Anak Angkat

Wajah Yang Sumringah



Wajah Yang Sumringah

0"Iya, Kak, aku siap menikah dengan, Kak Satria," ucap Mesya.     
0

Sedikit syok Satria mendengar jawaban dari Mesya.     

"Sungguh?"     

"Iya, aku siap menikah dengan, Kak Satria,"     

"Tapi kamu itu masih sekolah, Mesya?"     

"Ya, aku tahu, tapi aku tidak perduli!"     

"Mesya, kau ...." Satria memandang Mesya dengan tatapan heran sekaligus bahagia, "terima kasih, Mesya!" Satria segera memeluk Mesya. Dia begitu terharu dengan jawaban Mesya, dan dia benar-benar merasa beruntung karna sudah bertemu dengan Mesya, seorang gadis cantik yang dengan tulus mencintainya.     

Tapi Mesya merasa sangat bersalah, karna sudah menipu Satria. Selama ini Satria mengira jika Mesya benar-benar tulus mencintainya, padahal Mesya hanya berpura-pura. Dan ini semua demi keluarganya. Tentu saja hal ini menjadi beban bagi Mesya.     

"Mesya, aku akan segera membicarakan ini kepada Ayahku, dan aku harap kau juga bisa memberi tahu kepada orang tuamu," ucap Satria.     

"Iya, Kak, aku akan segera memberitahu orang tuaku, bahwa aku akan menikah dengan, Kak Satria," ucap Mesya.     

"Tapi ...." Satria tampak sedikit ragu.     

"Tapi kenapa, Kak?"     

"Tapi bagaimana kalau sampai kedua orang tuamu tidak menyetujui hubungan kita?"     

"Ah, soal itu aku akan membicarakan pelan-pelan, dan aku yakin mereka pasti akan menyetujui hubungan kita," jawab Mesya.     

"Aku tahu jika orang tuamu pasti akan setuju kepadamu,  karna mereka takut kepada Ayahku. Dan jujur aku sangat kasihan kepada mereka, karna harus menuruti kehendak Ayahku," tukas Satria.     

Mesya termenung sesat.     

'Bahkan, Kak Satria, masih memikirkan nasib kedua orang tuaku, sementara aku sedang membantu mereka dengan cara bersandiwara seperti ini,' batin Mesya.     

***     

Di kediaman Davies.     

Kini Arumi dan Charles, sedang duduk di ruang tamu. Mereka tengah mengobrol bersama dengan Selena. Dan kebetulan pula Arthur juga baru saja pulang.     

"Hay, rupanya sedang ada tamu ya?" tukas Arthur sambil tersenyum ramah, "apakah dia itu calon kakak iparku?"     

Arumi menanggapi pertanyaan Arthur dengan senyuman ramah.     

"Benar, Arthur, dia adalah calon kakak iparmu,"  jawab Arumi.     

Arthur pun berjalan mendekati dan segera berkenalan dengan Selena.     

"Hay, perkenalkan nama saya Arthur, saya adik kandungnya,  David," ucap Arthur seraya menyodorkan tangan kearah Selena.     

"Halo, aku Selena, senang sekali  bisa bertemu denganmu," sahut Selena seraya menyambut tangan Arthur.     

"Wah, ternyata calon kakak iparku  cantik juga ya?" Arthur memujinya.     

Selena tersipu malu.     

"Ah, kau juga sangat tampan, Arthur, wajahmu hampir mirip dengan David, kalian memiliki wajah yang sama-sama tampan," puji Selena.     

"Ah, kau ini bisa saja Kakak Ipar! Eh... Ngomong-ngomong dimana, Kak David?" tanya Arthur.     

"Ah, David, masih ada di kamarnya, sepertinya dia sedang mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Selena," jawab Charles sambil tersenyum menggoda.     

"Wah, Kak David, benar-benar pria yang sangat beruntung," puji Arthur.     

Lalu Selena menanggapi ucapan Arthur itu.     

"Suatu hari nanti kau juga akan mendapat wanita yang baik untukmu, Arthur," ujar Selena.     

"Terima kasihan, Calon Kaka Ipar," ujar Arthur.     

Dan tak berselang lama David pun turun dari lantai astas, untuk menemui Selena, karna sejak tadi memang Charles sudah memanggilnya. Hanya saja karna malas menemui Selena, David memberi alasan untuk mempersiapkan diri  bertemu dengan Selena. Padahal selama berada di dalam kamarnya, dia tak melakukan apa pun. Hanya karna  takut sang ayah akan marah kepadanya, akhirnya David pun turun untuk menemukan gadis ini.     

"Wah, itu dia yang kita tunggu-tunggu!" Arumi tampak antusias menyambut David.     

Hati Selena berbunga-bunga melihat ke datang David. Tak pernah jemu dia memandang wajah David yang teramat tampan.     

"David, ayo duduk kita akan membicarakan hal yang serius tentang hubunganmu dan Selena," ujar Arumi.     

David duduk dengan ekspresi yang tak berubah, selalu saja kaku.     

"David, kami sudah bersepakat untuk melamar Selena, minggu depan, bagaimana menurutmu, Nak?" tanya  Charles.     

"Terserah kalian saja," jawab David dengan pasrah.     

"Cobalah untuk tersenyum, Nak, ini demi kebahagiaanmu," ujar Charles.     

David menarik satu ujung alisnya dengan sinis.     

'Kebahagiaan kata mereka? Sejak kapan mereka mempedulikan kebahgiaanku?' bicara David di dalam hati.     

Lalu David tersenyum paksa, setelah itu dia kembali berekspresi datar.     

David ingin agar semua ini cepat berakhir, dan mengharapkan kehidupan bebas seperti yang diharapankan oleh Mesya.     

Meski dia sendiri tidak tahu, keluarganya akan menang atau akan kalah. Setidaknyan dia sudah berjuang.     

***     

Suasana cerah mengawali langkah kaki di pagi hari.     

Mesya dan Romi berjalan melewati koridor sekolah.     

Mereka berpapasan dengan Bu Ratu.     

"Hay, Mesya," sapa Bu Ratu.     

"Hay juga, Bu Ratu, selamatan pagi," sahut Mesya.     

"Pagi, di mana, Kakakmu? Dia belum sampai ya?"     

"Ah, saya tidak tahu, Bu Ratu, karna saya tadi tidak pergi ke sekolah bersama, Kak Arthur,"     

"Ow, begitu ya? Baiklah aku akan menunggunya di depan gerbang?" tukas  Ratu dengan penuh antuas.     

Begitu Ratu menjauh, Romi mulai mengungkapkan unek-uneknya kepada Mesya.     

"Hey, Mesya, menurutmu, Bu Ratu itu orangnya seperti apa?"     

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"     

"Ya aku memberi tahu pendapatku saja, apa sama denganmu atau tidak. Karna kalau menurut pandanganku, Bu Ratu itu orang yang pilih kasih," ujar Romi.     

"Kenapa kau berbicara begitu?"     

"Ya, aku berbicara begini menurut apa yang aku lihat saja. Buktinya dia tadi lewat di depan kita tapi hanya kau yang ditegur olehnya?"     

"Yah... mungkin itu hanya kebetulan saja, Romi,"     

"Ah, aku rasa tidak, Mesya. Karna sudah berkali-kali melakukan ini kepadaku, dan kepada siswa lain. Bu Ratu  itu hanya ramah kepada orang tertentu, salah satunya kau, karna kau adalah anak dari pemilik sekolah ini," jelas Romi.     

"Begitu ya?" Mesya mengernyitkan dahinya, dan terlihat ada keraguan dari wajahnya.     

"Romi, kalau soal itu aku tidak memerhatikanya. Lagi pula aku sudah terbiasa bertemu orang yang hanya pura-pura baik kepadaku," ujar Mesya, "justeru yang membuatku merasa heran dengan Bu Ratu adalah penampilan dan gelagatnya hari ini," ujar Mesya.     

"Gelagatnya?" Romi tampak heran, dan Mesya mengangguk.     

"Iya, kau lihat gelagatnya, 'kan? Dia itu sangat aneh! Tak biasanya dia merias wajahnya sampai seheboh itu, dan dari raut wajahnya pun dia juga terlihat sedang bahagia, seperti orang yang sedang jatuh cinta," pungkas Mesya.     

"Bahkan kau sampai memperhatikan wanita itu sejauh ini. Aku malah tidak menyadarinya, Mesya!"     

"Yah,  kau, 'kan belum pernah jatuh cinta, Romi!" cerca Mesya.     

"Haha  kau benar, Mesya. Tapi kalau menurut tebakanku, Bu Ratu itu suka dengan, Kak Arthur," ujar Romi.     

"Ah, kau yakin, Romi? Tapi bagaimana kau bisa tahu?" tanya Mesya.     

"Ya, seperti yang kita lihat tadi, dia begitu sumringah saat berbicara tentang Kak Arthur," jawab Romi.     

"Ah, begitu ya?" Mesya bertopang dagu.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.