HE ISN'T MYBROTHER

Ada Kak Delon?



Ada Kak Delon?

0Rachel yang sedang terfokus dengan kelanjutan kalimat Vero. Harus dikejutkan oleh kiriman video Jenny dan pesan yang diterima dari oleh Delon.     
0

Rachel tidak terlalu memperhatikan pesan yang dikirim Delon. Ia hanya ingin segera membuka kiriman dari Jenny.     

Mata Rachel membulat sempurna. Untung ia sudah menjauhkan dirinya dari teman-temannya.     

Rachel melihat Jenny sedang berdansa dengan Delon. Meskipun Delon tidak merespon, tapi ada rasa kesal dalam hati Rachel.     

Bahkan Jenny dengan tidak tahu malunya, menyentuh dada bidang Delon. Rachel yang sudah geram langsung menghentikan video itu.     

Jemarinya beralih ke arah pesan yang dikirim Delon tadi. Mata tajam Rachel membaca teliti setiap pesan dari Delon.     

Meskipun Rachel sudah memahami arah Delon mengiyakan ajakan Jenny.     

Tapi, hatinya masih kesal melihat Delon hanya diam saja saat tangan Jenny dengan leluasa menyentuh tubuh Delon.     

Karena Rachel tidak melihat kelanjutan dari video itu.     

"Jenny, lo semakin berani melawan gue! Lihat apa yang bisa gue lakukan dengan tingkah lo yang menjijikkan itu," ancam Rachel dengan seringai tajam di bibirnya.     

Rachel dengan cepat menghubungi orang kepercayaannya untuk meminta melacak keberadaan Jenny saat ini.     

Rachel juga meminta rekaman penculikan dirinya dulu, dan rencana pembunuhan yang pernah Jenny rencanakan padanya.     

"Siapkan semuanya. Aku ingin menerima saat ini juga," perintah Rachel di ujung telpon.     

"Baik, Nona. Saya akan segera kirimkan."     

Rachel langsung mematikan panggilan itu. Baru beberapa menit Rachel menunggu, semua yang diminta sudah ia terima dengan cepat.     

"Bagus! Seharusnya aku tidak perlu melakukan ini ...,"     

"Aku masih menghormati om Tio. Tapi, perbuatan Jenny dan om, sudah di luar kendaliku," gumam Rachel sembari mengirim videonya ke semua jurnalis dan media online.     

Rachel juga mengirim potongan video saat Jenny menggoda Delon.     

Dengan langkah cepat, Rachel segera kembali ke tribun tempat duduknya tadi, hanya sekedar memanggil Nino.     

"Nino, aya ikut gue!" ajak Rachel dengan nada yang begitu menggeram kesal.     

"Chel, ada apa? Kita ikut ya!" pinta Vero dengan juga ikut merasakan atmosfer berbeda dari Rachel.     

Rachel mengangguk. Lalu dengan cepat ia melangkahkan kakinya meninggalkan Remo yang menatapnya bingung.     

"Kalo butuh bantuan hubungi gue aja, Chel!" teriak Remo ikut khawatir.     

"Bisa ae lo, Man!" Alvin menepuk bahu Remo dengan senyum mengejeknya.     

"Ini usaha gue. Emang perlu usaha besar buat naklukin macan betina," sahut Remo dengan sedikit tertawa kecil.     

Regan juga menyiapkan beberapa body guard Delon. Ia bahkan sudah di sana, melihat perkembangan dari Jenny yang ia tahu ini tidak akan mudah.     

Jenny adalah wanita nekat. Semua akan Jenny lakukan demi kepuasan dirinya. Termasuk mendapatkan Delon, hidup... atau mati.     

"Terus lihat pergerakan semua orang di sana. Gue yakin, mereka sudah menaruh sesuatu pada salah satu makanan di sana," ucap Regan pada anak buahnya untuk selalu waspada.     

"Oke Boss!" jawab mereka serentak.     

"Boss, lihat itu Antoni Hwang!" suara salah satu anak buah Regan.     

Anak buah Regan juga menunjuk ke arah seorang pria berbadan kekar dengan pengawal yang super ketat di belakangnya masuk ke dalam hotel di mana Delom juga di sana.     

"Menarik sekali. Ayo cepat kirimkan orang kita masuk ke sana," perintah Regan dengan senyum penuh arti.     

"Siap, Boss!" jawabnya.     

Di sisi lain Delon masih meladeni permintaan Jenny untuk berdansa, setelah tadi, Delon dengan tegas kembali menepis tangan Jenny yang menyentuh tubuhnya.     

"Aku semakin menyukaimu, Kak," ucap Jenny dengan senyum menggodanya.     

Delon hanya diam. Sedari tadi Delon memang banyak diam, ia tidak mau berlama-lama dengan Jenny, jika semakin menanggapi kegilaan Jenny.     

Ponsel Jenny sudah berada di tangan Delon tanpa sepengetahuan pemiliknya.     

Delon hanya menunggu Regan dan anak buahnya beraksi, karena ada hadiah istimewa darinya untuk Jenny dan Antoni.     

"Wahh... apa aku mengganggu kalian, sahabat lamaku?" Suara itu muncul tiba-tiba, hingga membuat Jenny melepaskan tangannya di atas bahu kekar Delon.     

"Antoni," panggil Delon.     

"Hem, ini aku, bagaimana kabarmu sahabat? Apa hidupmu sudah semakin sengsara?" tanya Anton dengan nada mengejek. Di tangannya sudah memegang satu cerutu yang siap ia nyalakan.     

Delon menyeringai senyum tajamnya, sembari mengulas dagu kekarnya. "Kau bisa melihat sendiri. Hidupku bahkan semakin bahagia," kata Delon yang tak kalah sengit.     

"Yaya, aku tau itu. Kamu memang selalu bahagia, dan membuang orang yang paling aku cintai," sahut Antoni dengan mengangkat garis bibirnya samar.     

"Kamu semakin dibutakan oleh cinta, Antoni. Aku sudah mengatakan sejak dulu. Dia meninggal bukan salahku. Dia meninggal karena kebodohannya sendiri," jelas Delon yang ingin membukakan mata sahabat lamanya itu kembali.     

Antoni hanya berdecak. "Bullshit!"     

"Jika dulu kamu mengatakan mencintai, Anita. Aku tidak akan berbuat baik dengannya." Delon mendudukan dirinya di depan Antoni.     

Jenny masih bingung dengan percakapan kedua pria tampan itu.     

"Jangan memutar balikkan fakta, Delon! Kamu bahkan mendengar semua keluhanku terhadap Anita," balas Antoni sembari menyesap cerutunya dalam.     

Perasaan kesal, sakit hati kepada Delon masih tergores di sana.     

"Kamu selalu tidak mengatakan siapa wanita yang kamu sukai itu. Kita bertiga adalah sahabat. Aku tidak pernah menaruh perasaan pada Anita ...,"     

"Dia yang menyalah artikan kebaikanku," lanjut kata Delon.     

Tiba-tiba seorang pelayan masuk. Membawakan dua botol minuman berkadar alkhol tinggi.     

"Permisi, Nyonya, saya membawakan pesanan anda tadi." Jenny mengangguk, lalu mengkode tangannya melambai ke udara.     

"Saya permisi," ucap pelayan sekali lagi. Namun saat pelayan itu hampir keluar dari pintu, dia mengkodekan dengan kerlingan mata ke arah Delon.     

Delon yang menyadari akan hal itu, ia langsung mengangguk samar tanpa diketahui Antoni dan Jenny.     

"Kalian berdua terlalu banyak bicara. Aku mendatangkan Tuan Antoni karena permintaan dari kekasihku, Delon," ucap Jenny sembari menuangkan minuman berwarna merah itu, pada tiga gelas berkaki.     

"Benarkah? Wah, ternyata kau tepat memilih kekasih, Delon. Nona Jenny sangat cantik dan ...," sahut Antoni sengaja menjeda kalimatnya.     

"Menarik," sambung Antoni sembari berkedip nakal ke arah Jenny.     

Delon hanya membalas dengan seringai senyumnya. Bahkan pengakuan dari Jenny sengaja tidak Delon bantah untuk melancarkan rencananya.     

"Tuan Antoni begitu memuji, mari nikmatilah," kata Jenny seraya menyerahkan gelas yang berisi minuman berwarna merah pekat itu.     

Lalu Jenny mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah Delon dengan gaya seksinya. "Kak, ayo minum," ucap Jenny yang sudah duduk di pangkuan Delon.     

"Hem. Mari minum," balas Delon dengan mengangkat gelasnya ke udara.     

Jenny tersenyum senang. Akhirnya Delon tidak lagi menolaknya. Jenny pikir dengan mendatangkan musuh Delon. Delon akhirnya menerimanya.     

Rachel sudah dalam perjalanan. Ia juga sudah mencoba menghubungi Regan. Tapi, pria berkaca mata itu tidak mengangkatnya.     

"Ah, sial!" umpat Rachel pada nomor Regan di ponselnya.     

"Sabar, Nona! Lo harus tenang," ucap Nino sembari mengendalikan setirnya.     

"Sabar-sabar, lo lihat gue udah berasap kayak gini, lo bilang suruh sabar!" celoteh Rachel kesal.     

Vero dan Sellyn hanya bisa saling menatap bingung, mereka masih tidak tahu masalah apa yang sedang dihadapi Rachel.     

"Kita mau kemana, sih?" tanya Sellyn yang ingin tahu.     

"Nyakar perempuan ular!" sahut Rachel dengan nada kesalnya.     

Tapi, sebelum Sellyn ingin menyanggah balasan Rachel. Tiba-tiba matanya melihat Delon sedang berbicara dengan Regan di pinggir jalan.     

"Itu Pak Delon sama Bang Regan di pinggir jalaan!" teriak Sellyn antusias.     

Rachel yang mendengar ucapan Sellyn langsung memutar kepalanya. Dan menatap ke arah yang ditunjuk sellyn.     

"Itu benar Kak Delon," kata Rachel pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.