapi ia sudah bisa merasakan karena pengalaman dengan berbagai perempuan di luar negeri.     

"Hahaha. Kalian berdua udah pegang-pegangan aja, belum kawin loh," sahut Sellyn tertawa terbahak memegang perutnya yang sakit melihat pertengkaran Vio dan Nino, minuman yang tadinya berada di pegangan tangannya kini hampir tertumpah melihat aksi Vio yang biasanya sangat jarang berinteraksi dengan cowok. Kini lebih menunjukkan sisi garanngnya, apalagi meladeni cowok setengil Nino dengan mulut tanpa rem.     

"Males aja nikah sama cowok gila kayak dia. Mulut Nino emang harus gue kasih cabe selusin!" sengit Vio yang masih merasakan malu ke ubun-ubun. Ia menggelang tak percaya melihat senyum Nino yang tergores saat tubuhnya masih dipukul Vio.     

"Kalo cuma kawin sih gue udah sering ... mau di sini?" Nino terkekh dengan ekpresi yang ditunjukkan Vio kali ini. Memerah padam dengan manik mata yang berkilat menatapnya.     

"Rasain... rasain!" tambah Vio dengan menggeram kesal.     

Sellyn masih saja terbahak dengan menunjuk ke arah Nino yang bersiap untuk membuka belt-nya dengan mengedip sebelah mata ke arah Vio.     

"Ampuuun... panass-panas!" ledek Sellyn benar-benar dibuat tak bisa mengantupkan bibirnya, karena Vio dan Nino. Beruntung suasana taman kampus mereka begitu sepi hanya beberapa saja yang datang untuk sekedar membaca dan mengobrol.     

Namun, saat Vio masih asik memukuli Nino, suara deheman berhasil mengganggu konsentrasi mereka berempat. Hingga membuat tatapan mereka berempat beralih menatap mengalih pada pusat suara itu.     

"Ehem." Seseorang sudah berdiri di belakang bangku taman yang di duduki Rachel, dan Sellyn. Sedangkan Vio masih membungkukkan tubuhnya di antara tubuh Nino yang meringkuk karaena dipukuli tas Vio. Mereka berdua juga menatap diam pada sosok permpuan itu.     

"Lo? Ngapain kesini?" tanya Sellyn mendahulu sahabatnya semua yang memilih diam dan memperhatikan. Bola mata hitam Sellyn memicing, seakan melihat sang mangsa. Tidak ada raut kebahgian yang tadi begitu jelas terukir di wajah cantiknya.     

"Sahabat lo yang satunya ke mana? Apa bener udah cabut karena hamil duluan?" Pertanyaan itu sontak membuat mereka berempat yang berada di sana membulatkan matanya tak percaya dengan baru saja mereka dengar, berita yang sempat mereka pikir tidak akan berpengaruh dan menyebar luas, nyatanya mereka salah. Termasuk Rachel yang berada di sana begitu juga terkejut.     

"Hamil duluan? Hamil sama siapa ... sama kambing?" sahut Nino terpingkal mendengar pertanyaan tak masuk akal itu. Dunia perempuan benar-benar merumitkan, mereka selalu menjatuhkan lawannya dengan penyindiran tanpa bukti, hingga membuat hoaks ke mana-mana. Ini lebih mengerikan daripada adu jotos dengan sesama lelaki, menurut Nino.     

Nino bergidik dengan dunia para perempuan, beruntung dirinya terlahir dengan sejuta kenikmatan ranjang setiap saat. Tak perlu pusing membuat berita yang tak berguna seperti itu. Cukup mengkedipkan mata, perempuan sudah menyerahkan dirinya ke dalam ranjang Nino.     

"Mana gue tau. Ohya, gue cuma mau tanya ... yang di samping lo siapa? Anak baru?" tanyanya dengan nada yang sudah berubah genit. Sellyn dan Vio saling menatap, lalu bola mata mereka mengarah ke arah Rachel yang baru mereka sadari tadi tidak mengatakan apapun karena penyamarannya. Sellyn dan Vio hampir lupa.     

"Rere, lo kesini mau nanya Rachel apa Ervan?" sahut Vio yang sekarang berjalan mendekati Rere, musuh bebuyutan Rachel dan tentunya mereka berdua.     

Rere berdecak, dengan susut mata menyempit menjawab pertanyaan Vio, "Apa gunanya gue nanyain itu orang. Udah bersyukur dia cabut dari kampus karena malu hamil sama om-om palingan," cibir Rere.     

Sedangkan Rachel yang mendengarkan hanya menggeramkan deretan gigi rapinya dengan menggegam erat kedua buku tangannya. Jika, ia tidak sedang dalam menghindari papanya sudah diremas habis mulut Rere dengan tangan Rachel sendiri.     

'Lo bener-bener nyari mati sama gue, Re!' batin Rachel saat bola matanya tanpa sadar menatap menyala pada Rere yang mencuri pandang ke arahnya.     

"Lo yang namanya Ervan, ya?" Rere menunjuk ke arah Rachel dengan satu tangan yang terlipat di depan perut ratanya. "Lo harusnya ngumpul sama geng gue dong. Nilai gue di atas Rachel loh, tentunya gue bakal bantu lo belajar juga. Jangan sampe lo ketularan jadi benalu kayak mereka," sambung Rere dengan nada sinis, melirik ke arah mereka bertiga, terutama perempuan yang berada di depannya sekarang.     

"Mulut lo emang ngelebihin mulut lemes Nino, ya!" nada tinggi Vio mulai memikikkan gendang telinga orang-orang berada di sana. Sedangkan orang yang dimaksud dalam pembicaraan itu langsung menaikkan bola matanya, terkesiap mendengar namanya disebut.     

"Eh, kok gue?" Nino menunjuk ke arah dirinya sendiri dengan linglung.     

Vio mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Rere dengan gerakkan meremehkan, tepukan ringan ia berikan di sana dengna sudut bibir tertarik.     

"Lo, kalo ngomong hati-hati ya! Apa yang lo maksud benalu kayak gini ...." Vio menunjukkan sebuah video berdurasi lima belas detik yang tentunya mampu membuat musuh di depannya terbungkam seketika.     

"Uhh... hot sekali, bukan?"     

Kedua mata Rere membulat seketika, tubuhnya menegang seraya tangannya terulur untuk merebut ponsel Vio.     

"Dasar bitch! Kasih gue! Lo dapet dari mana?"     

"Ohoh... tunggu dulu, permainan belum selesai, Sayang." Vio mengangakat tinggi ponselnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.