HE ISN'T MYBROTHER

Sesil Murka dengan Jenny



Sesil Murka dengan Jenny

0Suasana menjadi canggung. Benar-benar canggung, saat mereka semua duduk bersama.     
0

Rachel hanya bisa melirik ke arah Jeno, untuk mengkode sang Papa mencairkan suasana canggung ini.     

Seakan tahu kode yang diberikan putrinya. Jeno pun langsung bersuara.     

"Ayo-ayoo! Mari dimakan, jangan sampai dingin," ucap Jeno yang mendapat anggukan dari Dinu dan istri barunya.     

Dinu belum mengenalkan siapa wanita yang berada di sampingnya saat ini kepada Delon, bibirnya terasa kelu untuk mengungkap statusnya yang tak lagi duda.     

Pandangan Delon tidak pernah mengarah pada sosok asing di sana. Bahkan ia tidak menganggap kehadiran mereka ada di sana.     

"Ayo makan, Kak! Kamu belum makan siang," kata Rachel sembari membawa makanan ke arah Delon.     

Delon langsung menerima pemberian Rachel. "Terima kasih, Sayang," ucap Delon yang langsung membuat perhatian Dinu tiba-tiba teralih pada Rachel.     

"Apa kalian berpacaran?" tanya Dinu yang langsung membuat Rachel tersedak, karena di saat itu pula, Rachel sedang meminum jus yang ia pesan tadi.     

"Uhuk...,"     

"Hati-hati," kata pria asing di depan Rachel, memberi air putih.     

Rachel mengangguk, tersenyum samar. Lalu, mengangkat minumannya sendiri ke arah pria asing itu.     

"Terima kasih. Tapi, tidak perlu," tolak Rachel.     

Pria muda itu hanya tersenyum kecut, menerima penolakan untuk pertama kalinya.     

Delon diam-diam memperhatikan pria muda di depan Rachel. Ia tahu, jika pria itu telah menaruh perhatian pada Rachel sejak awal.     

"Namamu siapa, Nak? Cantik sekali kamu," sahut istri Dinu dengan tersenyum khasnya.     

Rachel membalas pujian dari istri Dinu dengan senyum cantiknya. "Terima kasih, Tante. Saya Rachel," balas Rachel dengan ramah pula.     

Istri Dinu mengangguk, lalu mengulurkan tangannya.     

"Bisakah kita menjadi lebih dekat, Nak Rachel?" tanyanya, sembari menunggu balasan perempuan cantik di depannya.     

Rachel tanpa segan langsung mengulurkan tangannya, lalu mengangguk dengan senyum yang masih saja mengembang di bibirnya.     

"Tentu, Tante. Dengan senang hati." Istri Dinu menatap dalam pada Rachel. Ia tahu jika perempuan cantik itu tidak sekedar sebagai adik dari anak suaminya itu.     

Sedangkan di sisi lain, Jeno sedang bingung melihat putrinya yang tidak terlihat terkejut sama sekali mengenai kedatangan orang tua kandung Delon.     

Padahal Jeno yakin, jika dirinya belum pernah mengatakan apapun pada Rachel mengenai Delon yang bukanlah anak biologisnya.     

"Mana mungkin mereka berpacaran, Di. Sedari kecil Delon sudah menjaga Rachel seperti adik kandungnya sendiri," sahut Jeno apa adanya.     

Ia memang tidak berpikiran hubungan Delon dan Rachel akan sejauh dari pransangkanya.     

"Baiklah-baiklah. Sepertinya Papamu ini memang punya darah tinggi," ledek Dinu dengan tertawa kecil seraya diikuti Rachel yang ikut tertawa canggung.     

Mampuss gue! Gimana kalo Papa tau hubungan gue sama Kak Delon?     

"Paman bisa saja," sahut Rachel seraya melirik ke arah Delon.     

"Enak saja!" sahut Jeno tidak terima. Dinu hanya tertawa, begitu pula diikuti dengan istrinya.     

Delon yang tahu arti lirikkan Rachel, langsung memindahkan tangannya ke belakang punggung Rachel, mengulas lembut di sana.     

"Tenang, Sayang. Ini memang tidak akan mudah. Pria tuamu itu sangat menyayangi putrinya, ia tidak akan rela putrinya dibawa cepat oleh pria lain, termasuk aku," bisik Delon pelan.     

Rachel yang mendengar perkataan Delon, langsung memutarkan kepalanya ke arah wajah Delon yang menatapnya penuh cinta. Rachel mengangguk sebagai balasannya.     

Namanya Rachel? Aku suka sikap jual mahalnya. Sepertinya dia mendekati seleraku, gumam pria muda yang duduk tepat di depan Rachel.     

Mata pria itu tidak pernah lelah memandang kecantikan Rachel.     

Seakan ia baru bertemu wanita seperti Rachel, yang tidak tertarik mencari perhatiannya, seperti wanita lainnya.     

"Delon ...," panggil Dinu dalam, pada putra kandungnya itu, setelah ia sudah melepas rindunya bersama sahabatnya, Jeno.     

"Iya," jawab Delon singkat.     

Dinu memutar kepalanya ke arah istrinya, lalu baru berpindah ke arah pria muda di samping istrinya.     

Dinu menghirup udara dalam-dalam, sebelum bibirnya siap mengenalkan wanita penolongnya sebagai pengganti mama kandung Delon.     

"Dia istri Papa ... Marina, Mamamu. Sapalah, dia," pinta Dinu pada Delon.     

Ia tahu ini tidak akan mudah, melihat sifat Delon yang sama seperti mendiang istrinya, yang sulit menerima sosok baru.     

Delon mengangguk. "Salam. Saya Delon," ucap Delon singkat dan padat. Ia belum bisa menerima istri baru Papanya itu sebagai pengganti mamanya.     

Tidak ada mama lagi, kecuali mama Delina. Tidak akan pernah ada. Tidak wanita itu!     

Marina hanya mengulas senyum khasnya ke arah Delon, dan memberi ulasan pada punggung tangan suaminya. Hanya memberi pengertian, bahwa ia paham kondisi Delon.     

"Cobalah panggil dia Mama, Delon," pinta Dinu sekali lagi. Tapi, sayangnya Delon hanya bergeming mendengar permintaan itu.     

"Tidak apa. Tidak perlu dipaksakan, Mas. Panggilah sesukamu, Delon, Mama yakin kamu hanya perlu waktu," kata Marina menatap ke arah Delon.     

"Terima kasih," ucap Dinu pada istrinya. Marina hanya tersenyum lalu mengangguk.     

"Dia adikmu, Lon, Rian. Kalian pasti akan cocok satu sama lain, sama-sama suka berbisnis," sambung Dinu.     

Rian mengangguk, lalu tersenyum gentle ke arah Delon. "Saya Rian, anak dari Mama Marina," sahutnya.     

Rian memang bukanlah anak kandung Dinu. Rian adalah anak Marina, dari suami pertamanya yang sudah bercerai bertahun-tahun lamanya.     

"Delon," jawab Delon singkat. Rian mengangguk, lalu memutar pandangannya ke arah perempuan cantik di samping Delon.     

"Hai, namamu siapa?" Rian mulai mengakrabkan dirinya dengan Rachel.     

"Rachel." Hanya namanya yang keluar dari bibir Rachel. Tanpa berniat menyapa balik sapaan Rian.     

"Cantik sekali namamu," puji Rian yang kali ini hanya dibalas Rachel dengan senyum samarnya.     

Rachel tahu jika Rian bukan hanya sekedar mengagumi namanya. Ia bukan perempuan bodoh yang begitu saja menerima pujian dari pria seperti Rian.     

Namun di sisi lain, Sesil sedang murka-murkanya kepada putrinya.     

Ia tidak bisa berhenti menahan amarahnya, dengan menampar pipi Jenny keras.     

PLAK     

"Apa seperti itu aku mendidikmu, Jenny! APA SEPERTI ITU?!" pekik Sesil murka.     

Jenny yang baru tiba di rumahnya, begitu terkejut dengan tamparan sang mama yang langsung membuat wajahnya memanas.     

Jenny menyentuh pipinya yang memerah padam, bekas tangan Sesil masih begitu terasa.     

"Ada apa, Mi? Kenapa Mommy tiba-tiba menamparku?" tanya Jenny bingung. Benar-benar bingung.     

Sesil masih menatap putrinya dengan tatapan amarahnya. Peluh yang menetes di dahi Sesil, menandakan ledakan emosinya sudah tidak tertahan lagi.     

Sesil menyentuh dahinya, ia mengingat kembali, saat asisten pribadinya tadi, menunjukkan video memalukan Jenny dengan seorang pria.     

"Lihat ini!" Sesil melempar ponsel di depan tubuh Jenny dengan kasar.     

Jenny langsung menerima ponsel sang Mama. Begitu terkejutnya Jenny saat melihat adegan panasnya bersama Anton tadi, telah menjadi konsumsi public.     

"Mam, aku bisa jelaskan ini. Ini buk ...," belum sempat Jenny menjelaskan kepada Sesil. Suara pintu terbuka dengan keras, hingga membuat Jenny mengantupkan kembali bibirnya.     

BRAK     

"JENNY!" teriak seseorang dengan suara lantang penuh amarah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.