HE ISN'T MYBROTHER

Apakah Itu Keponakan Anda?



Apakah Itu Keponakan Anda?

0Hembusan napas terdengar kasar. Kepala sedikit menaik untuk melihat jarum jam sekarang bergerak di angka berapa.     
0

Jangan lupakan suara cekikkan yang menguar sampai di luar kamar, dan hal tersebut semakin membuat Rachel mengembuskan napas berat.     

"Udah mandinya? Ini sudah hampir yang tujuh. Kalian mau mandi apa sekolah?!" teriak Rachel kencang. Tangan itu masih bergerak untuk menata baju sekolah kedua anaknya.     

Namun, pikiran Rachel masih terfokus pada ingatan tadi malam Delon menceritakan segala telah lelaki itu lewati. Hingga kepercayaannya yang meragu pada Anin.     

Rachel masih tidak percaya jika Anin bisa memanfaatkan keadaan untuk mengambil harta milik Antonu dan menggantinya dengan restu yang telah dikeluarkan untuk hubungan Antoni dan Anita.     

Melihat Anin yang begitu baik berbeda dengan Anita membuat ketidak yakinan Rachel semakin membulat. Tapi, ia juga tidak pernah meragukan apa yang telah dikatakan Delon memang benar adanya.     

Suara tawa melengking dari sang putra membuat Rachel mengerjap. Ia lupa jika dirinya masih harus mengurus kedua anaknya yang masih asik di kamar mandi dengan Delon untuk pertama kalinya setelah sekian lama lelaki itu selalu sibuk dengan urusan kantor.     

"Nefaa, jangan gitu! Basah semua kaan!?"     

Suara tambahan itu semakin membuat Rachel menoleh tajam ke arah pintu kamar mandi yang masih terbuka.     

"Mereka sepertinya memang ingin mandi tanpa mau sekolah," gumam Rachel seraya mengayun langkah ke arah di mana manik matanya mengarahkan.     

"Dibilangin nanti basah lagi masih nggak percaya," Ulang Nefa yang menirukan suara dan gerak bibir Nathan dengan gayanya yang mengejek.     

Dan hal tersebut sontak membuat Delon terpingkal melihat gaya gadis kecilnya seraya mengekorkan tubuh bagian belakangnya ke arah Nathan.     

"Daasar bebek!" sahut Nathan yang kesal suaranya ditiru sang adik.     

"Bebek cantik. Iya 'kan Pa?" balas Nefa mengarahkan pandang ke arah Delon untuk mendukung jawaban gadis kecil itu.     

Delon mengguyur kembali tubuh sang putri kecil, karena mendapati sisa busa sabun masih menempel di sana.     

"Hahaha... lihat Papa nggak bilang 'iya' dasar bebek!" Ejek Nathan lagi membuat bibir kecil Nefa mengerucut.     

"Nefa nggak Bebek! Nefa tuh can—"     

"Cantik lagi kalau cepetan mandinya. Kalian mandi kayak apa sih? Ini udah lebih dari dua jam. Mama kalau mandi nggak kayak kalian tuh," celoteh Rachel yang telah berada di ambang pintu.     

Seluruh tatapan menatap bulat pada tubuh yang sudah berbalut baju kantor rapi dengan rambut terkuncir kuda. Ludah mereka terteguk sulit.     

Sorot Mama mereka begitu berkilat. Seperti sedang mengultimatum mereka yang tak kunjung menyelesaikan main berkedok mandi.     

"Mama galak banget pagi ini," ucap Nefa dengan mengulas senyum sumringah.     

Rachel yang mendengar perkataan putrinya kembali membulatkan mata lebar. Bukannya gadis kecil itu takut, justru seperti sedang menggoda Rachel.     

"Udah galak seperti ini, tapi kalian masih mau telat sekolah. Ayo cepetan! Kita nanti terlambat, dan kalian akan dihukum bu guru," titah perempuan cantik itu lagi.     

Delon membawa tubuh kedua anaknya yang telah berbalut handuk ke dalam gendongannya. Tubuh kekar berbalut handuk kecil mengikat pinggang kekar itu berbalik. Senyum lebar sekarang ditampilkan oleh lelaki tampan tersebut.     

"I love you, Sayang. Kamu cantik sekali pagi ini," rayu Delon sebelum telinganya memerah karena omelan sang istri.     

Rachel menaikkan kedua alis dengan tangan yang telah berada di pinggang mendengar pujian suaminya. Mungkin hanya Rachel lah satu-satunya wanita yang dipuji oleh lelaki setampan Delon yang justru dibalas dengan tatapan kesal.     

"Aku nggak mempan, Suami Tersayangku. Cepetan ganti baju. Dan bawaamu itu letakkan saja di atas tempat tidur." Rachel berjalan lebih dulu dari Delon yang masih berhenti di ambang pintu dengan rambut hitamnya yang basah.     

"Heran banget. Baru enam tahun, tapi mandinya udah kayak artis papan atas." Lanjut ocehan Rachel yang mampu terdengar oleh Delon.     

Delon terkekeh geli. Ia sudaha lama tidak mendengar istrinya menggrutu kesal. Karena sejak kelumpuhan yang Rachel alami. Perempuan cantik itu hanya bisa menangis dan bersedih saat dirinya memandikan kedua anaknya.     

"Mama kita sudah kembali lagi. Apa kalian senang?" bisik Delon yang dijawab kedua anaknya dengan serentak.     

"Senang, Papa! Nefa nggak suka lihat Mama nangis terus."     

"Nathan juga senang! Nathan lebih suka Mama marah-marah daripada diam dan sedih," tanggap Nathan menambahi jawaban adiknya.     

Delon mengecup kening Nathan dan Nefa. Semoga kebahagiaan mereka tidak akan terpecah lagi dengan berbagai masalah yang datang nantinya.     

Lelaki tampan itu datang ke arah di mana istrinya berada. Wajah garang itu telah melunak tak seperti tadi.     

"Nathan nanti jangan nakal di sekolah. Jangan buat nangis lagi murid cewek. Jadi, murid pintar bukan berarti sombong, mengerti?" ucap Rachel pada sang putra seraya membantu memakaikan seragam sekolah yang kini telah menempel pada tubuh kecil Nathan.     

Senyum dan anggukkan membuat lengkung garis di bibir Rachel terbit.     

"Okay, Mama!" jawabnya.     

Kini pandangan Rachel tertuju pada sosok yang tadi berdiri berdiri di samping sang putra telah menghilang. Dan suara bergetar mengusik gendang telinganya.     

"Nefa, sedang apa kamu?" tanya Rachel seraya mengerutkan kening. Ia melihat putrinya meringkuk kecil dengan tubuh bergetar di atas tempat tidur.     

"Mama, dingin," rengek Nefa yang sontak membuat Rachel dan Nathan tertawa kecil.     

"Suruh siapa mandi lama? Ayo bangun dulu, nanti tidak dingin lagi. Mama janji," ujar Rachel membujuk sang putri.     

Jarum jam sudah menunjukkan waktu yang begitu mepet untuk jam sekolah Nathan dan Nefa. Begitupula dengan jadwal kantor Rachel yang begitu padat karena ada beberapa meeting di luar yang harus ia handle setelah mengantar kedua anakanya ke sekolah.     

Perjalanan mobil mereka baru melaju setengah perjalanan. Delon tidak ambil pusing dengan waktu yang selalu diributkan istrinya.     

Memang siapa yang berani memarahi istrinya meski posisi Rachel berada di bawah mereka?     

Begitu pula dengan Nathan dan Nefa yang justru tertawa terpingkal guyonan yang tengah mereka mainkan untuk menghabiskan waktu di dalam mobil.     

Tidak menunggu lama laju mobil mewah Delon semakin pelan. Hingga benar-benar berhenti di tempat.     

"Kamu ambil Nefa, aku gendong Nathan," ucap Delon yang sedikit tergesa mengingat hari Senin adalah hari di mana sekolah kedua anak mereka selalu mengadakan upacara bendera rutin.     

Rachel mengangguk tanpa mengatakan apa pun. Delon dan Rachel bagaikan sepasang suami istri yang selalu diidolakan oleh banyak orang di luaran sana. Melihat kekompakan ini tak akan ada yang berani untuk menggoda satu di antara mereka.     

"Ingat Nefa jangan makan sembarangan. Makan yang dibuatkan bi Rina. Selalu menurut apa yang dikatakan Bu gur—"     

"Bu Rachel? Apakah Anda memang Bu Rachel?" tanya seseorang lelaki tampan seraya menggandeng bocah laki-laki seumuran Nathan.     

Rachel menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah suaminya dan kembali menatap seseorang yang begitu asing di pantulan manik matanya.     

"Saya klien yang Anda tangani beberapa bulan yang lalu. Saya tidak menyangka sudah bisa berjalan lagi," ungkapnya yang membuat senyum canggung Rachel terbentuk.     

"Terima kasih, Pak," balas Rachel.     

Lelaki itu mengangguk dengan senyum yang belum juga pudar dari sana.     

"Apa Anda ke sini untuk mengantarkan keponakan Anda yang cantik ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.