Anak Angkat

Bukan Anak Yang Lemah



Bukan Anak Yang Lemah

0Bel istirahat sudah terdengar, seluruh siswa mulai berebutan keluar dari  kelas, Mesya keluar lebih belakangan bersama dengan Romi.     
0

"Mesya, hari ini kau bawa bekal lagi?" tanya Romi.     

"Hari ini ibuku tak membawakan bekal untukku," jawab Mesya.     

"Benarkah?"     

"Iya benar, dan hari ini aku bisa memakan apa pun yang aku mau,"     

"Ah, tapi bagaiamana kalau Arthur datang? Biasanya dia, 'kan yang salalu membawakan bekal titipan dari ibumu?" tanya Romi.     

"Ah kalau soal itu kau tenang saja, Romi, karna ibuku sudah memberikan aku kebebasan selama satu bulan ini, dan nanti sepulang dari sekolah aku juga ingin mengajakmu jalan-jalan,"  ujar Mesya.     

"Kau, serius?" tegas Romi.     

"Tentu saja! Kau, mau, 'kan?" tanya Mesya.     

"Tentu saja aku mau, Sya. Tapi aku takut jika ini semua akan menjadi masalah," ujar Romi dengan raut yang sedikit khawatir.     

"Ah, kalau soal itu kau tenang saja, Romi, aku, 'kan sudah bilang kalau ibuku sudah membebaskan aku selama satu bulan inu," ujar Mesya.     

"Tapi, atas dasar apa? Apa kau tidak takut jika mereka merencanakan sesuatu tentang kebebasanmu ini?"     

"Tenang saja, Romi, kali ini mereka benar-benar tidak akan merencanakan sesuatu untukku ataupun untukmu, karna kami sudah saling bersepakat,"     

"Tapi—"     

"Percaya denganku, Romi," tukas Mesya yang masih berusaha meyakinkan Romi.     

Akhirnya anak lelaki berkacamata itu pun mempercayai ucapan Mesya.     

"Baiklah, kalau bagitu! Aku percaya Mesya, tapi sekarang kita ke kantin dulu ya?" ajak Romi.     

"Ok!"     

Mereka duduk di bangku kantin sambil mengobrol dan menunggu makanan pesanan mereka datang.     

Tapi keasyikan mereka berdua diganggu oleh kedatangan Edo dan kedua temannya. Kali ini Edo tidak datang bersama dua temannya kemarin, karna kedua temannya yang kemarin masih terkapar di rumah sakit. Edo datang dengan kedua teman yang lainnya lagi, Edo memang terkenal sebagai anak nakal dan bergaya seperti preman serta gemar menindas teman yang lemah.     

Padahal kedua teman Edo yang kemarin masih berada di rumah sakit, karna tangan mereka mengalami patah tulang akibat di hajar oleh David. Tapi Edo masih juga tak jera akan hal itu, dan dia malah kembali mengajak kedua anak lelaki dari kelas lain yang kini mengawalnya seperti seorang bodyguard. Tentunya Edo membayar mereka semua.     

"Kalian, tahu, 'kan apa yang harus kalian lakukan?" ujar Edo mengomando kedua temannya.     

"Baik, Bos!" sahut salah satu anak lelaki itu.     

Kemudian secara kompak kedua teman Edo menarik tangan Romi, dan memaksanya untuk pergi dari kursinya, setelah itu Edo duduk  di kursi yang tadi ditempati oleh Romi.     

"Hai, Mesya, makan bersamamu saja ya?" ujar Edo.     

"Jangan menggangguku!" bentak Mesya.     

"Astaga, dia itu ternyata kasar juga ya? Huft ... kupikir kau adalah gadis yang lemah lembut," tukas Edo dengan raut yang sedikit kecewa.     

Mesya semakin kesal saja melihat tingkah teman satu kelasnya yang sangat menyebalkan itu, dia pun berdiri dari tempat duduknya dan segera menghampiri Romi.     

"Jangan ganggu, Romi!" bentak Mesya kepada kedua teman Edo.     

Tapi dua anak lelaki itu masih saja tidak mau melepaskan Romi.     

"Ayo lepaskan, Romi!" bentak Mesya sekali lagi.     

Sambil cengengesan Edo mendekatkan wajahnya di hadapan Mesya.     

"Aku akan melepaskan dia, jika kau mau pergi ke bioskop bersamaku nanti," pinta Edo.     

"Cih, tidak sudi!" cantas Mesya lalu dia menarik kedua tangan anak lelaki itu dengan paksa, agar mereka mau melepaskan tangan Romi.     

"Ayo lepaskan!" teriak Mesya.     

"Kami tidak akan melepaskan si Kacamata, ini jika kau tidak mau menuruti perintah, Edo," ujar salah satu anak lelaki itu.     

"Apa mau kalian? Kalian bisa-bisanya mau di suruh oleh anak lelaki tengil seperti dia!" cerca Mesya seraya menunjuk ke arah Edo.     

"Astaga! Aku di bilang tengil?" ujar Edo dengan wajah yang syok.     

"Wah, benar-benar sulit untuk dipercaya ternyata, ada yang berani mengatakan aku ini tengil?!" ujar Edo seraya menggelengkan kepalanya.     

"Ah baiklah, Mesya, aku akan menunjukkan bagaiamana tengilnya aku!" ujar Edo seraya menyeringai di hadapan Mesya.     

"Ayo hajar anak yang berkacamata itu!" sergah Edo mengomando kedua temannya.     

Dan kedua anak lelaki itu sudah mengambil ancang-anvang untuk menyerang Edo, namun Mesya menghentikannya.     

"Stop!" teriak Mesya, "memangnya kalian dibayar berapa oleh anak lelaki ini?" tanya Mesya dengan nada yang menghina.     

"Ah, jadi kau tahu ya, kalau aku memang membayar mereka?" ujar Edo dengan senyuman menyepelekan.     

"Tentu saja! Karna mana mungkin mereka mau menjadi anak buahmu yang bodoh ini!" cantas Mesya.     

"Apa kau bilang?!" Bentak Edo.     

"Kau yang bodoh ini!" tegas Mesya mengulangi pernyataanya.     

"Astaga! Berani sekali anak ini!" teriak Edo. Dia melirik kearah dua temannya.     

"Ayo pegang anak perempuan yang tak tahu diri ini!" sergah Edo.     

Kini mereka melepasakan Romi, dan sekerang kedua anak lelaki itu memegangi tangan Mesya.     

"Ayo seret dia ke gudang!" sergah Edo.     

"Eh! Jangan lukai Mesya!" teriak Romi.     

Tapi Edo dan yang lainnya tidak memperdulikan teriakan Romi.     

Mereka tetap membawa paksa Mesya ke dalam gudang, meski dia terus meronta-ronta, tapi dia tak bisa melepaskan dirinya dari kedua teman Edo.     

Sementara para siswa-siswi lainnya hanya melihatnya saja. Mereka tidak mau ikut campur, karna mereka semua takut dengan Edo.     

Kalau membuat sedikit saja     

masalah dengannya, Edo tak segan-segan akan terus mengganggu atau bahkan meneror siapa pun itu yang sudah mengganggunya.     

"Aduh bagaimana ini? Aku harus minta tolong kepada siapa? Karna kalau sampai keluarga Davies, tahu ada yang mengganggu Mesya, pasti mereka akan membunuh si pengganggunnya," gumam Romi.     

Dia terus menggaruk-garuk kepalanya sambil berjalan mondar-mandir.     

"Aduh, bagaimana ini?"     

Dari kejauhan dia melihat Artur yang sedang mengobrol dengan temannya.     

"Apa aku memberitahu, Arthur, saja ya?"     

"Eh, tapi kalau aku memberi tahunya, yang ada Edo dan dua temannya tadi akan meninggal di esok harinya?!" Romi semakin bingung saja dibuatnya.     

Dia bagaikan buah simalakama, kalau mengadu soal Mesya kepada keluarganya, yang ada akan jatuh korban mutilasi lagi, tapi kalau tidak mengadukan hal ini, yang ada Mesya justru yang dalam bahaya.     

Terlebih Edo itu adalah anak lelaki yang nekat dan gila.     

"Apa pun yang terjadi aku harus menghampiri mereka! Tidak perduli juka mereka akan menghajar ku habis-habisan!" ujar Romi seraya berlari menghampiri Mesya. Dan di saat itu tiba-tiba Romi teringat dengan David.     

"Ah, iya! kenapa tidak telepon Kak David, saja!"     

*****     

Mereka benar-benar menyekap Mesya di dalam gudang.     

Kedua teman Edo masih menjagal kedua tangan Mesya.     

"Lepaskan aku!" teriak Mesya.     

"Eh, Mesya! Kau pernah dengar vidio tentang anak SMP yang telanjang tidak?" tanya Edo dengan senyuman liciknya sambil memegang kamera ponsel.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.