HE ISN'T MYBROTHER

Aku Ingin Menikah Dengan Kak Delon



Aku Ingin Menikah Dengan Kak Delon

0Entah hari ini hari apa. Tapi, ini adalah hari sial bagi Jenny. Semua yang ia perbuat, berbalik semua ke arahnya.     
0

Tubuh Jenny penuh luka karena melayani hasrat Antoni yang seperti binatang buas.     

Antoni seperti tidak pernah puas dengan pengulangan yang ia lakukan dengan cara kasarnya.     

Jenny bahkan harus berjalan terpincang menyusuri area rumah besarnya, karena merasakan area intinya bengkak karena ulah Antoni.     

Benar-benar hari nass bagi Jenny.     

Suasana masih tenang. Jenny berjalan tanpa memperdulikan tatapan aneh para asisten rumah tangganya.     

"Dasar pria bajingan, Antoni Hwang!" umpat Jenny, sembari memegang perutnya, ada rasa sakit di sana.     

Para asisten rumah tangga Jenny saling berbisik, menatap aneh pada majikannya itu.     

"Nona Jenny kenapa tuh? Apa dia berulah lagi?" tanya salah satu mereka dengan berbisik.     

"Aku pikir begitu. Sepertinya Nona Jenny sedang dalam masalah. Lihatlah, ini ...," balas yang lain, sembari menunjukkan video yang sedang tranding.     

Mereka bertiga langsung melihat video yang sedang ditunjukkan oleh kawannya itu.     

Mata mereka langsung membulat seketika saat menyadari siapa aktris dalam video berdurasi 30 menit itu.     

Bahkan salah satu dari mereka menutup mulut bulatnya, menyaksikan peran dominan dari aktris tersebut.     

"Ya Tuhan, tamatlah sudah riwayat Nona Jenny. Pasti nyonya besar dan tuan besar sudah tau ini," sahut mereka yang lain, menatap tidak menyangka pada sosok Jenny.     

Belum kelar mereka berempat bergosip. Tiba-tiba mereka terkesiap dengan suara teriakan dan benda terjatuh dengan begitu keras.     

BRUGH     

PLAK     

Suara tamparan juga menyusul dengan menggema di seluruh ruangan.     

Sesil berdiri di hadapan Jenny dengan kemarahan yang sudah membuncah, tanpa bisa ia kontrol lagi.     

Bahkan tangannya tidak bisa berhenti untuk menampar pipi Jenny dengan keras.     

PLAK     

Tamparan kedua Sesil, dan ini lebih panas dari tamparan awal.     

"Apa seperti itu aku mendidikmu, Jenny! APA SEPERTI ITU?!" pekik Sesil murka dengan menunjuk ke arah wajah lemah Jenny.     

"Itu Nyonya datang!"     

"Astaga, Nyonya menampar Nona Jenny ...."     

Jenny yang baru tiba di rumahnya, begitu terkejut dengan tamparan sang Mami yang berlangsung begitu cepat, tanpa bisa ia hindari, dan membuat wajahnya memanas.     

Jenny menyentuh pipinya yang memerah padam, bekas tangan Sesil masih begitu terasa di sana.     

"Ada apa, Mi? Kenapa Mommy tiba-tiba menamparku?" tanya Jenny bingung. Benar-benar bingung.     

Sesil masih menatap putrinya dengan tatapan amarahnya. Peluh yang menetes di dahi Sesil, menandakan ledakan emosinya sudah tidak tertahan lagi.     

Sesil menyentuh dahinya, ia mengingat kembali, saat asisten pribadinya tadi, menunjukkan video memalukan Jenny dengan seorang pria.     

Dan itu membuat Sesil dengan terpaksa harus meninggalkan lokasi pemotretannya karena video memalukan putrinya itu.     

"Lihat ini!" Sesil melempar ponsel di depan tubuh Jenny dengan kasar.     

Jenny langsung meraih ponsel yang dilempar Sesil ke arah tubuhnya.     

Begitu terkejutnya Jenny saat melihat adegan panasnya bersama Anton tadi, telah menjadi konsumsi publik.     

Brengsek! Pasti Antoni yang melakukan ini semua!     

"Mam, aku bisa jelaskan ini. Ini buk ...," belum sempat Jenny menjelaskan kepada Sesil.     

BRAK     

Suara pintu terbuka dengan keras, hingga membuat Jenny mengantupkan kembali bibirnya, dan memutar pandangannya pada sosok pria paruh baya yang menatapnya penuh amarah.     

"JENNY!" teriak seseorang dengan suara lantang, penuh penekanan.     

"Pa... Papi?" panggil Jenny tertahan. Ia begitu ketakutan dengan tatapan tajam Tio yang semakin mengikis jarak di antara mereka.     

"Kamu sangat mempermalukanku sebagai Papimu, Jenny! Semua tender gagal, karena ulah bodohmu itu!" kelakar Tio.     

"Bukannya kamu suka dengan Delon?! Kenapa kamu malah mempermalukan dirimu sendiri dengan menjual kepada Antoni Hwang!" tandas Tio semakin berapi-api, tidak menyangka.     

Tio tidak menyangka. Putri yang selalu Tio sayangi bisa berbuat semurahan itu.     

Bahkan Jenny tidak memperlihatkan rasa malunya, saat Antoni memaksanya dengan adegan kasar mereka.     

"Maafkan aku, Pi. Aku dijebak seseorang ... hiks, maafkan aku," mohon Jenny sembari memegang kaki Tio yang masih begetar karena kemarahan     

Sedangkan Sesil yang melihat putrinya bersimpuh memohon ampun kepada suaminya, hanya berdecih, sembari berkacak pinggang.     

"Ini semua salahmu, Mas! SALAHMU!" tandas Sesil dengan suara tingginya menyalahkan didikan Tio.     

Tio mengeraskan rahangnya, menatap istrinya tajam, Sesil malah menyalahkan dirinya di saat situasi seperti ini.     

"Maksudmu apa?! Salahku di mana!?" teriakan Tio dan Sesil semakin membuat suasana rumah semakin mencekam.     

Begitupula dengan Jenny yang masih mencengkram kuat kain celana Tio sembari manangisi kebodohannya.     

"Kamu terlalu memanjakan Jenny. Kamu bahkan tidak memperdulikan nasehatku," sahut Sesil tak kalah tinggi.     

Tio mengulas wajah tuanya dengan kasar saat mendengar perkataan istrinya, sembari mengatur napasnya.     

"Omong kosong! Aku hanya melakukan sewajarnya sebagai seorang Ayah untuk putrinya.     

"Kamu sekarang ikut, Papi! Minta pertanggung jawaban Antoni, dan lakukan konfrensi pers dengannya!" Tio membungkukan tubuhnya, lalu mencengkram tangan Jenny dengan kuat.     

Jenny masih menangis deras. Ia mendongakkan wajah sembabnya ke arah Tio. "Jangan, Pi. Dia tidak akan mau," tolak Jenny lemah.     

"Tidak ada alasan. Seperti Mamimu benar, aku salah mendidikmu, Jenny!" Tio langsung menarik tangan Jenny dengan kasar, membawanya untuk menemui Antoni.     

"Mas, jangan kasar-kasar, ingat Jenny sedang sakit!" teriak Sesil mengingatkan, sembari mengekori suaminya.     

Di sisi lain, Rachel sudah berada di mobil Jeno. Ia tidak semobil dengan Delon, karena Dinu masih ingin berbicara dengan Delon secara pribadi.     

Rachel tahu, Delon dan Dinu masih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan permasalah keluarga mereka secara pribadi.     

Ada masalah yang tidak mungkin Dinu ceritakan di depan banyak orang.     

"Chel, Rian pria yang tampan kan?" puji Jeno yang ingin mendengar pendapat putrinya.     

Rachel hanya membalas dengan mengangguk, mengiyakan.     

Bibir Jeno terangkat melihat respon putrinya. Karena selama ini Rachel tidak pernah tertarik membahas pria yang Jeno coba dekatkan pada putrinya itu.     

"Apa kamu tau, Rian seusiamu, dan dia sudah menjadi pengusaha besar," sambung Jeno sembari mencuri lirikan ke arah Rachel yang duduk di sampingnya     

Rachel menghela napas panjangnya. Lalu memutar kepalanya ke arah Jeno.     

"Aku menolak, jika Papa mau menjodohkanku lagi. Aku tidak suka dengan pria itu," tolak Rachel yang sudah tahu arah pembicaraan Jeno.     

Jeno mendesah kesal. Ternyata rencananya lagi-lagi terbaca oleh putrinya itu.     

"Ketahuan ya? Papa hanya tidak mau kamu bersedih, jika kakakmu Delon nantinya harus kembali ke keluarga aslinya," jelas Jeno memberi pengertian.     

"Dia juga harus berkeluarga, dan mempunyai anak. Kamu juga harus memiliki keluargamu sendiri, Sayang ...,"     

"Papa dan mama tidak akan bisa selamanya menemanimu." Jeno mengusap pucuk rambut Rachel dengan sayang. Ia takut, jika Dinu benar-benar membawa Delon pergi.     

Rachel terdiam terpaku saat mendengar semua perkataan Jeno adalah benar.     

Bagaimana, jika Delon berpaling darinya, setelah bersama dengan keluarga barunya?     

"Dan, jika kamu mau dengan Rian, kita akan menjadi keluarga. Kamu tidak akan berpisah dengan Delon," lanjut Jeno berharap.     

"Kenapa harus dia, Pah? Kenapa bukan kak Delon yang menikah denganku?" sanggah Rachel tanpa sadar.     

Dengan cepat, Rachel langsung menutup mulutnya, merutuki kebod*hannya.     

Jeno begitu terkejut dengan apa yang ia dengar.     

Kenapa Rachel malah meminta Delon yang menjadi suaminya?     

"Jangan berbicara yang tidak masuk akal. Dia kakakmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.