Anak Angkat

Bertemu Dengan Bunda Lia



Bertemu Dengan Bunda Lia

0"Kak Marry, dia siapa?" tanya Mesya kepada Marry.     
0

"Kau tidak mengenalinya, Mesya?" tanya Marry.     

Mesya menggelengkan kepalanya, "Tidak, Kak," jawab Mesya.     

Marry tersenyum menatap Mesya, seraya memegang bagian pundak Mesya.     

"Dia adalah orang yang sangat kau rindukan, Mesya," ucap Marry.     

Mesya terdiam sesaat memandangi wanita yang duduk lemah di hadapannya.     

Wajahnya memang sangat asing, tapi kedua sorot matanya terasa tidak asing bagi Mesya.     

"Masya, Bunda merindukanmu, Nak," ucap Bunda Lia dengan raut yang memelas.     

Mendengar suara yang juga tidak asing di tinganya, membuat kedua mata Mesya langsung berkaca, bibirnya bergetar seakan tak bisa berkata-kata lagi.     

"Bunda Lia!" teriak Mesya sambil berlari dan memeluk wanita yang paling ia rindukan itu.     

"Bagimana kabar, Bunda, Mesya rindu Bunda ...." Mesya membenamkan wajahnya dalam pelukan hangat Bunda Lia.     

Ini adalah pelukan hangat yang benar-benar ia nantikan.     

Suasana ruang itu begitu haru, Romi juga turut memeluk Lia.     

"Bunda, apa masih ingat kepadaku?" tanya Romi dengan wajah yang memelas.     

Lia mengabaikan Mesya sesaat dan dia beralih menatap Romi.     

"Kamu ...." Lia menunjuk kearah Romi sambil tersenyum, "kenapa kamu kurus sekali?" tanya Lia. Tapi nampaknya wanita itu masih ragu, jika anak lelaki yang ada di hadapannya ini adalah Romi, karna terlihat sangat berbeda, dulu Romi adalah anak yang bertubuh tambun dan sekarang tubuhnya menjadi kurus, wajah Romi pun juga terlihat lebih dewasa, berbeda dengan Romi yang dulu terkesan imut.     

"Bunda Lia, tidak usah ragu, aku ini memang Romi!" tegas Romi.     

Lia, melebarkan senyumnya.     

"Astaga! Dia langsung meraih pundak Romi dan memeluknya bersama-sama dengan Mesya.     

"Bunda, sangat bahagia, akhirnya Bunda bisa bertemu dengan anak-anak Bunda," Ana Amelia menangis sesenggukan.     

Ini seperti mimpi baginya, karna bisa bertemu dengan Mesya serta Romi.     

Dia pikir selamanya tidak akan bisa melihat mereka lagi, tapi ternyata takdir berkata lain, karna Tuhan masih mempertemukan mereka.     

David dan Marry, turut bahagia melihat pertemuan mereka.     

Bahkan Marry juga ikut menangis karna terharu. Dia senang melihat Lia yang kembali tersenyum. Senyuman yang hampir tak pernah ia lihat semenjak ditinggal oleh sang suami.     

Setelah itu Marry dan David memutuskan untuk keluar dari dalam kamar Lia, mereka tidak mau mengganggu waktu berharga bagi, Mesya, Romi dan juga Lia.     

Dan tak berselang lama Romi juga keluar dari dalam kamar itu, kini tinggalah Mesya dan Lia yang masih mengobrol berdua.     

"Bunda, maafkan aku, ya ...." Ucap Mesya.     

"Maaf, untuk apa?" tanya Lia.     

"Gara-gara aku kehidupan, Bunda menjadi sulit. Aku tahu jika kebakaran itu bukan karna kecelakaan, tapi karna disengaja," ujar Mesya.     

"Darimana kau tahu hal itu?" tanya Lia.     

"Aku sudah tahu semuanya, Bunda. Itu adalah ulah keluargaku. Dan maafkan aku pula yang tidak bisa menolong kalian," tukas Mesya dengan raut wajah yang penuh dengan penyesalan.     

"Sudah, jangan pikirkan itu. Justru Bunda yang merasa bersalah kepadamu, Mesya. Harusnya Bunda dulu tidak membiarkanmu ikut dengan keluar itu," tukas Lia dengan kedua netra yang kembali berkaca.     

"Kenapa, Bunda, berbicara seperti itu?" Mesya memegang pundak wanita itu dengan kedua mata yang membulat.     

Lia seakan sulit untuk menjelaskan semuanya kepada, Mesya. Tangisnya sesenggukan, lalu Mesya meraih segelas air yang ada di meja kamar itu, lalu Mesya memberikannya kepada Lia, agar bisa lebih tenang.     

"Ayo diminum dulu, Bunda," Mesya menyodorkan gelas itu kepada Lia.     

"Terima kasih, Mesya," Lia meraih gelas itu dan segera memimumnya.     

Setelah merasa sedikit tenang, Lia menceritakan segalanya kepada Mesya, tentang kejadian sebelum kebakaran yang menghabiskan panti asuhan.     

Dia sempat meminta izin kepada Arumi untuk bertemu dengan Mesya, karna waktu itu dia sangat merindukan Masya, begitu pula dengan Romi dan kawan-kawan Mesya di panti.     

Tapi keluarga Davies selalu saja menghalangi-halanaginya untuk bertemu. Dan selalu saja ada alasan untuk tidak bisa mempertemukan Mesya dengan Lia dan yang lainnya. Padahal saat itu keluarga Davies selalu mendatangi panti dan memberikan santunan kepada para anak yatim di setiap bulannya. Tapi anehnya, tak sekalipun mereka membawa Mesya untuk datang ke panti.     

Lia terpaksa memberanikan diri untuk memaksa Arumi agar mempertemukannya dengan Mesya. Tapi dari situ mulai muncul kejanggalan. Sifat Arumi yang bisanya terlihat sangat lembut berubah menjadi sangat kasar, bahkan dia sampai menampar Lia, karna saking geramnya mendengar rengekan Lia yang meminta untuk bertemu dengan Mesya.     

"Dengar ya, Lia! Mesya itu sekarang sudah menjadi putri kami, dan kami juga sudah mengadopsinya dengan sah! Jadi tolong jangan mengganggunya lagi!" tegas Arumi dengan nada yang tinggi.     

"Tapi, Bu Arumi, saya mohon pertemukan dengan kami sebentar saja ...," pinta Lia memohon.     

"Tidak bisa! Kalau aku bilang tidak bisa ya tidak bisa! Kau dengarkan?!" cantas Arumi.     

"Tapi kenapa, Bu? Bukankan dulu, Bu Arumi, pernah bilang kepada Mesya, bahwa dia boleh menengok kami kapan pun dia mau, dan lagi pula, saat ini anak-anak saya itu sedang betsedih, mereka itu benar-benar sangat merindukan Mesya," tutur Lia yang sampai mengiba di hadapan Arumi.     

"Maaf, Lia. Selamanya kamu dan anak-anak asuhanmu tidak akan bisa bertemu dengan Mesya," ujar Arumi. Tapi kali ini nada bicaranya sangat pelan dan seolah emosinya sudah reda.     

"Bu, kalau Anda melarang Mesya untuk bertemu kami begini, membuat saya yakin jika Anda, sudah mengekang, Mesya. Bahkan Bu Arumi, juga sudah berani menampar wajah saya di sini, dan itu menandakn jika Bu Arumi sebenarnya orang yang kasar, apa Anda juga berbuat kasar kepada, Mesya?" cecar Lia terhadap Arumi.     

"Hey, kau ini bicara apa?!" Arumi menajamkan kedua bola matanya. Dan ini adalah tatapan paling menyeramkan yang pernah dilihat oleh Lia, di sepanjang hidupnya. Tapi tatapan menyeramkan itu hanya bertahan sebentar dan setelah itu Arumi kembali tersenyum manis seolah tak terjadi apapun.     

Dia menepuk-nepuk pundak Lia, sambil berbisik.     

"Yang tadi itu peringatan yang terakhir, aku harap kau dapat memahaminya," ucap Arumi dan dia berlalu pergi dari hadapan Lia.     

Dari situlah Lia benar-benar tak bisa tenang, dia merasa sangat bersalah karna sudah menyerahkan Mesya kepada orang yang salah.     

Lia benar-benar sangat mengkhawatirkan keadaan Mesya. Ternyata orang yang terlihat sangat baik itu tidak berarti benar-benar orang yang baik, kadang orang jahat dan bahkan orang yang sangat menyeramkan itu bisa berpura-pura menjadi orang yang baik seperti malaikat.     

Begitu pula dengan Arumi.     

Lia benar-benar sudah salah menduga. Dia menyesal telah membujuk Mesya agar ikut bersama keluarga Davies, yang tersayang mereka itu adalah orang-orang yang aneh dan menyeramkan.     

Lia sedang berusaha mencari cara untuk merebut Mesya dari keluarga Davies. Tapi itu tidaklah mudah, terlebih keluarga Davies adalah keluarga kaya-raya dan donatur terbesar di panti asuhan ini.     

Beberapa hari kemudian, saat Lia sedang pergi berbelanja ditemani oleh Romi, terjadi peristiwa yang menyeramkan di panti.     

Lia dan Romi yang baru saja pulang dari berbelanja kebutuhan sehari-hari, mendapati kedaan gedung panti yang dipenuhi kobaran api.     

Lia yang panik segera melemparkan semua belanjaannya kesegala arah.     

"Romi, kamu di sini saja ya! Jangan kemana-mana!" pesan Lia kepada Romi.     

"Bunda, mau kemana?" tanya Romi.     

Lia tak menyahuti teriakan Romi dan orang-orang yang sedang meneriakinya agar menjauh.     

Lia terus berlari menerjang kobaran api untuk menyelamatkan para anak asuhnya yang ada di dalam panti asuhan itu.     

Romi berada di luar gedung sambil menangis ketakutan. Dia tak bisa berbuat apa-apa, dia sangat khawatir dengan Lia dan yang lainnya.     

***     

Lia berhasil menyelamatkan beberapa anak asuhnya, tapi dia langsung dilarikan ke rumah sakit, bersama anak-anak lainnya yang mengalami luka bakar yang cukup parah.     

Ada banyak sekali korban dan kematian dari anak-anak yang tak berdosa.     

Suara sirine mobil ambulan, dan juga sirine mobil pemadam kebakaran, seakan bersatu-padu.     

Lia tak lagi menghiraukan rasa perih dan panas yang menyerang tubuhnya, karna yang ada dalam pikirannya hanyalah keselamatan para anak asuhnya.     

Tubuh Lia ditaruh di atas branker, dan didorong menuju mobil ambulance oleh petugas medis.     

Saat itu lamat-lamat dia mendengar teriakan tangisan dari orang-orang sekitar, tak sengaja dia juga melihat kehadiran Arumi dan keluarga Davies lainnya mereka berdiri dan menyaksikan peristiwa kelam itu. Tapi lagi-lagi tak ada Mesya yang turut ikut bersama keluarga angkatnya.     

Arumi melirik kearah Lia sambil tersenyum bahagia dan dari situlah Lia mulai menduga jika kejadian ini adalah ulah Arumi dan keluarganya.     

Pristiwa kebakaran itu menyebabkan kesedihan dan luka yang mendalam. Bagi Romi dan Lia, serta anak panti yang lainnya.     

Setelah itu datang seorang pria bernama Ardi, dan dia juga seorang dokter.     

Ardi bagitu banyak membantu Lia, dia pula yang merawat Lia selama di rumah sakit. Semakin sering bertemu dengan pria itu, benih-benih cinta mulai timbul di antara Lia dan Ardi.     

Pria itu mencintai Lia dengan tulus, padahal saat itu wajah Lia masih dipenuhi dengan luka bakar.     

Bahkan mungkin sebagaian orang merasa jijik. Tapi tidak dengan pria ini, dia mencintai Lia dengan tulus. Ardi begitu kagum dengan kebaikan hati Lia yang rela menghabiskan hidupnya untuk merawat anak-anak panti. Dan dia juga rela mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan anak-anak asuhnya.     

Pria itu tidak memandang kecantikan wajah Lia, tapi dia memandang kecantikan hati Lia.     

Tak ingin terkesan bermain-main, pria itu segera melamar Lia, dan mengajaknya menikah.     

Pernikahan diadakan dengan sederhana. Tapi kehidupan Lia tak melulu bahagia saat bersama Ardi. Karna orang tua Ardi yang menentang pernikahan mereka. Dan hal itu karna wajah Lia yang cacat. Bahkan bukan hanya kedua orang tua Ardi yang membenci Lia, tapi juga seluruh keluarga besar dari Ardi juga turut menghina, serta mencemooh wajah Lia yang cacat.     

Karna merasa kasihan dengan istrinya, Ardi pun membawa Lia berobat ke luar negri.     

Setelah wajah Lia kembali cantik, perlahan para keluarga Ardi mau menerima keberadaan Lia.     

Namun sayang ... pernikahan mereka tidak kunjung dikaruniai keturunan.     

Dan tak berselang lama, Ardi meninggal akibat terkena serangan jantung.     

Dia memang mengidap kelainan jantung sejak kecil, dan puncaknya tepat di usia ke 40 tahun, Ardi meninggal.     

"Bunda, ternyata bukan aku saja yang mengalami penderitaan hidup, tapi juga Bunda," ucap Mesya sambil mengusap air mata di wajah Lia.     

"Mendengar cerita, Bunda. Membuat aku merasa sangat bersalah ... semua ini salahku, Bunda ... kalian jadi menderita terutama, Bunda," Mesya menundukkan kepalanya sambil terisak-isak.     

"Kalau bukan karna aku, mungkin panti asuhan itu tidak akan terbakar, dan Bunda Lia serta yang lainnya tidak akan mengalami penderitaan seperti ini," Mesya mengusap wajahnya, "aku memang pembawa sial," ucap Mesya penuh emosi.     

"Sudah, Mesya. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, karna ini bukan salahmu. Semua ini sudah takdir, Nak," ujar Lia menenangkan Mesya. "Bunda, senang kamu masih hidup dan baik-baik saja. Karna sebelumnya ... Bunda, berpikir mungkin saja Bu Arumi selalu menyisamu di sana. Dan bahkan Bunda, takut jika mereka juga akan membunuhmu, " ujar Lia.     

"Mereka, tidak akan membunuhmu, Bun. Bahkan meski aku memohon kepada mereka sekalipun," jelas Mesya.     

"Loh, kenapa bisa begitu?" tanya Lia yang heran.     

"Ya karna mereka memang sangat menyayangiku, hanya saja mereka menyayangiku dengan cara yang berbeda. Mereka menganggapku sebagai permata yang berharga, dan akan membunuh siapa pun yang mendekatiku," jelas Mesya.     

Lia mengernyitkan dahinya, dia tidak tahu dengan apa yang di maksud oleh Mesya ini.     

"Apa maksudnya, Mesya?" tanya Lia.     

"Bunda, mereka itu ...." Mesya kembali menundukkan kepalanya dengan nafas yang tersengal-sengal.     

Dia tidak tahu harus melanjutkan penjelasannya atau tidak kepada Lia.     

Dia takut jika Lia akan syok mendengar penjelasan ini, terlebih keadaan kesehatan Lia yang benar-benar sangat lemah. Akhir-akhir ini Lia memang sering sakit-sakitan.     

"Mesya, ayo ceritakan saja semuanya kepada Bunda," pinta Lia.     

"Maaf, Bunda, aku tidak bisa menceritakan sekarang," jawab Mesya.     

"Kenapa? Kau itu harus, tetap menceritakannya sekarang, Mesya. Bunda itu sangat penasaran, terlebih bila itu menyangkut tentang keselamatanmu!"     

"Tapi—"     

"Ayolah, Mesya, ceritakan kepada Bunda," pinta Lia, dia memegang tangan Mesya dengan lembut, dan menatapnya penuh harap.     

Mesya tahu jika Lia ingin mendengar tentang hidupnya selama berada di dalam keluarga Davies, tapi Mesya tidak bisa melakunanya. Dia benar-benar tak mau jika hal ini membuat kondisi kesehatan Lia semakin memburuk.     

"Bunda, kita bicarakan topik yang lain ya, mungkin Bunda bisa bertanya tentang pendidikanku," ujar Mesya.     

"Tidak, Mesya. Bunda tidak bisa tenang, sebelum Bunda, tahu tentang kehidupanmu dalam keluarga itu," paksa Lia.     

"Tapi—"     

"Ayolah, Mesya,"     

Karna Lia terus memaksanya, Akhirnya Mesya mau menceritakan kehidupannya dengan detail. Bahwa keluarganya menjadikan Mesya sebagai anak emas untuk dijadian senjata mengalahkan musuh bebuyutan mereka.     

Mesya juga bercerita jika keluarganya adalah para penganut aliran sesat dan para kanibal.     

Membunuh orang adalah hal yang lumrah dan biasa di lakukan dalam keluarga Davies.     

Setiap harinya Mesya harus siap menyaksikan segala kejadian yang menyeramkan atas perbuatan keluarganya.     

Dia juga menceritakan jika hanya David-lah satu-satunya orang yang dapat ia percaya dalam keluarga Davies.     

"Jadi selama ini, mereka itu memang benar-benar para pembunuh? Dan kau hidup di antara para Iblis itu, Mesya?!" Lia benar-benar syok mendengarnya. Bahkan tubuhnya sampai gemetar.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.