HE ISN'T MYBROTHER

Ini Belum Selesai (Rachel)



Ini Belum Selesai (Rachel)

"Kamu semakin tua menjadi semakin aneh. Aku mau pulang." Rachel mengambil tas kecilnya lalu meninggalkan Delon yang masih terduduk di tepi ranjang dengan memegang ponsel Rachel. Tatapan lelaki itu masih saja tajam melihat isi pesan dari teman-teman kampus istrinya.     

Di pertengahan jalan, bibir Rachel selalu mendesah kesal melihat apa yang dilakukan Delon tadi. "Suami macam apa itu? Sikapnya melebihi mama yang selalu kepo dengan isi chatku. Apa dia masih tidak percaya dengan pernikahan ini? Kenapa harus membahas skandal ... seakan aku berniat berselingkuh dari dia."     

Sedangkan seseorang yang berada di kamar masih saja menaik-turunkan layar percakapan di dalam chat tersebut dengan menamati satu nama itu yang telah dicatat dengan begitu ketara di dalam otaknya.     

"Cih, lelaki macam apa dia yang berani menggombali istriku sampai tertawa dan mengacuhkan diriku."     

Napas Delon memburu. Ia pun langsung melesatkan jemarinya bergerak bebas menuliskan pesan ke dalam forum grup mahasiswa itu. Lalu, setelah terkirim, Delon langsung mematikan ponsel Rachel dan bergerak menyusul perempuan itu yang sudah berjalan terlebih dulu meninggalkan kamar mereka. Tempat mereka menyemi bibit dari junior Delon nantinya.     

"Sayang, aku tidak mau melihat itu lagi!" teriak Delon di belakang Rachel dengan berjalan cepat, tapi Rachel yang mendengarnya hanya memutar tubuh sebentar menatap dengan mata memicing. Kemudian, perempuan itu mengambalikan kembali tubuhnya berjalan normal hingga sampai di depan lift.     

"Terserah!"     

Delon berlari mengejar jarak di antara mereka, sehingga kini Delon bisa berdiri di samping istrinya yang merajuk dengan sikap kenak-kanakan Delon.     

"Jauh-jauh sana." Rachel mendorong tubuh kekar Delon, tapi tangan itu malah ditangkap Delon dan kini tangan mereka saling bertautan. Meski awalnya Rachel menolak. Tapi, kini sekarang penolakan itu sudah tidak lagi Delon rasakan. Namun, hanya sikap dingin Rachel yang kini membuat Delon bingung harus melakukan apa.     

TING     

Bunyi lift terbuka kosong tidak ada penumpang di dalam sana.     

Delon langsung masuk ke dalam lift diikuti dengan Rachel yang masih membuang wajah. Sedangkan Delon masih sesekali melihat perempuan yang kini berada di sampingnya. Delon menggigit pengait kaca mata hitamnya yang kini ia lepas, keningnya berkerut untuk mencari ide apa yang harus ia lakukan untuk membuat Rachel kembali berbicara padanya.     

"Sayang ... apa kamu mau makan sesuatu nanti setelah sampai ke apartemen? Aku akan memasakkan untukmu, apa pun itu. Katakan apa yang ingin kamu makan? Aku bisa memasakannya," ucap Delon yang tidak mendapatakan jawaban apa pun dari perempuan di sampingnya. Tubuh ramping itu malah semakin membelakangi Delon dengan tangan yang masih digenggam Delon erat.     

Delon tidak akan menyerah melihat penolakan Rachel. Ia akan lakukan apa pun sampai Rachel mau berbicara padanya. Hingga mulut Delon lelah pun tidak masalah, jika hasilnya Rachel tidak akan merajuk lagi.     

"Apa kamu mau berbelanja? Aku akan mengikutimu ke mana pun kamu pergi. Aku tidak akan protes lagi, bagaimana?"     

"Atau kamu mau pergi nonton, Sayang?" Lagi-lagi Rachel tetap memilih diam tanpa memperdulikan tawaran yang selalu membuat perempuan itu merengek kepada Delon untuk dituruti. Tapi, kali ini semua tawaran itu ditolak mentah-mentah. Hingga membuat Delon mengela napas panjang, mengusap kasar wajah tampannya.     

Berbagai tawaran telah Delon berikan tapi Rachel masih saja tidak mau berbicara dengannya. Ini semakin membingungkan untuk Delon yang memang tidak pernah menjalin hubungan apa pun dengan perempuan lain. Sehingga pengalaman lelaki itu begutu sedikit tidak seperti lelaki lain di luaran sana.     

Maka, dari itu Delon begitu takut, jikaRachel lebih menyukai pesona lelaki muda di luaran sana yang lebih bisa membuat perempuan itu tersenyum tulus dengan begitu sumringah tanpa beban.     

"Sayang apa kita berlibu ...." Belum sempat kalimat Delon tersampaikan. Tiba-tiba pintu terbuka dan sudah sampai di lantai paling akhir, yaitu loby hotel.     

Kedua mata Delon disajikan beberapa barisan karyawan hotel yang menyambut kedatangan Delon dan Rachel dengan begitu sopan dan hormat. Bahkan membuat Rachel harus mengernyitkan dahi, dengan kedua mata yang menyipit meski di balik kaca mata hitamnya.     

Delon berdehem untuk memudarkan keterkejutan suasana ini, begitupula Rachel yang tiba-tiba memutar kepala ke arah Delon. Setelah ini, Delon akan langsung membuat perhitungan dengan asisten pribadinya yang sudah membuat Rachel kebingungan dan hampir curiga dengan semua sambutan ini kepada perempuan berkaca mata hitam itu.     

Apa ini tidak terlalu berlebihan? Hotel di luar negeri pun tidak seperti ini cara penyambutannya. Kenapa mereka jadi memusatkan perhatian padaku dan Kak Delon? Tanya batin Rachel masih terheran dengan apa yang ia lihat sekarang.     

"Ada apa? apa semua tamu hotrel diperlakukan sesopan ini?" gumam Rachel saat kakinya mulai melangkah keluar diiringi Delon yang masih berada di sampingnya. Gumaman Rachel atas keherannya juga dapat didengar jelas oleh Delon, sehingga membuat lelaki itu menggeram kesal dengan hasil kerja Regan.     

Bagaimana bisa Regan seceroboh ini? Batin Delon mendesah kesal dengan memijat keras tulang hidung mancungnya.     

Salah satu wanita tiga puluh tahunan bertinggi sekitar seratus tujuh puluh lebih setara dengan Rachel itu mengulas senyum ramahnya seiring dengan jarak Delon dan Rachel yang mendekat ke arahnya.     

"Selamat siang, Tuan dan Nyonya Jeeicho. Kami harap Tuan dan Nyonya merasa puas akan pelayanan hotel ini," ucap salah satu manager hotel yang sudah berdiri paling depan menyambut kedua pasangan pemilik hotel tersebut.     

Jeeicho? Dari mana wanita ini tahu nama belakang Kak Delon? Apa dia harus menyangkutkan nama belakang, jika ingin mengiring kepulangan tamu mereka? Batin Rachel semakin bingung dan tak paham dengan cara kerja mereka.     

Rachel membalas dengan mengangguk berat saat melihat beberapa barisan para pelayan hotel yang begitu banyak berkumpul seakan sedang menyambut pemilik dari hotel berbintang ini.     

Tapi, dengan cepat perempuan itu menoleh ke arah Delon setelah mengkode kibasan tangan di udara kepada beberapa barisan pelayan hotel itu untuk bubar saat Rachel sedang sibuk memperhatikan mereka. Tapi, sayangnya apa yang sudah dikodekan Delon, mereka semua tidak dapat memahami sesuai dengan perintah Delon tersebut.     

"Ada apa ini, Kak? Kamu nggak ngerasa aneh?" tanya Rachel dengan suara berbisik memberitahu Delon yang sudah menaikkan kedua alis menatap beberapa barisan pelayan itu sekali lagi dengan menggeram kesal.     

"Aneh 'kan? Di mana ada hotel yang menyambut pelanggan hotelnya seperti ini. Pegawai di sini semua juga berkumpul, hanya untuk menyambut satu tamu hotel? Itu benar-benar tidak masuk akal." Lanjut Rachel yang memang begitu aneh dengan suasana hotel yang pernah ia pujia begitu cantik dan bergaya Eropa bersampur kentalnya adat Indonesia.     

Delon menarik tangan Rachel yang ia genggam tadi, lalu memindah tangan kekar itu di pinggang ramping Rachel.     

"Tidak masalah. Yang terpenting kamu sudah tidak lagi marah padaku."     

Rachel menoleh ke arah lelaki tampan yang kini memeluk pinganggnya begitu posessif di hadapan para tamu hotel lain dan para kayawan lainnya juga.     

"Kata siapa? Di apartemen kita lanjutkan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.