HE ISN'T MYBROTHER

Aku Masih Sakit Hati Dan Itu Masih Karenamu



Aku Masih Sakit Hati Dan Itu Masih Karenamu

0"Tidak, Dok. Apa yang Anda katakan itu benar? Di sana ada dua detak jantung ... berarti ...." Dokter tersebut mengangguk membenarkan praduga yang sudah begitu terlihat nyata dalam ilmu kedokterannya.     
0

"Benar, Tuan. Kemungkinan pada awal kehamilan kadang janin memang tidak terdeteksi. Tapi, usia kandungan Nyonya Rachel sudah semakin menguat. Dan saudaranya ingin mamanya tahu, jika di sana mereka berdua," jelasnya sekali dan hal itu semakin membuat Delon tak kuasa menahan haru.     

Begitu pun Rachel yang sudah mengelus perutnya yang semakin terlihat membuncit. Air mata perempuan itu sudah tidak bisa lagi terbendung. Sungguh, ini aalah kado terindah yang Tuhan berikan kepada dirinya dan Delon seetelah jalan sulit yang mereka lalui bersama.     

"Selamat Tuan ... Nyonya. Keluarga Anda akan semakin ramai dengan dua tangisan sekaligus," tambah sang dokter yang juga berpamit untuk pergi besama dengan manajer hotel tersebut uang terlihat ikut terharu sebagai seorang wanita.     

Delon tak henti-hentinya menciumi wajah basah istrinya karena sudah banjir terlebih dulu oleh air mata kebahagian itu. Hingga membuat Delon baru mengehentikan aksinya saat perempuan itu merengek meminta lelaki itu menghentikan aksinya karena Rachel merasa geli dengan bibir suaminya.     

Sekarang di kamar hanya ada mereka berdua. Dan Delon masih saja menatap lekat wajah istrinya yang begitu bahagia setelah jeritan kesakitan yang membuat nyawa seorang Delon hampir saja terlepas.     

"Pantas saja ..." gumam Rachel seraya melirik ke arah perutnya. Dan kalimat yang baru keluar dari mulut perempuan itu membuat Delon menautkan kedua alisnya.     

"Pantas apa, Sayang? Aku sungguh tidak percaya kita akan mempunyai mereka langsung," sahut Delon yang sudah sedaritadi mengelus perut istrinya agar kedua anaknya merasa tenang di sana.     

"Selera makanku. Mereka selalu membuatku seperti raksasa, Kak. Aku selalu lapar setiap saat. Dan ternyata di sana ada dua orang. Aku bahagia sekali," timpal Rachel yang langsung mengarahkan pandangan ke arah suaminya yang sedaritadi tidak lepas dari senyum tampannya.     

Delon terbahak mendengar jawaban Rachel. Kini rahang keduanya menempel untuk merasakan kebahagian yang tidak pernah bisa terlukiskan untuk calon orang tua baru seperti Delon dan Rachel.     

"Apa sekarang istri atau kedua anakku sudah lapar lagi?" tanya Delon menggoda. Rachel langsung mencubit rahang Delon dengan gemas lalu memiringkan tubuhnya untuk masuk ke dalam pelukan suaminya.     

"Apa kamu tahu, Kak ... dia mengatakan apa."     

Delo yang mengelus lembut punggung istrinya mulai kembali mengkerutkan keningnya mendengarkan pertanyaan Rachel yang membuatnya bingung. Maksud istrinya 'dia' itu siapa?     

"Siapa yang kamu maksud? Apa lelaki asing itu?" Rachel menggeleng dengan tangan yang sudah memeluk punggung Delon dengan erat.     

"Lalu, dia siapa yang kamu maksud? Apa masih terasa sakit, Sayang?" tanya Delon yang tiba-tiba cemas. Ia takut jika Rachel akan menahan rasa sakit itu tanpa memberitahunya.     

"Nggak sakit. Tapi, gadis itu mengatakan aku terlalu manja dan seperti anak kecil. Dan sifatku membuatmu dalam masalah selalu. Seperti tadi ... apa itu benar, Kak? Aku mulai sekarang tidak akan lagi meminta apapun kepadamu. Tapi, kumohon jangan tinggalkan aku dan calon anak kita," ucap Rachel panjang lebar yang mulai menangis kembali.     

Apa yang dikatakan gadis itu sepertinya memang benar. Sesuai dengan apa yang dikatakan Delon tadi pagi. Dirinya seperti seperti seorang 'balita' yang selalu merengek tanpa tahu alasannya apa.     

Delon mengurai peluakannya. Memaksa untuk membingkai wajah Rachel mengarahkan kepada dirinya.     

Lelaki.itu juga merasa sakit saat mengingat perkataannya begitu kasar terhadap Rachel saat kesabarannya telah menepis dengan kondisi tubuh yang sudah lelah juga. Jika, Delon bisa memutar waktu. Ia tidak akan mengatakan hal yang mampu membuat istrinya begitu terluka hingga detik ini.     

"Itu memang kesalahanku, Sayang. Kumohon maafkan aku. Jangan berkata seperti itu. Aku tidak mau mendengar! Kamu harus meminta apapun padaku ... hanya padaku! Apa kamu dengar, Sayang?" Delon memaksa kedua bola mata coklat itu menatapnya dalam.     

Rachel menatap dengan deraian air mata yang kembali turun. Perasaannya semakin berambah sensitif saat kehamilan. Dan perkataan Delon memamng melukai hatinya. Ia tidak akan memungkiri hal itu.     

"Hatiku sakit, Kak. Hikss... kenapa kamu tidak bisa bersabar dengan sifatku. Kamu membuatku terluka. Tapi, aku sangat mencintaimu." Isak tangis Rachel semakin terdengar menyakitkan. Seluruh tubuhnya bergetar, jika mengingat perkataan perempuan itu dan juga perkataan Delon.     

Mereka berdua sama-sama mengatakan Rachel begitu manja dan sangat merepotkan. Sebenarnya, ia juga tidak mau seperti ini. Tapi, apa yang bisa dirinya buat? Rachel hanya bisa menangis dan menangis seperti ini.     

"Sayang, aku selalu bersabar denganmu. Selalu dan selalu ... Kumohon jangan ingat perkataanku yang begitu menyakitimu ..."     

"Jika, aku bisa kembali ke awaktu itu, aku tidak akan pernah mengatakannya. Aku juga sangat sangat mencintaimu. Aku sungguh rela memberikan nyawaku pada kalian," ujar Delon yang ingin meyakinkan istrinya jika dirinya sangat menyesali masa itu.     

Delon mencium kedua kelopak mata Rachel, lalu turun perlahan di kedua pipi basahmya hingga sampai di bibir merah tipis lembut itu.     

Delon memagut dengan penuh perasaan tidak ada hasrat menggebu di sana. Ia hanya ingin istrinya merasakan ketulusan hatinya yang benar-benar menyesali perkataan tadi pagi.     

Rachel sekali lagi terhanyut dalam sentuhan yang diberikan Delon padanya. Permainan bibir yang selalu membuat Rachel berkali-kali jatuh cinta pada sosok yang dulu mengurusnya hingga berkali-kali menangis. Namun, Delon terus saja menggendongnya tanpa rasa lelah.     

Dan kenangan-kenangan itu membuat Rachel mengulas senyumnya di sela bibirnya yang membalas pagutan dari Delon.     

Delon sudah bisa merasakan ketenang dari istrinya, ia menghentikan pagutan itu lalu mengakhiri dengan kecupan dalam penuh rasa cinta untuk sang istri.     

"Apa tanganmu tidak sakit, Sayang?" Rachel mengernyitkan keningnya saat buku tangan kirinya dibuka Delon lalu ia merasa benda basah itu mengecup beberapa kali di buku tangannya.     

"Kenapa harus sakit? Aku tidak terjatuh," balas Rachel apa adanya. Dia lupa kejadian tadi yang begitu menguras tenaganya.     

"Menampar lelaki tadi? Pasti kamu kelelahan, bukan? Kasihan sekali istriku." Lelaki itu memasukkan kembali kepala Rachel di depan jakunnya.     

"Aku nggak mau disentuh siapa pun, kecuali suamiku. Kenapa dia begitu menyentuhku. Bahkan tubuhku saja menolak dengan menamparnya, tapi dia terlihat tidak membenciku, Kak. Apa yang dia pikirkan sebenarnya?" tanya perempuan itu yang sudah mendongak ke atas meminta jawaban dari suaminya.     

"Aku jelas menamparnya deengan seperti ini ...." Lanjutnya dengan menjelaskan gerakkan tangannya uang begitu keras dan pastinya sangat sakit. "Tapi, dia seakan selalu mengatakan 'aku menyukaimu' padaku. Tatapan mata itu mirip dengan kak As—"     

"Berhenti, membicarakan lelaki lain. Sudah ada dua body guard kecilku di dalam sana. Kamu jangan macam-macam, ya, Mama."     

Hahaha.     

"Hahaha. Hentikan, Kak! Aku kegeliann! Ampunnn!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.