HE ISN'T MYBROTHER

Lo Ervan Bukan Rachel (Nino)



Lo Ervan Bukan Rachel (Nino)

0"Lo, siapa?" tanya Nino saat melihat wajah ragu Rachel yang nampak terukir jelas saat memandang melalui kaca mobil, lalu-lalang para mahasiswa pagi ini terlihat begitu ramai tidak seperti biasanya. Terlihat Rachel meremas jemari lentik yang bertaut. Sesekali wajahnya kembali melihat ke arah kaca mobil yang berada di sisi tubuh Rachel.     
0

"Tenang dong, Neng. Lo, tuh udah tampan pakai banget. Asal lo jangan ngomong, ntar ketahuan kalo lo punya dua kelamin. Hahaha."     

Nino melepas tawa terbahaknya melihat wajah gugup Rachel yang kini melotot horor. Sebenarnya tidak ada yang perlu dicemaskan Rachel. Tampilan Rachel begitu sempurna, tak ada bagian yang terlihat seperti bentuk yang menyerupai seorang perempuan. Nino tahu, jika Delon tak akan asal memilihkan orang untuk menyentuh Nonanya.     

'Lo tenang aja, Non. Suami lo kaya, tentu apapun bisa dia ubah, termasuk wajah lo,' batin Nino mengulas senyum samar di wajahnya.     

Manik mata Rachel pun sudah berubah menjadi manik mata hitam pekat, begitu indah saat dipandang. Tak akan ada yang bisa menghindari bagaimana pupil hitam itu bisa mempengaruhi orang untuk mendekat ke arah Rachel.     

"Sialan, lo! Gue cu ... cuma,—" Rachel terbata saat manik matanya kembali melirik ke arah jendela mobil.     

Nino menaikkan alisnya memandang Nonanya. Lalu, mengulurkan tangan kirinya di atas bahu Rachel. "Ada gue, Nona. Dua sahabat lo juga udah gue kasih tau ..."     

"Lo, udah biasa akting 'kan? Kenapa sekarang, lo, jadi gugup gini, sih? Ayolah. Gue bakal tunjukin gimana caranya menjadi cowok keren di kampus," sambung Nino sembari menepuk-nepuk bahu Rachel dengan gerakkan menenangkan.     

Rachel berdecih mendengarkan perkataan Nino sembari melirik tangan Nino pada bahunya. "Apanya yang keren di lo? Singkirin tangan lo! Mau gue laporin suami gue?" sungut Rachele menyipitkan mata melihat Nino yang nampak begitu percaya diri dengan menata bentuk rambut hitamnya rapi di depan spion kaca mobil.     

"Semua, dong! Lo lihat perwujudan dewa ada di samping lo sekarang. Lo patut beruntung." Nino semakin membanggakan wajahnya bak lukisan dewa Yunani kuno.     

Rachel berdecih mendengarkan perkataan Nino.     

Merasa ancamannya tidak digubris Nino, Rachel semakin bertambah murka. "Nino, lo denger gue?" Rachel menekankan di setiap katanya dengan begitu dingin hingga Nino terjingkat dan menarik paksa tangan nakalnya.     

"Aaa... iya—iya, Non. Lo galak benar sekarang," protes Nino seraya mencebikkan bibirnya.     

Rachel menghela napas dalam-dalam untuk mempersiapkan mentalnya agar tidak dikenali teman kampusnya. Setelah oksigen yang Rachel sudah merasa cukup. Ia akhirnya, mengayunkan langkahnya keluar dari mobil diikuti Nino yang langsung berlari memutar dari mobilnya mengahampiri Rachel.     

"Bro, yuk masuk!" Nino langsung mengalungkan tangannya di leher Rachel. Rachel yang merasa terkejut dengan kedatangan Nino langsung mencoba menyingkarkan tangan Nino, tapi tangan itu bersikekeh untuk berada di lehernya. Hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian mahasiswa lain yang memang sedang masuk bersamaan dengan Rachel dan Nino.     

"Lo, kurang aj—"     

"Jangan berisisk, Chel. Ini caranya agar anak buah om Jeno ngga curiga. Lo lihat ke arah jarum jam sembilan, di sana ada mereka," bisik Nino yang masih berpura-pura tersenyum tampan menyapa satu-persatu mahasiswa yang melewati mereka berdua. Seakan mereka adalah teman lelaki yang begitu akrab.     

Rachel melirik kebelakang melewati celah tangan Nino yang masih berada di bahunya, benar adanya, manik mata Rachel melihat seorang pria yang sedang memegang koran di antara kedua tangannya dengan mata yang berkeliaran ke setiap arah.     

Tiba-tiba saat Rachel sedang melakukan pengamatan, ia dikejutkan dengan suara sapaan, hingga membuat Nino harus memutar kepala Rachel dengan paksa.     

"Selamat pagi, Nino!" sapa seorang mahasiswi cantik dengan memakai dress mini berwarna navi bersurai hitam sebahu, tersenyum ke arah Nino lalu ke arah Rachel yang begitu ketara memperlihatkan wajah keterkejutan.     

Rachel benar-benar tersentak saat suara itu memecahkan konsentrasinya menamati wajah anak buah papanya yang sepertinya tidak hanya satu di sana, untungnya Delon sudah bergerak lebih cepat dari perkiraan Rachel. Ia tidak tahu apa jadinya, jika Delon tidak mendapatkan ide ini.     

"Selamat pagi, Tania!" sapa Nino dengan senyum tampannya, melambai ke arah permepuan itu.     

"Nino, dia siapa? Gue baru lihat dia di sini?" tanyanya dengan antusias, senyum cantiknya tak pudar dari wajah menatap Rachel dengan begitu berbinar.     

Nino mengerutkan dahinya. "Dia maksud lo?" Menunjuk ke arah Rachel. Tania mengangguk cepat.     

"Perkenalkan, dia mahasiswa baru anak Ekonomi Bisnis. Namanya, Ervan ..." ucap Nino semakin kuat mengguncangkan tangannya yang berada pada bahu kecil Rachel. Sedangakan Rachel hanya memutar bola matanya melihat Nino yang nampak lebih bersemangat mengenalkan dirinya.     

'Mulai gila nih bocah. Kalo cewek ini sampai suka gue, bisa-bisa dia yang bakal lebih gila dari Nino,' batin Rachel.     

Rachel tersenyum canggung dengan mengangguk tanpa mengeluarkan suaranya. Tangan Tania dengan cepat meraih tangan Rachel lalu menjabatnya. Sontak membuat Rachel membulatkan matanya lebar mendapati Tania lebih berani dari yang Rachel pikir.     

'Tangannya halus banget. Apa dia anak orang kaya? Gila tampan banget,' batin Tania.     

"Gue Tania, anak Pendidikan." Rachel tersenyum kembali membalas Tania.     

Tania menutup mulutnya dengan mata terbuka lebar saat melihat senyum tampan Rachel yang begitu terlihat sempurna di matanya. Ia begitu terpesona, tak pernah melihat wajah setampan lelaki yang ada di depannya.     

"Hai, Ervan. Gue senang bisa kenalan sama lo! Kalo ada apa lo bisa datang ke gedung gue, cari aja nama gue Tania. Mereka semua pasti kenal gue," ucap Tania yang semakin gencar untuk mencari perhatian Rachel. Tapi, dengan cepat Nino langsung membawa Rachel berjalan kembali dengan melambai ke arah Tania yang terlihat kecewa dengan kepergian pujaan hatinya. Namun, dengan cepat Tania melambaikan tangannya membalas Nino.     

"Udah, ya Tania cantik? Kita ada kelas pagi soalnya."     

Tania mengangguk. "Jangan lupa dateng ke gedung gue, Ervan!" teriak Tiara yang seakan tak malu atas tindakannya.     

"Aaaa... mimpi apa gue, bisa ketemu cowok setampan Ervan!"     

Kehebohan terjadi tidak hanya di depan gerbang kampus, di sepanjang koridor Rachel yang memang pada dasarnya adalah primadona kampus merubah dirinya menjadi seorang lelaki menjadikan dirinya lebih tampan dan membuat para mahasiswi menjerit berteriakan memanggil-manggil Rachel berebut ingin berkenalan. Tapi, Nino memberikan peringatan untuk para mahasiswi untuk memberi jalan pada mereka berdua.     

"Kenalaaan dong! Siapa lo? Lo mahasiswa baru yaa!"     

"Heii, ini nomor gue. Lo bisa hubungi gue kapan pun, kalo lo butuhh temen ngedate! Gue mau bangeet!"     

"Anak pindahan dari mana sih? Gila tampan banget, gue baru lihat cowok setampan dia. Ngalahin pesona Nino dan Aster. Iya nggak?"     

Nino terkekeh mendengar suara-suara yang begitu jelas di gendang telinganya. Untuk pertama kalinya ia sampai di kampus ini, dengan sambutan dari para mahasiswi yang tak seheboh Rachel.     

"Lo, ihat? Pesona lo ngalahin gue?" bisik Nino saat melihat Rachel mengelus dada terlepas dari krumunan para mahasiswi yang tadi melemparinya dengan nomor ponsel mereka.     

"Brisik, lo! Cepetan bawa gue keruangan pak Deni. Lo, nggak liat gue hampir mati sesak?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.